Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Fraksi Keserakahan Muncul!!

"Hm, serangga dari fraksi nafsu muncul di Kanada? Benarkah? Apakah si jalang itu berniat untuk mengekspos dirinya? Sudah lama semenjak fraksi nafsu muncul, biasanya mereka hanya bekerja dari balik layar."

Orang itu terkekeh pelan dan membenahi posisinya di kursinya. Surat kabar yang ia pegang dilempar begitu saja. Kilat kemarahan terlihat dari sorot matanya.

"Jeanne, kemarilah. Selidiki iblis bernama Jason itu, bawa informasi yang bagus padaku. Jika tidak, kujamin kepalamu tidak akan bertahan melebihi 2 menit," ucapnya.

Seorang wanita-lebih tepatnya vampir wanita-berlutut dihadapannya dan segera berubah menjadi kelelawar.

"Asmodeus, apa yang sebenarnya kau rencanakan? Berusaha menggulingkanku dari posisi 3 besar, hah? Mimpi saja kau!!" teriak pria tadi sembari memukul meja keras-keras.

***

Kring... Kring... Kring...

Bunyi alarm berdering kencang. Membangunkan seorang wanita dari dunia mimpinya. Dengan malas, ia bergeliat sejenak dan mematikan alarm yang makin mengencang.

"Hoam, jam berapakah sekarang? Sudah hampir jam 5? Masih pagi sekali rupanya." Gadis itu mengusap-usap matanya pelan dan mengerang pelan.

Ia beranjak dari kasurnya dan berjalan dengan gontai ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, ia mengambil seragam birunya dan mengenakannya.

"Huh? Grisa sudah berangkat duluan? Hah, gadis itu terlalu rajin. Eh, tidak deh. Soalnya kemarin dia sempat terlambat bersamaku, hihi," gumam gadis itu pelan.

Dia lalu menyambar tas yang tergantung di dinding dan juga sepatu yang ia kenakan dengan buru-buru.

"Oke, ayo berangkat!!" ucapnya dengan semangat.

Tas ransel ia sampirkan di kedua bahunya, pintu kamar yang terbuka ia tutup kembali setelah keluar dari kamarnya itu. Dia berjalan dengan penuh semangat menuju ke gedung yang disebut dengan sekolah.

"Kenanga!! Tunggu!! Aku juga ikut bersamamu!"

Sebuah suara memaksa Kenanga menengok. Di sana, Jason berjalan cepat ke arah Kenanga, bulir-bulir keringat memenuhi wajahnya.

"Hah, hah, aku ikut denganmu. Sekaligus aku ingin bertanya padamu, kejadian di kota waktu itu, kau tidak menceritakannya pada siapapun kan?" Jason bertanya dengan nafas terengah-engah, sepertinya dia berlari dari asramanya ke tempat Kenanga.

"Tidak, aku tidak sebodoh itu. 'hei, ada iblis di sekolah kita!!', 'hei, Jason rupanya adalah iblis!', apakah kau berpikir aku akan berkata hal bodoh seperti itu? Hei, aku pun juga bukan manusia, ingat? Untuk apa berkata seperti itu, bodoh!" ujar Kenanga dengan nada mengejek.

"Akh, terserah kau deh. Yang penting identitasku tidak terbongkar, ingat janji kita, 10 hari lagi!!" Jason tersenyum dan berbalik ke arah tempat dia datang. Dia menengok ke arah Kenanga dan tersenyum sebelum berlari ke arah yang berlawanan dengan Kenanga.

"Aneh, dia bilang ingin pergi bersamaku, kenapa dia malah pergi kesana? Huh, dasar orang aneh!"

Kenanga mengacuhkan sikap Jason dan kembali berjalan ke arah kelasnya. Suasanya hatinya menjadi buruk akibat kedatangan Jason.

Ia pergi ke kelasnya dengan suasana kesal, bahkan terkadang ia menggerutu pelan. Setelah melalui beberapa lorong dan persimpangan, dia akhirnya tiba di depan pintu kelasnya.

"Selamat pagi, semuanya!!" sapa Kenanga pada seluruh penghuni kelas.

"Pagi, Kenanga."

"Pagi juga!"

"Hai, selamat pagi."

Berbagai jawaban ia dapatkan dari teman-teman kelasnya. Kenanga tersenyum dan berjalan dengan langkah lebar menuju ke kursinya.

"Hai, Grisa. Kok kamu nggak bangunin aku sih tadi? Tumben juga kamu berangkatnya pagi banget," tanya Kenanga sembari meletakkan ranselnya.

"Huh, kamu tidurnya nyenyak banget sih, jadi aku bangunin enggak kerasa. Aku udah bangunin kamu, tapi kamunya enggak bangun-bangun," gerutu Grisa.

"Hehe, maaf deh. Oh iya, kamu tau nggak kalau Jason tuh ternyata anaknya mesum. Masa kemarin dia kulihat melakukan kabedon ke seorang gadis!!" ujar Kenanga dengan mata berkilat dan nada yang menggebu-gebu.

"Hah, masa sih?"

"Iya, terus dia masa tanya 'bibirmu memiliki rasa anggur, atau cherry? Kuharap aku dapat merasakannya.' mesum banget, kan?" Kenanga membenahi posisi rambutnya dan melihat respon Grisa. Dan gadis itu adalah aku!! Awas saja kau, Jason Alexandria Rain!!

Percakapan mereka berakhir saat bel tanda masuk berdering. Pelajaran pada jam pertama adalah olahraga. Kenanga lalu bangkit dan mengambil seragam olahraga yang ada di ranselnya.

"Kenanga, hari ini kita akan melakukan pelajaran voli bukan? Aku tidak dapat bermain voli, bagaimana ini??" tanya Grisa dengan nada panik. Wajahnya yang biasanya santai sekarang menjadi gelisah.

Kenanga hampir tertawa melihat wajah Grisa yang kebingungan. Dia lalu berkata, "tenang saja, ikuti saja olahraganya sebisamu." Yang dibalas dengan gerutuan oleh Grisa.

Tawa yang ditahan-tahan oleh Kenanga akhirnya terlepas saat melihat Grisa menggerutu dan menghentak-hentakkan kakinya. Grisa yang melihat itu melengos pergi ke ruang ganti untuk mengganti seragamnya dengan pakaian olahraga.

Kenanga mengikuti langkah Grisa masih dengan tawa yang masih nyaring terdengar. Ruang ganti sudah penuh dengan siswi-siswi kelasnya yang sedang berganti pakaian. Kenanga dan Grisa pun turut mengganti pakaiannya dengan seragam olahraga cepat-cepat.

Setelah berganti pakaian, seluruh murid kelas 11-F berkumpul di lapangan voli dan mulai melakukan pemanasan yang dilanjut dengan materi tentang voli.

Sementara itu, kelas 11-A kedatangan penghuni baru, seorang wanita berambut pirang. Namanya adalah Jeanne. Dia merupakan siswi pindahan dari New York.

"Wah, cantiknya...."

"Cantik sekali, sepertinya dia reinkarnasi bidadari...."

"Cantiknya, semoga dia duduk di sebelahku."

Begitulah respon siswa-siswi kelas 11-A, atau mungkin hanya siswa kelas 11-A. Kedatangan Jeanne sontak membuat Jason terkejut. Bagaimana tidak? Jason merasakan dan mengenali aura yang dipancarkan oleh Jeanne.

"Iblis keserakahan. Cih, kenapa dia ada disini? Bukankah mereka beroperasi di Amerika? Kenapa mereka bisa ada di Kanada??" gumam Jason pelan. "Apakah mungkin tindakanku memancing mereka? Sial!! Aku melupakan mereka!! Para iblis keserakahan."

Jason meremas kepalanya pelan dan menjambak rambutnya. Dia menghela nafas sebentar sebelum kemudian kembali tenang. Apapun rencana mereka, aku harus tetap tenang. Mungkin saja mereka kemari untuk mengawasi pergerakan fraksi nafsu.

Kembali kepada Kenanga yang sekarang sudah selesai melakukan pukulan pada bola voli, apakah itu layak disebut pukulan? Dia hanya menampar bagian belakang bola voli dengan sedikit kekuatan saja.

"Uh, ini sangat susah. Aku sudah berulang kali mencobanya tapi tetap saja susah."

Ia kembali memainkan bola voli yang baru saja memantul kembali ke arahnya. Tangannya dengan telaten memindahkan bola yang awalnya berada di tangan kiri ke tangan kanan. Itu ia lakukan berulang kali. Untuk memastikan bahwa ia dapat melakukannya dengan baik, Kenanga mengajak salah satu teman sekelasnya menemani berlatih bersama.

Teman sekelas Kenanga mengangguk dengan riang, sementara tangannya masih sibuk bermain dengan bola voli. Tanpa aba-aba, ia menembakkan bola yang berada di tangannya ke arah Kenanga.

Kenanga sedikit terkejut dan bereaksi terlambat. Bola voli menghantam wajahnya dengan sedikit keras. Kenanga lalu memegang wajahnya yang sakit dan berkata, "uh, ini sakit sekali. Tak bisakah kau sedikit pelan saja? Hah, mari kita mulai lagi."

"Maafkan aku, sepertinya aku terlalu bersemangat."

Kenanga mengambil bola voli yang menggelinding menjauh dari tempat mereka berdiri sekarang. Matanya sedikit berkilat saat memegang bola yang sempat menghantamnya beberapa saat lalu.

"Aku mulai."

Kenanga melakukan pembukaan permainan dengan melakukan servis. Wanita yang menjadi teman latih tanding Kenanga sedikit berlari menghampiri bola dan memukul balik bola ke arah Kenanga.

Sepertinya seru, nih kalau aku pakai kekuatanku. Sedikit saja, deh. Kenanga tersenyum samar dan melakukan tembakan ke arah temannya yang disertai dengan sedikit kekuatannya.

Bola voli yang awalnya melaju dengan pelan tiba-tiba menjadi sangat kencang saat terpukul oleh tangan Kenanga. Melihat hal itu, wanita tadi sedikit terkejut dan bereaksi dengan cepat dan tepat dengan bergeser ke samping menghindari bola yang datang.

Kenanga yang melihat hal itu memasang raut wajah polos dan berlari menghampirinya. Dengan nada tak bersalah, ia berkata, "kau tak apa kan? Maafkan aku, sepertinya aku juga terlalu bersemangat dan memukulnya terlalu kencang."

"Ya, aku baik-baik saja kok. Tak apa, toh kamu juga kan nggak sengaja."

Mereka berdua lalu kembali berlatih bermain bola voli bersama. Jam pelajaran olahraga berakhir saat bel berdering untuk yang keempat kalinya.

Kenanga dan teman-teman sekelasnya lalu berganti pakaian sekali lagi, menggantinya dengan seragam sekolah. Selepas itu, Kenanga yang sedang bersama dengan Grisa berjalan beriringan ke kelas.

"Grisa, nanti malem nonton drama korea barengan yuk. Aku udah ada banyak stok nih. Barengan mau?"

Grisa menoleh dan mengangguk antusias. Setelah itu, mereka berdua mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke kelas.

Pelajaran kembali berlanjut saat seluruh siswa sudah kembali dari ruang ganti. Pelajaran kedua setelah olahraga adalah fisika yang diampu oleh Ms. Natalie.

Siswa-siswi yang sudah terlalu capek dengan olahraga, ditambah dengan fisika menjadi sangat malas. Mereka mengikuti pelajaran Ms. Natalie dengan lesu.

***


"Lapor, Tuan Mammon. Saya sudah mengetahui siapakah seseorang yang bernama Jason itu."

Jeanne sedikit berbisik kepada seseorang yang berada nun jauh disana melalui telepon. Tak lama berselang, orang itu menjawab dengan suara yang sedikit serak.

"Lanjutkan, pastikan kau bawa informasi yang berharga. Atau kepalamu yang menjadi jaminannya."

Telepon dimatikan begitu saja saat Mammon selesai berbicara. Jeanne hanya berdiri mematung sembari menggenggam erat telepon genggam di tangannya.

"Baik...." Balas Jeanne dengan suara lirih dan nada putus asa.

Jeanne menurunkan telepon genggamnya dan berjalan pelan ke kamar asramanya.

"Maafkan aku, iblis kecil. Aku harus mendapatkan sesuatu tentangmu, atau aku akan mendapatkan masalah besar nantinya."

Sorot penuh tekad terpancar dari tatapan mata Jeanne. Tekadnya sudah bulat, ia akan mencari hal yang berhubungan dengan Jason hingga hal paling kecil sekalipun.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro