Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Diskusi Hangat

Sebuah pesan singkat tercetak jelas di layar handphone Kenanga. Jason menyuruhnya pergi ke kantin besok saat istirahat pertama.

Kenanga mengerutkan dahinya dan mengetik balasan. Berjuta-juta pertanyaan timbul di dalam benaknya.

Kenanga
Memang ada apa?
Sepenting itukah?

Iblis mesum
Kuceritakan padamu besok.
Tidak usah bertanya macam-
macam.

Sekali Kenanga mengerutkan dahinya setelah membaca pesan milik Jason. Orang aneh. Pikirnya.

Kenanga tak menggubris lagi bunyi-bunyi notifikasi telepon genggamnya. Dia hanya bersender pada jendela kamarnya dan menatap langit senja di Kanada.

Angin berhembus masuk ke kamar Kenanga dan menerbangkan rambutnya ke belakang. Ia memejamkan matanya dan menikmati perasaan nyaman yang bergelora di dadanya.

"Aku ingin seperti ini selamanya. Kedamaian yang semu."

Perlahan Kenanga membuka matanya dan melihat terbenamnya matahari di ufuk barat. Semburat jingga terlihat jelas dibalik bangunan-bangunan tinggi yang memantulkan kembali sinar jingga ke segala arah.

Suara derak pintu tertangkap oleh telinga Kenanga. Ia menoleh dan mendapati sahabatnya, Grisa membuka pintu dengan malas.

"Kenapa, Sa? Kok kamu males banget keliatannya? Dari mana sih?"

"Iya nih, Kenanga. Aku males banget, tadi habis pergi ke kafe malah lupa bawa uang. Malu banget tau, untung belum pesen."

"Hahaha, kok kamu juga bisa kelupaan sih? Emang uangmu kamu taruh mana?"

"Di meja kayaknya, bentar."

Grisa berjalan melewati Kenanga ke meja di samping Kenanga. Beberapa lembar uang menyembul seketika saat Grisa menarik salah satu laci yang ada.

"Tuh kan, bener. Hiss, nyebelin banget sih!! Yaudah deh, aku balik ke kafe dulu ya. Pengen Americano."

Grisa berlari dengan sedikit tergesa-gesa keluar dari kamar tanpa menutup pintu. Kenanga mendengus pelan dan sedikit bergumam kesal. Ia beranjak dari posisinya dan menutup pintu yang masih terbuka lebar.

Sepintas Kenanga melihat siluet seorang gadis yang sedang termenung di pelataran asrama lantai 2. Gadis itu seperti melamunkan sesuatu. Kenanga dengan penuh rasa penasaran menghampiri dan mengajaknya berbicara.

"Hei, apakah kamu penghuni kamar sebelah? Kok aku belum pernah melihatmu."

"Ah, halo. Bukan, bukan, aku bukan penghuni kamar di sebelahmu. Kamarku berada di paling ujung, aku kemari hanya ingin merasakan suasana sore."

Gadis itu menolehkan wajahnya ke Kenanga dan menatapnya penuh arti. Netra birunya menatap Kenanga dari atas ke bawah dengan penuh cermat.

Kenanga yang merasa aneh dengan tingkah laku gadis tadi berkata, "ada apa? Apakah aku terlihat aneh?"

"Ah, tidak tidak. Kamu terlihat seperti teman lamaku. Perkenalkan, namaku Jeanne. Aku merupakan siswi pindahan dari New York."

Gadis itu mengangkat tangannya, memberikan isyarat berjabat tangan. Kenanga tersenyum dan menjabat tangan Jeanne seraya memperkenalkan dirinya kembali.

"Aku Kenanga."

Mata mereka saling bertatapan dan terkunci beberapa saat sebelum Jeanne yang terlebih dahulu melepaskan jabatan tangannya. Jeanne lalu berdehem pelan dan pamit untuk pergi.

Aneh, padahal aku sudah menggunakan kemampuan pencuci otakku. Seharusnya berhasil karena aku sudah menatapnya selama 5 detik. Ada apa sebenarnya? Pikir Jeanne. Jeanne berjalan pergi dengan penuh tanya.

Kenanga sendiri berjalan masuk kembali ke kamarnya seolah tak ada apa-apa yang terjadi pada dirinya. Dia duduk di ranjangnya dan meraih laptop yang ada di meja di sampingnya.

Dibukanya salah satu folder yang berisikan film-film dengan berbagai genre. Ia lalu menggulir seperti mencari sesuatu. Setelah beberapa saat, ia menghentikan aktivitasnya dan memencet salah satu film yang ada.

"Sore-sore seperti ini enaknya liat drama. 2gether The Series bagus juga, nih."

Kenanga memasang posisi santai. Laptopnya ia posisikan di atas bantal yang ia taruh di pahanya. Tubuhnya ia senderkan pada pinggiran kasur.

***

Dering alarm memenuhi salah satu kamar yang masih sepi dan gelap. Tangan seseorang meraba-raba meja seperti mencari-cari sesuatu.

"Hoam, berisik sekali, sih."

Dering alarm berhenti tepat saat tangan seseorang pemilik suara itu mematikan alarm dari telepon pintarnya. Orang itu beranjak dari tidurnya dan terduduk selama beberapa menit dengan mata yang masih setengah terbuka.

Dia menggosok matanya selama beberapa saat. Ia menyibak selimut yang dikenakannya semalam dan berdiri dari posisi duduknya. Dia berjalan ke arah jendela dan membukanya serta menghirup udara pagi yang segar dalam-dalam.

"Hah, enaknya udara pagi. Masih bersih dan sehat. Lalu, saatnya mandi dan pergi ke sekolah."

Dia menutup kembali jendela itu dan menguncinya. Ia berjalan cepat ke arah lemari dan mengambil pakaian yang akan dikenakannya. Gadis berkulit putih itu sedikit berlari ke arah kamar mandi dan memasukinya dengan terburu-buru.

Kenanga mandi dengan sangat cepat, sekitar 10 menit saja. Ia lalu mengambil tas ransel dan sepatunya dan buru-buru memakainya.

"Mari ... berangkat!!!"

Kenanga menutup pintu kamarnya dengan perlahan, takut membangunkan Grisa yang masih tertidur. Dia lalu berjalan dengan penuh semangat menuju ke bangunan di dekat asramanya.

Suasana kelas masih sepi saat Kenanga datang. Hanya ada 3 murid yang sudah datang, termasuk Kenanga. Ia lalu berjalan ke tempat duduknya.

"Eh, Kenanga. Tumben banget kok kamu udah dateng? Biasanya kurang 5 menit baru sampe."

"Ehehe, iya. Baru rajin, nih."

Kenanga lalu membuka-buka handphone miliknya dan mengirimkan pesan kepada Jason.

Kenanga
Hei, iblis.
Kamu dimana? Sudah datang?

Iblis mesum
Sudah. Aku dikelas.
Hei! Aku memiliki nama.
Namaku Jason!!

Kenanga
Tentang yang ingin kau
bicarakan, apakah itu
Jeanne?

Iblis mesum
Dari mana kau tahu?
Hah, iya. Dia.

Kenanga
Apa maksudmu?

Iblis mesum
Nanti kuceritakan.

Kenanga menggerutu kesal karena digantungkan dengan kata 'nanti kuceritakan'. Dia lalu mematikan handphone  miliknya dengan kesal.

Kenanga mencoba mengalihkan rasa kesalnya dengan membaca-baca cerita di platform online hingga kelas dimulai. Pelajaran pertama dimulai beberapa saat setelahnya.

***

Bel istirahat berbunyi kencang. Menandakan bahwa waktu istirahat telah dimulai. Kenanga yang masih penasaran dengan sesuatu yang ingin Jason katakan pergi dengan terburu-buru menuju kantin.

Sesampainya di kantin, Kenanga dengan cepat mencari-cari batang hidung Jason. Kenanga menekuk wajahnya saat tak kunjung juga menemukan orang yang dimaksud.

Tiba-tiba, sebuah tangan menepuk pundaknya. Orang itu berkata, "kau sudah menungguku ya? Santai saja, ayo kita pesan makanan dulu."

Dengan santainya sosok itu berjalan melengos yang diikuti oleh Kenanga. Mereka berjalan ke tempat untuk mengambil makanan dan memesan beberapa makanan. Setelah makanan mereka siap, mereka berdua pergi mencari tempat duduk untuk berdiskusi.

"Jadi, apa yang membuatmu ingin menemuiku? Jangan bilang kau ingin sesuatu dariku, mesum."

"Tidak, tentu saja tidak! Aku mengajakmu bertemu karena kemarin mata-mata dari fraksi keserahakan muncul. Dia memiliki rambut pirang."

"Tunggu, pirang? Terlalu banyak orang berambut pirang. Dan bukankah rambutku juga pirang? Hei!!"

"Yah, kau benar. Dia juga wanita sepertimu, namanya kalau tidak salah. Jea-Jeanne."

"Tunggu, Jeanne? Aku sepertinya bertemu dengannya kemarin sore. Apakah dia memiliki iris mata berwarna biru??"

"Ya, tunggu? Dia bertemu denganmu kemarin!?"

"Ya. Lalu, dia bertingkah agak aneh. Dia menatapku lama sekali, seperti memperhatikanku dari atas sampai bawah. Dia juga menatap mataku sangat sangat lama."

"Sialan, dia mencoba menggunakan kemampuannya padamu."

Kenanga sedikit mengerutkan dahinya. Dia tak memahami kata 'kemampuan' yang disebutkan oleh Jason itu. Kemampuan? Apakah seperti sihir yang kulakukan? Pikirnya.

"Seperti ... sihir? Kukira hanya malaikat dan malaikat jatuh yang bisa melakukan sihir. Setahuku iblis hanya memiliki regenerasi yang tinggi saja. Serta kemampuan memanipulasi api neraka."

"Ya, itu tidak salah, tapi juga tidak benar. Iblis netral memang tidak memiliki sihir, atau lebih tepatnya kemampuan khusus. Tapi, iblis yang tergabung dalam suatu fraksi akan memiliki itu."

Jason memutus kata-katanya dengan memakan makanan yang ada di depannya. Dia juga meminum minuman yang tersaji seperti kesetananan.

"Maaf, maaf. Aku lapar sekali. Baiklah, kita lanjutkan.

7 Kaisar Iblis adalah entitas yang memiliki kekuatan setara dengan 7 Malaikat Agung. Jadi, sudah sewajarnya jika mereka memiliki kemampuan lebih. Mereka bertujuh lalu membentuk kelompok-kelompok yang biasa disebut fraksi.

Iblis yang tergabung dalam suatu fraksi akan mendapatkan sedikit pecahan kemampuan raja atau ratu mereka. Sepertiku yang dapat mengeluarkan pesona yang dapat menarik iblis maupun manusia manapun. Lalu, Jeanne dari fraksi keserakahan yang dapat melakukan cuci otak.

Sekilas, ini memang tidak terlalu berguna. Tetapi, bagi kami, ini adalah berkah tak terhingga dari Kaisar Iblis.

Tetapi, itu semua tergantung dari posisi apa yang mereka dapatkan di fraksi itu. Semakin tinggi posisi mereka, semakin tinggi pula kekuatan yang diberikan."

Jason menatap Kenanga dengan pandangan serius. Sedangkan Kenanga sendiri sedang mencoba mencerna apa yang dikatakan Jason.

"Jadi ... 7 Kaisar Iblis sama dengan Mael dan teman-temannya?"

"Benar."

Jason menyeruput minuman yang ada di depannya dan memakan makanan yang masih tersisa banyak. Ia mengalihkan perhatiannya kembali ke Kenanga.

"Jadi, apakah malaikat jatuh juga memiliki raja atau ratu?"

"Sejujurnya, aku belum pernah bertemu malaikat jatuh selain diriku sendiri. Entah tidak pernah atau aku tidak sadar."

Kenanga sedikit tersenyum dan menyeruput minuman di gelasnya untuk menghilangkan rasa canggung yang menggelitiknya. Jason hanya menggelengkan kepalanya dan lanjut menjelaskan.

"Malaikat jatuh selalu hidup menyendiri. Mereka merupakan musuh bersama bagi iblis dan malaikat.

Malaikat jatuh dapat memakai sihir dan juga dapat beregenerasi seperti iblis. Mereka juga bisa memakai sihir kegelapan yang pada umumnya iblis maupun malaikat manapun tak bisa memakainya."

"Hah? Hanya karena itu?"

"Tidak. Ada hal lain juga. Penyebab utama malaikat jatuh bersembunyi adalah karena kekuatan mereka akan memeras intisari kehidupan atau lebih tepatnya kekuatan jiwa.

Ingat kenapa kau pingsan setelah memakai kekuatanmu?"

"Aku kecapekan bukan? Aku hanya mengingat bahwa aku merasa sangat lelah setelah mengobatimu. Lalu, tiba-tiba saja aku jatuh pingsan."

Mereka berdiskusi dengan sangat asyik. Mereka saling bertukar informasi yang mereka tahu dengan detail dan jelas. Tiba-tiba, sebuah suara mengagetkan mereka.

"Hai, boleh aku bergabung?"

Ya, dia adalah gadis itu. Gadis dari fraksi keserakahan. Gadis berambut pirang yang pernah mengajak Kenanga berbicara. Jeanne!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro