Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Dijebak

"Sial, ini ternyata jalan buntu. Kenanga, kita harus berbalik."

Jason menyesali keputusannya untuk mengikuti orang berjubah tadi. Ternyata mereka digiring ke sebuah jalan buntu.

Di depan mereka sekarang hanya ada tembok dengan bak sampah di depannya. Kenanga yang melihat hal itu tertawa kecil dan berbalik.

"Um, Jason. Kupikir kita tidak bisa pergi. Lihatlah di belakang."

Sontak Jason membalikkan badannya dan terkejut saat melihat ada 2 pemburu iblis dan orang bertudung yang tadi mereka kejar berjalan ke arah mereka. Dengan segera Jason memasang posisi siap bertarung.

"Lihatlah siapa ini? Si gadis aneh dan iblis mesum. Yah, kupikir kalian terlalu bodoh karena dapat termakan jebakanku."

Orang itu melepas tudung hitamnya dengan perlahan-lahan. Wajah yang tidak asing nampak saat tudung itu sudah tersingkap sepenuhnya.

"Jeanne! Kenapa kau ada disini!? Jangan-jangan...." 

"Ya, kau benar. Aku sudah mencuci otak mereka dan menjadikan mereka bonekaku."

Kenanga dan Jason terkejut setengah mati mendengarnya. Mereka berdua tentu saja mengenali siapa dua orang pemburu iblis itu. Pemburu iblis yang tempo hari menyerang Jason.

"Biadab! Kau memang iblis yang tak punya hati!"

Sayap transparan berwarna hitam muncul dari punggung Kenanga, yang makin lama makin berbentuk. Iris matanya juga perlahan-lahan berubah warna menjadi keemasan.

"Mati! Sword Of Justice!"

3 pedang berwarna putih keemas-emasan muncul dari kehampaan dan langsung mengunci targetnya, Jeanne. Jeanne dengan sigap melakukan salto ke belakang dan melemparkan 5 pisau.

Kenanga yang melihat 5 pisau meluncur kearahnya dengan segera membuat perisai tipis dan mengembalikan pisau-pisau tadi ke Jeanne. Jeanne lagi-lagi mengelak dan mendarat dengan mulus 5 kaki dari tempat awalnya berdiri.

"Wah wah, tak kusangka ternyata si gadis aneh adalah seorang malaikat jatuh. Jackpot."

Jeanne menyeringai dengan tatapan membunuh. 3 pisau ia keluarkan dan dijepit di  celah jari-jari tangan kanannya.

"Mari bermain ulang. Dan kalian berdua, urus iblis menjijikkan disana."

Dua pemburu iblis itu mengangguk dan mulai meraih senjatanya. Sebuah pedang dan sebuah tombak,  Durandal dan Longinus.

Jason memasang posisi siaga dan menyelimuti tangannya dengan api biru. Mereka bertiga melesat secara bersamaan, melayangkan tebasan dan pukulan berbarengan.

"Tak buruk. 2 lawan 1, maju! Akan kuladeni kalian!"

Jason melayangkan tinjunya ke pria berbadan besar yang membawa pedang. Pria itu mengangkat pedangnya dan menangkisnya memakai sisi datar. Sedangkan pria lainnya melakukan gerakan menusuk dengan tombaknya.

Cih, ini sulit. Melawan 2 orang dengan jangkauan serangan yang lebar, aku tidak dapat lengah sedetik saja atau nyawaku bisa melayang. Batin Jason.

Sementara itu, Kenanga dan Jeanne sedang terlibat dengan pertarungan yang serius. Jeanne terlihat sedang melemparkan pisau-pisaunya dengan kesetanan.

"Hei, berapa banyak sih pisau yang kau punya? Bagaimana bisa pisau-pisau milikmu tidak habis-habis."

Kenanga dengan bersusah payah menangkis dan terus menerus mencari celah untuk menyerangnya. Terkadang ia akan melemparkan sebilah pedang, terkadang ia akan melakukan gerakan menebas. Berbagai serangan ia lancarkan, namun tak ada yang mengenainya.

"Heh, hanya segini kemampuanmu? Aku bahkan belum memakai segenap kemampuanku. Lemah sekali ternyata kau."

Jeanne melemparkan 7 buah pisau ke titik vital Kenanga. Melihat hal itu, Kenanga segera membuat perisai dari cahaya untuk melindungi titik-titik vital miliknya.

"Heh, aku pun belum serius. Datanglah! Domain Of  Justice!"

Lingkaran berwarna emas muncul dan bersinar di bawah kaki Kenanga. Perlahan-lahan lingkaran itu membesar hingga menutup hampir seluruh jalan itu.

"Sekarang, saatnya ronde dua. Holy Sword Of Angel, aku memanggilmu!"

Pedang pendek dengan aura emas muncul dari udara kosong dan meluncur ke arah Jeanne. Jeanne yang tau serangan itu tak dapat ia hindari lantas menggunakan secercah api neraka dan menyelimutinya dengan harapan agar pedang itu meleleh dan berhenti bergerak.

"Kuh, kau sudah serius rupanya? Baiklah, aku juga akan serius!"

Suara tulang yang patah terdengar dari tubuh Jeanne. Perlahan-lahan tubuhnya berubah bentuk dan membesar. Tanduk berwarna hitam muncul dari dahinya bersamaan dengan zirah hitam yang menyelimuti tubuhnya.

"Kuahahaha, siapapun yang sudah melihat wujud iblisku pasti akan mati. Itu juga akan berlaku padamu! Matilah, brengsek!"

Kenanga hanya tersenyum mendengar hal itu. Ia mengangkat tangan kanannya dan menunjuk Jeanne dengan telunjuknya.

"Habisi."

Pedang yang awalnya terselimuti oleh api tiba-tiba memancarkan cahaya terang yang menyilaukan mata. Api yang membungkus pedang itu hilang sedikit demi sedikit.

"Bagaimana bisa!? Aku yakin itu sudah dipadatkan dan memiliki suhu yang sangat tinggi. Seharusnya pedangnya akan meleleh!"

Jeanne memasang posisi siaga dengan kewaspadaan yang sangat tinggi. Pisau yang diselimuti api biru diangkatnya setinggi dada.

"Persetan dengan itu! Kau harus mati!"

Jeanne melesat dengan kecepatan tinggi. Api biru perlahan muncul dan menyelimuti beberapa bagian tubuh. Tanduknya yang awalnya hanya berwarna hitam kini memiliki sedikit warna merah di pucuknya.

"Kemari."

Pedang tadi bergerak dengan sangat cepat dan tiba di depan Kenanga. Ia menggenggam pedang itu dan menebas udara kosong.

"Huh? Kau hanya menebas udara kosong? Bod-"

Sebuah tebasan mendarat dengan mulus di dada Jeanne. Darah berwarna hitam mengalir deras dari luka menganga itu.

"Bagaimana bisa!? Kenapa regenerasiku tidak berfungsi!? Bagaimana bisa!? Katakan padaku! Sialan! Malaikat jatuh sialan! Kupastikan kau mati hari ini!"

Api hitam muncul di sekujur tubuh Jeanne. Ia lalu mengumpulkan seluruh api tadi di tangan kanannya dan memadatkannya hingga menjadi sebesar bola kasti. Matanya menatap tajam ke arah Kenanga.

"Mati!"

Bola api itu ia lemparkan dengan kecepatan yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang. Kenanga yang melihat hal itu hanya tersenyum dan mengangkat pedangnya.

Pedang itu ia ayunkan membentuk garis vertikal. Bola yang tadinya melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba terbelah dan meledak.

"Apa-apaan!?"

Jeanne mencoba berlari sejauh mungkin ke belakang, namun naas, dia terlambat. Api itu melahap tubuhnya dan membakarnya hidup-hidup.

"Bodoh sekali, menyerangku hanya memakai api kecil."

Kenanga mematikan pelindung yang terbuat dari sihir cahaya miliknya. Pedang yang semula ada di tangannya perlahan-lahan kehilangan bentuknya dan terurai menjadi butiran cahaya.

Cahaya terang di bawah mereka juga perlahan-lahan meredup. Kenanga melirik sekilas ke arah Jason dan melihat ia sedikit kesusahan.

"Hei, iblis mesum! Masih lama kah? Jangan sakiti mereka ya, mereka hanyalah boneka."

Kenanga mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kepala. Butiran-butiran cahaya menyeruak keluar dan memasuki tubuh kedua pemburu iblis itu.

"Kenapa tak kau lakukan dari tadi, bodoh!"

"Aku sedang fokus melawan Jeanne, iblis mesum. Aku tak bisa membantumu."

Kenanga tersenyum dan melangkahkan kakinya mendekati Jason. Namun, tiba-tiba ia merasakan rasa sakit di kepala dan dadanya.

Dia terjatuh. Jason yang melihat hal itu segera mendekati Kenanga dan mengguncangkan tubuhnya pelan.

"Hei, burung kecil. Kau kenapa?"

"Kupikir aku terlalu berlebihan menggunakan kekuatanku. Kekuatan jiwaku sekarang tersisa sedikit. Hah, tak kusangka hidupku akan berakhir seperti ini. Selamat tinggal iblis mesum, aku mencintaimu."

Kenanga tersenyum dan memeluk tubuh Jason yang masih terkaget-kaget. Seingatnya ia hanya memakai beberapa sihir tingkat tinggi saja, siapa sangka itu ternyata menghabiskan begitu banyak kekuatan jiwa.

"Tidak! Kenanga, tidak! Aku juga mencintaimu! Tidak!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro