Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bertemu Dengan Asmodeus

"Kita akan pergi ke mana?"

"Thailand."

Jason merobek kertas yang ada di tangannya, disusul dengan Kenanga yang juga melakukan hal yang sama. Cahaya berwarna putih keperakan muncul dari tubuh mereka, yang perlahan-lahan menguraikan tubuh mereka ke udara.

Hal pertama yang dirasakan Kenanga adalah pusing yang sangat terasa di kepala. Kepalanya seakan-akan meledak karena terlalu pusing.

Itu berlangsung selama beberapa saat sebelum kesadaran dan tubuh fisik mereka terlihat kembali di tempat yang benar-benar berbeda. Sontak saja Kenanga mengeluarkan isi perutnya karena rasa pusing yang sangat.

"Hei, Kenanga. Kau baik kan? Wajar saja, ini kan pengalaman pertamamu berteleportasi dengan kertas itu. Kau pasti akan terbiasa jika sudah berulang kali memakainya."

"Kau berkata seperti kita akan sering memakainya."

"Memang, ahahaha."

Jason buru-buru masuk ke gedung pencakar langit yang ada di hadapannya. Lencana dengan inisial 'J' di tengahnya, ia tempelkan pada mesin sensorik di pintu berwarna biru muda.

"Di tengah kota? Kalian sudah gila ya membuat markas di tengah kota?"

"Tidak juga. Bukankah sudah kubilang bahwa teknologi manusia terlampau kuno untuk melawan kami. Yah, terkecuali 7 wali."

Mereka berjalan memasuki koridor di balik pintu yang sudah terbuka lebar. Relief-relief menghiasi dinding di koridor berwarna gelap itu.

"Itu relief apa? Kenapa aku merasa itu familiar?"

"Ah, itu relief pertarungan 7 Kaisar Iblis melawan 7 Malaikat Agung. Kau familiar karena pasti pernah mendengarnya dulu saat kau kecil."

Kenanga mengangguk paham dan mengekor Jason yang sudah terlebih dahulu berjalan cepat di depannya. Sebuah pintu kayu berwarna coklat tua dengan ukiran-ukiran indah terpampang jelas di ujung koridor itu.

"Kita sampai. Ini adalah ruangan kerja milik Nona Asmodeus. Biasanya dia 'melayani' pelanggannya juga disini, jadi jangan heran."

Kenanga mengerutkan keningnya. Kata "melayani" sangat mengganggu pikirannya. Dia akhirnya menghiraukan pemikirannya dan mengikuti Jason yang sudah terlebih dahulu masuk.

Kesan pertama Kenanga saat masuk adalah ruangan itu elegan. Meja di depan jendela besar, dinding dengan tembok berwarna biru angkasa, ornamen-ornamen beraneka ragam, dan hal-hal lainnya yang menambah keindahan menjadi satu dan tertata rapi di ruangan itu.

Di kasur yang ada di sudut ruangan, seorang wanita berpakaian minim terlihat sedang berbaring. Tangan kirinya ia pakai untuk menyangga kepalanya dengan tangan kanan yang sibuk memainkan rambutnya.

"Salam, Nona Asmodeus. Saya kemari bersama dengan teman saya, Kenanga."

"Salam."

Kenanga menundukkan tubuhnya sedikit. Raut wajahnya menunjukkan kecemasan yang luar biasa. Tangannya bergetar pelan saat menunduk, ia merasakan penindasan yang luar biasa.

"Hm, ada apa dengan burung kecil disana. Kau memiliki aura yang cukup kukenal. Seperti ... malaikat yang jatuh."

Wanita itu berhenti memainkan rambutnya dan menatap Kenanga dengan intens. Sontak saja Kenanga langsung mundur beberapa langkah dan memasang posisi siaga.

Sayap hitam perlahan-lahan muncul. Dari yang transparan makin lama makin berbentuk. Iris matanya juga berubah warna menjadi emas. Aura ilahi bercampur aura iblis merembes keluar dari tubuhnya.

"Santai saja, gadis kecil. Aku tahu kau tak bermaksud jahat. Kalau kau jahat pasti sudah menyerangku sedari tadi bukan? Yah, walau itu tak berefek apapun kepadaku."

Perempuan yang memiliki bentuk tubuh seperti gitar spanyol itu tersenyum sensual. Pesonanya meningkat secara drastis, Kenanga sendiri hingga tak dapat menggerakkan tubuhnya karena penindasan yang luar biasa kuat.

"Jasonku sayang. Kenapa kamu baru datang setelah sekian lama. Apakah kamu tahu kalau aku merindukanmu? Dan bukankah aku sudah bilang jangan panggilku dengan sebutan itu saat kita berdua saja!!"

"Maaf, Nona Asmodeus. Ini adalah kewajibanku untuk memanggil Anda dengan sebutan kehormatan."

"Huh, selalu saja kau bersikap kaku. Jadi ada apa kau menemuiku? Bukankah kau jarang kemari, kecuali memiliki maksud tertentu."

Jason terkekeh dan mengambil jalan memutar ke sofa. Dia duduk di salah satu bagian dari sofa empuk itu dengan santai. Ia mengambil camilan yang tersaji di atas meja dengan santai dan melahapnya.

"Jujur saja, apa tujuan Nona Asmodeus mengumpulkan jiwa-jiwa manusia?"

Asmodeus tersenyum kecil mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Jason. Dia berjalan santai ke arah Jason dan duduk berhadapan dengannya.

"Yah, tujuan utamaku adalah mengembalikan kejayaan fraksi nafsu. Tujuan lainnya mungkin untuk mengurangi populasi manusia-manusia bejat."

Kenanga yang sedari tadi mematung tersadar begitu Asmodeus mengambil buah cherry. Dia dengan sedikit berlari mendekati Jason dan duduk di sampingnya, memastikan bahwa ia baik-baik saja.

"Maaf sebelumnya. Tetapi, dari yang diceritakan di dunia atas, setahuku Asmodeus memiliki jenis kelamin laki-laki. Lalu kenapa Asmodeus yang ada di hadapanku sekarang memiliki jenis kelamin perempuan?"

Asmodeus menahan tawanya agar tak lepas saat mendengar pertanyaan yang diajukan Kenanga. Dia segera saja menatap Kenanga dan mulai menjelaskan alasan bagaimana dia bisa menjadi perempuan.

"Hei, burung hitam. Kau tidak tahu jika para Kaisar Iblis dapat merubah wujud dan jenis kelamin mereka sesuka hati? Huh, ini bahkan hal paling dasar yang harus diketahui oleh iblis maupun malaikat."

"Tentang itu ... aku suka membolos sewaktu diadakan pembelajaran. Jadi, aku tidak tahu hal dasar seperti ini."

Wajah Asmodeus semakin tertekuk saat mendengar jawaban Kenanga yang menurutnya sangat bodoh. Malaikat macam apa yang membolos pelajaran?

Kenanga yang melihat hal itu memerah wajahnya karena malu. Sontak saja dia menundukkan kepalanya dengan cepat. Jika ada bantal, mungkin ia akan membenamkan wajahnya di bantal.

Jason dengan santainya malah berceloteh tentang betapa bodoh dan polosnya Kenanga. Gadis berambut pirang itu makin merah jadinya, bahkan wajahnya sekarang dapat menyaingi kepiting rebus yang baru saja diangkat.

"Sudah sudah, jadi tujuanmu kemari hanya itu? Tinggallah sebentar lagi, aku tahu kau pasti akan segera pergi kan? Aku kesepian di sini, hanya ada kertas dan pria-pria membosankan yang menemaniku tiap waktu."

"Maaf, nona. Aku memiliki urusan lain yang harus diselesaikan. Lain kali aku akan kemari lebih lama."

Jason beranjak dari sofa dan mengambil beberapa camilan sebagai oleh-oleh dari Thailand. Kenanga ikut berdiri dari sofanya dan mengekor Jason yang masih asyik memakan beragam makanan di tangannya.

"Terima kasih, Nona Asmodeus. Saya pergi dahulu."

Kenanga berinisiatif untuk mengucapkan salam perpisahan pada Asmodeus. Yang disusul dengan Jason dengan membungkukkan badannya, walau sedikit dipaksa dan diancam oleh Kenanga.

Mereka mengeluarkan kertas yang sama, mungkin tidak. Kertas yang dipegang mereka kali ini memiliki warna dasar biru dengan aksara aneh berwarna merah darah.

Kenanga yang masih teringat dengan akibat dari teleportasi sedikit ragu untuk menyobeknya. Beruntung Jason melihat dan menyadarinya.

"Hei, Kenanga. Kau takut akan mual lagi? Tak apa, jika kau mual keluarkan saja lagi makananmu, ahaha."

Kenanga yang mendengar itu mendadak menatap Jason dengan marah. Ia meremas pelan kertas yang ada di tangannya dan merobeknya kasar.

"Siapa bilang? Aku tidak takut, huh."

Jason menggelengkan kepalanya pelan dan ikut-ikutan menyobek kertas biru itu. Perlahan tapi pasti, tubuh mereka bercahaya biru muda dan terurai. Diawali dengan Kenanga yang diikuti dengan Jason.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro