Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bangkit Kembali

Sudah terhitung seminggu semenjak Kenanga mulai memburu iblis-iblis dari fraksi keserakahan. Sejak hari itu pula, fraksi keserakahan memprioritaskan Kenanga diatas apapun.

Begitu pula hari ini, Kenanga berdiri di atas gedung pencakar langit dengan ponsel di tangan kanannya. Matanya mengawasi tiap inci daerah tersebut.

"Halo, Nona Asmodeus. Siapa target kita kali ini?"

"Seorang kroco dari fraksi keserakahan. Lokasinya sudah kukirimkan padamu."

Kenanga menutup telepon dan menaruh ponselnya di saku jaketnya. Dia mengangkat tudung jaketnya dan meluncur bebas dari gedung itu.

Sayap hitam transparan muncul dari punggung Kenanga, memperlambat jatuhnya si gadis berambut pirang itu. Iris matanya berubah warna menjadi emas, sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

Kenanga lalu mengepakkan sayapnya dan meluncur cepat ke arah depan. Netra matanya menangkap adanya aura iblis, tentunya iblis dari fraksi keserakahan.

"Ketemu!"

Kenanga menukik tajam di salah satu sudut jalan dan menyambar sesosok pria paruh baya. Pria itu meronta-ronta saat Kenanga menyambarnya dan membawanya terbang ke atas langit.

"Kau! Apakah kau si Burung Pemburu yang sudah membunuh banyak saudara kami!? Lepaskan aku! Akan kubunuh kau!"

Kenanga menaikkan salah satu alisnya saat mendengar celotehan dari pria paruh baya itu. Perlahan tanduk merah kehitam-hitaman muncul dari keningnya, matanya juga berubah menjadi merah dengan iris hitam.

"Burung Pemburu? Jadi itu julukan yang diberikan oleh kalian? Tak buruk, aku cukup suka. Berikan ucapan terima kasihku dengan pemberi julukan itu di alam baka."

Kenanga melepaskan pegangannya pada lengan pria-atau iblis-itu. Membuatnya terjun bebas dari ketinggian, 99% dia pasti akan mati dari ketinggian seperti itu.

Darah hitam muncrat ke segala arah begitu tubuh pria itu jatuh ke tanah. Tubuhnya hancur tidak berbentuk, mungkin hanya tinggal tersisa tanduk merahnya saja.

Kenanga mendaratkan tubuhnya di samping tubuh tak berbentuk itu. Dia mengambil kalung berbandul permata warna hijau daun di bagian atas dan hijau tua di bagian bawah. Ditaruhnya kalung itu di atas tubuh iblis tadi dan disentuhnya permata hijau itu.

Permata itu bersinar redup, sebelum kembali normal. Warna hijau daun di permata itu terkikis sedikit, digantikan dengan warna hijau tua.

"Terima kasih atas persembahan jiwamu. Semoga kau hidup tenang di alam baka."

Dia memakai kembali kalung berbandul permata hijau itu di lehernya. Kenanga lalu terbang mencari target selanjutnya-iblis-iblis dari fraksi keserakahan-yang sudah menunggu untuk dipanen.

Dia terbang lurus ke depan dan mendarat di atap salah satu gedung tinggi. Kembali dia mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol telepon di salah satu kontak di ponselnya.

"Halo, apakah kau sudah selesai berurusan dengan kroco itu?"

"Tentu saja, iblis lemah macam dia mana cukup untuk membuatku mengeluarkan banyak kekuatan."

"Huh, target selanjutnya adalah seseorang yang cukup kuat. Hanya sedikit lebih lemah dari Jeanne, iblis yang kau lawan tempo hari. Dia adalah kepala cabang fraksi keserakahan."

"Baiklah, kirimkan segera lokasinya."

Orang di seberang sana mematikan sambungan teleponnya. Kenanga lalu memasukkan ponselnya kembali ke saku dan meregangkan tubuhnya sebentar.

Sayap hitam kembali muncul dari punggung Kenanga bersamaan dengan iris matanya yang kembali berwarna emas. Dia lagi-lagi jatuh bebas dari gedung tinggi, membuat siapapun yang melihatnya pasti panik.

Sayap hitamnya dikepakkan keras-keras, membuat Kenanga melayang dan terbang dengan kecepatan tinggi. Dia kini terbang menuju ke areal hutan di Saskatoon.

Pohon-pohon tinggi menjulang, dengan semak belukar yang tumbuh rimbun. Kenanga terbang rendah di antara pepohonan itu dan mendarat di samping salah satu pohon besar.

"Di sini kah tempatnya? Huh, sangat berbanding terbalik dengan fraksi nafsu yang ada di tengah kota. Fraksi keserakahan memasang markas cabang mereka di hutan?"

Kenanga memegang batang pohon itu, cahaya bersinar terang dari tangan kanan Kenanga. Pohon itu terbelah dan menampilkan lorong gelap dengan obor yang bersinar redup di kanan kirinya.

Kenanga membuat bola cahaya dan melangkah memasuki lorong itu. Pohon tadi berbunyi kencang dan menutup secara perlahan-lahan.

Suasana mencekam dirasakan oleh Kenanga begitu pintu-mungkin pohon-itu tertutup. Dia berjalan pelan menyusuri lorong gelap itu dengan dua buah bola cahaya di samping kanan dan kirinya.

Setelah beberapa saat berjalan, Kenanga sampai di satu ruangan besar. Kosong. Hanya ada lantai marmer dan lampu minyak yang tergantung di dinding ruangan itu.

"Hei, penyusup kecil. Bagaimana bisa kau tidak memberi salam kepada pemilik rumah?"

Siluet sesosok manusia terlihat dari ujung lain ruangan. Sosok itu berjalan keluar dari kegelepan dan berdiri beberapa meter di depan Kenanga. Seorang pria.

"Huh, untuk apa seorang penyusup memberi salam? Lagipula kau akan segera mati."

Kenanga mengangkat tangan kanannya ke arah depan. Pedang cahaya muncul dan melesat ke arah sosok pria itu.

Dia hanya tersenyum dan menatap ke arah Kenanga. 3 pisau tiba-tiba muncul dari belakang pria itu dan menabrak pedang cahaya itu, membuatnya meleset dari tujuan awalnya.

"Kalian sangat pandai bermain pisau ya? Kemarin aku melawan orang-orang dari fraksi keserakahan, mereka juga melawanku dengan pisau-pisau yang berterbangan."

Kali ini Kenanga memberi isyarat dengan jari telunjuknya. Sebuah bayangan yang sama persis dengan pria itu muncul dan menyerangnya.

"Dan kau sangat pandai melawan musuh-musuhmu."

Pria itu melemparkan 5 pisau berwarna merah darah. Dengan segera bayangan itu menghadang laju kelima pisau itu dan meledak.

Kenanga menyeringai dan menjentikkan jarinya. 4 buah tangan dari bayangan muncul dan memegang erat-erat tubuh pria itu. Dia tidak sempat mengelak karena kaget.

"Selesai. Saatnya mengambil kekuatan jiwa milikmu, mungkin setelah aku mengisi ulang kekuatan jiwaku sendiri."

Kenanga mengusap permata hijau yang ada di kalungnya. Membuatnya bersinar sesaat dan kehilangan banyak warna hijau tuanya.

"Hm? Mungkin ini akan penuh dengan kekuatan jiwamu."

Suara sepatu yang bergesekan dengan lantai marmer terdengar saat Kenanga berjalan mendekati pria itu. Kalung dengan permata hijau telah dikenakannya ke leher si pria malang itu.

"Selamat tinggal dan ... terima kasih."

Jari Kenanga menyentuh permata hijau itu. Membuatnya kembali bersinar terang dan berubah warna menjadi hijau tua. Sedangkan pria itu, menjadi lemas dan mati dengan posisi berdiri terikat.

Kenanga tersenyum senang dan mengambil kembali kalung permata dari leher pria itu. Dikenakannya kalung itu pada lehernya, dia lalu mengepak-epakkan sayapnya sebentar sebelum mengambil kertas berwarna merah muda dan menyobeknya.

Tubuhnya bersinar dengan warna putih keperakan dan perlahan-lahan terurai. Kini ia sedang berdiri di depan sebuah gedung megah.

Dibukanya pintu gedung itu dan dengan segera berjalan cepat ke satu pintu. Dibukanya pintu itu dan dia terbang dengan cepat menyusuri koridor itu.

Pintu lain terlihat begitu Kenanga sampai di ujung koridor. Segera saja dibukanya pintu itu dan menyambangi sesosok pria yang tergeletak di tengah-tengah lingkaran dengan pola bintang terbalik.

"Kau sudah kembali?"

"Ya."

Dipakaikannya kalung dengan permata hijau-yang awalnya ada di leher Kenanga-pada pria itu. Diusapnya pelan pipi pria itu sebelum beralih pada permata hijau yang tergantung pada kalung itu.

Kalung itu bersinar terang, bersamaan dengan pola itu yang juga bersinar gelap. Begitu kalung itu meredup, pola lingkaran bintang makin terang bersinar.

Sesaat setelahnya, pola itu meredup dan menghilang. Pria tadi membuka matanya dengan perlahan, menengok ke kanan dan ke kiri sebelum bangkit dan mengambil posisi duduk.

"Kenanga? Itu kau kan?"

"Kau kembali! Jason Alexandria Rain! Kau kembali!"

Kenanga segera memeluk tubuh tegap pria itu dan menangis dalam pelukannya. Jason hanya tersenyum dan mengelus kepala Kenanga.

"Ya, aku kembali. Mari kita arungi dunia ini, berdua saja. Hanya ada kau dan aku, Kenanga dan Jason, burung kecil dan ... iblis mesum."

--->TAMAT<---

Halo teman-teman, disini author ChevaLR. Huwee, udah tamat aja, nggak kerasa TT. Saya mau meminta maaf apabila cerita ini kurang memuaskan kalian.

Jika sekiranya ada sesuatu hal yang mengganggu kalian, sekali lagi saya mohon maaf. Maaf juga kalo endingnya gantung, hehe.

Akhir kata, selamat menikmati. Jika ada saran dan kritik untuk cerita ini, boleh banget. Komen aja di episode berapa, nanti akan Lana benahi, karena Lana tau Lana masih amatir.

Ciao~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro