
BAB 4. DALAM NERAKA KEGILAAN
Evan
Demi misi rahasiaku untuk menemukan Ethan dan mencari anting, tidak ada jalan lain lagi. Aku pun terpaksa memilih kembali ke pack saat menjelang dini hari.
Aku menyesali keputusan itu.
Saat ini mereka memperlakukanku seolah tengah menjalani sebuah sidang. Selain Starla, wajah-wajah yang tak kukenal kini pun sedang menatapku berang.
"Sejak kapan kau berubah jadi pengecut begitu, Axel? Kau tak pernah lari dari wanita! Merekalah yang biasanya harus lari darimu! Ada apa denganmu, hah?! Memalukan!" hardik seorang lelaki berumur empat puluhan. Dia memakai semacam rompi berbulu. Di sekitar mulut dan dagu pada wajahnya dihiasi bewok tipis, dilengkapi dengan mata abu-abu.
Aku memandang bingung pada lelaki berkulit putih bertubuh tinggi gempal yang juga memiliki rambut keperakan ikal dibentuk model sanggul dan tatapan setajam elang itu. "Sebenarnya ...."
"Kau seorang alpha. Sebagai Alpha Hutan Utara, mengabaikan dan meninggalkan Luna di malam pertama, adalah sebuah kesalahan fatal. Kau seharusnya tahu itu, bukan?"
Aku beralih, menoleh pada seorang lelaki tua berambut pirang yang hampir memutih dan memakai jubah merah. Suaranya cukup lembut, setidaknya ia terdengar lebih ramah. Kucoba untuk kembali membuka suara di bawah tatapan si Lelaki Brewok yang mendominasi penuh amarah.
"Maksudku ...."
"Jadi, bagaimana ini, Tetua Greyson, Magea Turan? Aku sungguh dipermalukan tadi malam." Starla memulai pertunjukan drama dengan air mata dramatisnya.
Ah, dasar wanita.
Aku berdeham. "Begini ...."
"Haruskah pernikahan dibatalkan saja?"
"Tidak bisa, Magea Turan! Aku kuatir ini akan merusak hubungan antara dua pack nantinya," sahut si Tetua Greyson.
"Tapi lihatlah dia." Ucapan Magea Turan itu membuat semua sontak memandangiku.
"Aku yakin dia tak akan bisa menjelaskan apa pun saat ini. Ia tidak sedang dalam kesadaran penuh," lanjut si Magea.
Bagaimana bisa kujelaskan jika aku bahkan tak bisa menyelesaikan kalimatku!
Kutarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya pelan. "Sejujurnya aku ini ...."
"Apa pun yang terjadi, aku tak mau kalian membatalkan pernikahanku dengan Axel!" sahut Starla tandas.
"Tidak bisakah kalian membiarkanku bicara!" dampratku sebelum dengan cepat berganti tersenyum lebar, memandangi Starla dan yang lainnya.
"Baiklah. Apa yang bisa kau katakan, Nak?" Magea Turan tersenyum lembut menatapku. "Kau bukan dirimu yang seharusnya saat ini."
Kami beradu mata. Jelas terlihat bagiku, dia seakan mengetahui sesuatu dari tatapan matanya.
Mungkin lelaki tua itu tahu soal diriku? Dia mengenali jiwa asing yang ada di tubuh Axel adalah aku?
Bisakah dia menjadi harapan buatku menemukan Ethan dan mengembalikan kami ke dunia semula?
"Kau, maksudku, Magea Turan, aku perlu bicara denganmu. Bisakah kita bicara empat mata?" tanyaku cepat.
"Untuk apa? Urusanmu belum selesai di sini! Kenapa malah mau berdiskusi dengan dukun pack?! Kau mengabaikan ayahmu sekarang, hah?" sambar Greyson terlihat gusar.
Hah? Turan adalah seorang dukun dan Greyson ternyata ayahku? Maksudku, si tetua berambut sanggul ini ayah Axel?!
Starla melipat kedua lengan. Matanya menyipit ke arahku. "Katakan saja di sini bila memang perlu!"
Magea Turan mengangkat tangan ke udara, membuat yang lain bersikap lebih tenang. "Beri dia kesempatan bicara. Bila memang ia ingin bicara berdua saja denganku, biarkanlah. Kalian keluar saja dulu."
Greyson mendengkus sebelum bangkit dari kursinya dan melangkah keluar. Starla pun kemudian turut menyusul setelah memberiku tatapan nanar.
Aku memastikan semua pergi dan hanya ada aku bersama Turan di ruangan yang terlihat mirip seperti sebuah ruang kerja berukuran cukup luas saat ini. Mata kami beradu beberapa saat dalam sunyi.
"Aku ...."
"Aku tahu. Kau bukan Alpha Axel."
Dukun sialan! Lagi-lagi dia pun tak membiarkanku bicara! Aargh!
***
Aku seharusnya tahu bahwa tidak semua orang bisa menerima kejujuran dengan lapang hati. Buktinya saat ini.
Turan tak percaya saat kukatakan aku datang dari dunia lain, namaku Evan Frost, dan memiliki saudara kembar yang juga kemungkinan terlempar di tempat ini atau entah ke mana. Dia bahkan menolak permintaanku untuk membantu mencarinya.
Dukun sialan itu malah memutuskan untuk menyiksa aku. Dengan metode gilanya, dia berharap bisa mengembalikan kewarasanku.
Alih-alih menyembuhkan, dia sepertinya berencana untuk membunuhku!
Dia menyuruh orang-orang pack untuk mengikat serta menenggelamkan aku dalam sungai berkali-kali sampai tersedak dan muntah-muntah. Dukun itu juga memaksaku meminum ramuan yang aromanya mengalahkan bau timbunan sampah.
Seakan belum cukup, lelaki tua itu pun menyuruh Greyson untuk menampar serta memukuliku sambil meneriakkan nama putranya. Dengan begitu, dia berharap jiwa Axel yang tersesat akan mendengar dan tersadar, lalu segera kembali bangun dalam raga.
"Kau yakin ini akan berhasil?" tanya Starla. Rautnya terlihat cemas dan bingung. "Lihat, Tetua Greyson bahkan mulai kelelahan. Axel juga sudah babak belur begitu. Namun, tidak ada tanda-tanda Axel sadar atau bersikap normal kembali."
"Hhh ...." Greyson menghentikan tinjunya sejenak, tersengal. "Aku sepertinya sudah semakin tua. Anak ini tubuhnya begitu kuat. Pemulihan dirinya begitu cepat." Ia menoleh ke Turan. "Kau yakin aku harus meneruskannya, Magea?"
"Ya, terus lakukan, Greyson. Buat Axel mendengar suaramu. Dia akan bangun kembali."
Ya, yang kemungkinan besar terjadi adalah aku mati, lalu rohku akan bangkit dan membunuhnya terlebih dulu!
"Tidak adakah jalan lain? Bagaimana jika membawanya ke Nixie saja?" saran Starla.
Aku bisa melihat betapa wanita itu sepertinya sangat peduli pada Axel. Dia pasti sangat mencintainya.
"Ah, kau benar. Jika cara-caraku tadi tak berhasil, maka tak ada jalan lain, kecuali membawanya ke Peri Penyembuh. Untuk saat ini, lanjutkan saja dulu, Tetua Greyson."
Greyson pun mengangguk patuh. Dia mengabaikan aku yang bahkan mencoba menahan pukulannya untuk ke sekian kali, hingga terjatuh.
Turan hanya mengamatiku dengan tatapan misterius tanpa bersuara. Aku bahkan bisa melihat jelas senyuman samar di sudut bibirnya.
Dukun sialan! Dia sama bedebahnya dengan si Profesor Botak Gila yang menjebak kami. Awas saja jika aku berhasil kembali nanti.
Si Profesor Botak itu akan kubuat menyesal telah dilahirkan ke bumi!
Kejujuran tak berguna saat ini! Aku harus beradaptasi atau harus merelakan diri untuk mati!
Aku mungkin terpaksa harus bersabar, berdamai dengan situasi. Hanya dengan cara itu bisa kucari keberadaan anting dan Ethan nanti.
Setelah kami bertemu, dia pasti bisa membantuku. Kami akan membuat rencana perhitungan untuk membalas si Dukun Keparat itu.
"Aaargh!" pekikku ketika hantaman kembali mendarat, membuat kepalaku sempat terasa pening berputar. Mataku pun menatap samar.
"Terus! Jangan berhenti! Panggil namanya!"
"AXEL ELWOOD!"
Sebuah tinju kembali mendarat ke wajahku. Lelaki itu benar-benar memperlakukanku bagaikan samsak tinju!
F**k! S**t!
Mulutku meludahkan darah segar kini. Ethan akan memelototiku jika mendengar sumpah serapahku ini.
SIAPA PUN! TOLONG AKU!
Katakan kau adalah Axel.
Hah? Siapa itu? Siapa kau?
Dengan tubuh terasa lemas, aku celingukan mencoba mencari asal suara. Namun, sepertinya tidak ada.
Siapa yang bersuara tadi?
Aku ... jiwa wolfera milik Axel.
Apa?! Ada dua jiwa di tubuh ini?! Wolfera? Aku pasti sudah gila!
Kau tidak gila. Aku terpaksa bersuara demi Axel. Lekas katakan yang kusuruh tadi. Aku akan membantumu.
Dukun keparat itu tidak percaya padaku!
Dia akan percaya jika kau mengatakan kalimat yang biasa Axel katakan pada Tetua Greyson setiap kembali pulang dari mana pun.
Apa?
Hei, Tua Bangka. Aku kembali.
Kupejamkan mata sejenak sebelum membuka pandanganku kembali. Aku pun bertekad membuka suara kini.
"Hei, Tua Bangka! Aku kembali!"
***
24/10/2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro