Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 7 - Zakh

Begitu Zakh turun dari kereta kuda setelah perjalanan panjang dari pernikahan kakaknya, Tarkh, seorang putri Naz menyambutnya di depan pintu istana utama yang berbentuk setengah melengkung. Gadis itu tersenyum pada Zakh.

"Selamat datang. Saya sudah menyuruh pelayan untuk menyiapkan air panas. Yang Mulia bisa segera membasuh diri. Perjalanan Anda pasti melelahkan."

"Terima kasih, Jade," balas Zakh dengan datar lalu bergegas masuk ke dalam istana. Jade membuntutinya dari belakang.

"Jika ada yang Yang Mulia perlukan, sampaikan saja. Saya akan menunggu di sini," lanjut Jade sebelum Zakh masuk ke pemandian.

"Tidak perlu Jade. Bersantailah. Aku punya pelayan pribadiku sendiri."

"Tapi Yang Mulia ...."

"Tidak perlu menyanggahku," ucap Zakh yang bernada datar tapi mengandung ketegasan yang tidak bisa dibantah. Tanpa basa-basi lebih lanjut, Zakh masuk ke pemandian. Meninggalkan Jade yang kebingungan hendak berbuat apa lagi.

Zakh segera berendam dalam pemandian air panas yang luas. Di kerajaannya yang lama, Kerajaan Tzaren, tidak memiliki pemandian luas seperti itu. Air dengan cepat membeku di sana dan sumber air panas cukup jauh sehingga tempat mandi untuk keluarga raja sekalipun hanyalah sebuah bak seukuran badan orang dewasa.

Air yang terasa nyaman merilekskan otot-ototnya yang tegang. Zakh pun melamun, kembali mengingat kejadian yang baru-baru saja terjadi.

Zakh amat terkejut ketika ia diberikan wilayah Aritoria, salah satu kerajaan yang makmur di antara kerajaan-kerajaan lainnya. Hanya Ezze yang mampu menandingi perekonomian Aritoria. Meski kekuatan tentaranya rata-rata dan di bawah Tzaren atau Kraalovna, ada banyak tentara bayaran yang bisa disewa di Aritoria mengingat kerajaan itu penuh dengan pedagang-pedagang besar dan pedagang-pedagang dari negeri yang jauh.

Zakh yakin jika kakaknya memiliki perhitungan sendiri dalam membagi kerajaan-kerajaan pada saudara-saudaranya. Namun, dirinya masih bertanya-tanya apa yang menjadi pertimbangan Tarkh ketika memberikan Kerajaan Aritoria padanya.

Bielinca dan Aritoria adalah dua kerajaan yang mendapatkan paling sedikit dampak penaklukan besar-besaran Tzaren.

Kerajaan Bielinca menyerah tanpa syarat, membiarkan tentara Tzaren memasuki ibu kota karena keluarga kerajaan yang lama memilih bunuh diri daripada dibantai tentara Tzaren.

Sedangkan keluarga Kerajaan Aritoria terdahulu kabur menggunakan kapal pedagang asing ke kerajaan yang jauh dan membawa serta harta benda mereka.

Meski tanpa pemimpin, pedagang-pedagang besar Aritoria tidak serta merta membuka gerbang ibu kota walaupun ibu kota sudah terkepung. Dengan sedikit negosiasi yang tidak imbang, mereka akhirnya menyerahkan kunci istana pada Tarkh.

Sekelompok pasukan gerak kecil Tzaren kemudian menyusul keluarga kerajaan dengan kapal perang dan kembali beberapa minggu kemudian, membawa kepala raja yang melarikan diri.

Di Aritoria, semakin banyak kekayaan si pedagang, maka akan semakin tinggi jabatannya di pemerintah. Kekayaan itu dibuktikan dengan persembahan-persembahan pada raja yang baru: Zakh.

Zakh menerima banyak hadiah-hadiah mahal yang membuat gudang harta istana kembali terisi setelah harta yang dibawa kabur raja terdahulu diangkut Tzaren sebagai bagian dari rampasan perang.

Meski pedagang-pedagang di kepemerintahan Aritoria licik, mereka masih segan terhadap Zakh yang merupakan adik raja yang berhasil melakukan penaklukan besar-besaran. Penaklukan tersebut begitu tiba-tiba hingga masih melekat di benak banyak orang. Selain itu, keberadaan seorang putri Naz sebagai calon pendampingnya juga memberikan dampak tersendiri. Zakh mungkin ditakuti, tapi Jade-lah yang dihormati.

Aritoria sebagai salah satu kerajaan di utara yang dekat dengan Kota Suci Verhalla, memiliki rasa hormat tersendiri pada Naz. Para rakyat dan bangsawan merasa sangat tidak keberatan dengan putri Naz yang menjadi ratu di kerajaan mereka.

Zakh menghela napas pelan, menghilangkan sedikit uap yang muncul dari air panas.

Semenjak putri-putri Naz dibariskan di depan para calon raja, Zakh sudah jatuh hati pada Jade. Meski tampak ketakutan, tatapan mata gadis itu masih tetap teduh dan gerakannya cukup tenang. Ia menyukai orang seperti Jade; yang tenang, dewasa, dan tidak banyak tingkah. Ia merasa sangat bersyukur ketika Khrush dan Sirgh tidak memilih Jade.

Zakh berharap Jade seperti yang dipikirkannya ketika membawa serta gadis itu ke Kerajaan Aritoria bersamanya. Ternyata dugaannya benar.

Di malam pertama mereka di istana baru, Zakh kaget mendapati Jade tiba-tiba masuk ke kamarnya dan berkata hal yang tidak ia duga sambil menundukkan kepala, "Terima kasih sudah memilih saya, Yang Mulia."

"Bu-bukan apa-apa." Zakh sedikit terkejut tapi berusaha kembali pada ekspresi datarnya.

"Ada yang bisa saya lakukan sebagai ucapan terima kasih?"

Zakh kembali terkejut. Ia mengerti maksud ucapan Jade yang terlihat sedikit bergetar. Gadis itu sebenarnya ketakutan.

Zakh turun dari tempat tidur dan menghampiri Jade, mengangkat wajah mungil di hadapannya. Mata gelap itu tampak berkaca-kaca menahan tangis.

Entah dengan alasan apa, Zakh justru mengelus kepala Jade. "Kembalilah ke kamarmu. Jangan takut padaku. Aku tidak barbar seperti saudara-saudaraku yang lain."

"Te ... terima kasih, Yang Mulia." Jade membungkuk hormat sekilas dan setenang mungkin undur diri menuju pintu.

"Jade ...," panggil Zakh saat putri Naz itu membuka pintu lalu menoleh ke arahnya. Pandangan mata mereka bertemu dan membuat Jade spontan menundukkan pandangan. "Hapuskan pemikiran 'melakukan sesuatu sebagai ucapan terima kasih' itu. Aku tidak akan menyentuhmu sebelum waktunya karena aku tidak mungkin menghina kehormatan ratuku sendiri."

Zakh masih ingat ketika akhirnya Jade berani menatapnya setelah ia mengatakan hal tersebut. Jade tampak tertegun sejenak kemudian tersenyum, senyum yang amat melekat di ingatan Zakh. Ia kembali terpesona.

Zakh ikut tersenyum tipis mengingat senyum Jade saat itu. Padahal dirinya sendiri lupa kapan terakhir kali tersenyum.

***

"Bagaimana pesta pernikahannya?"

Zakh tahu Jade sangat penasaran dengan keadaan saudari gadis itu di kerajaan lain. Terkadang ia iri dengan hubungan persaudaraan putri-putri Naz yang amat erat. Tidak seperti hubungan persaudaraannya yang saling sikut sana sini, saling menjatuhkan, dan tidak senang melihat saudara yang lain lebih beruntung.

Zakh menyuap sesendok sup kental penuh cita rasa. Makanan Aritoria jauh lebih enak dibanding makanan Tzaren yang cenderung hambar.

Zakh menyukai kegiatan sarapan bersama Jade setiap pagi. Apalagi ruang makan keluarga raja menghadap ke laut yang indah dan tersiram cahaya matahari dengan cukup melalui jendela-jendela besar, amat sangat menenangkan hati.

"Kakakmu, Ratu Taaffeite, tampil sangat cantik menggunakan pakaian pernikahan Tzaren meski ia terlihat tidak nyaman mengenakannya. Ia dirawat dengan cukup baik oleh Kak Tarkh ... sepertinya."

Wajah Jade tampak lega mendengar hal itu. "Syukurlah. Saya tidak mengerti mengapa Raja Tarkh melarang kehadiran putri-putri Naz di pernikahannya. Harus diakui, saya merasa rindu berat pada saudari-saudari saya yang lain," ucap Jade sambil menyendok sup dengan anggunnya.

"Mungkin ... mungkin karena ada yang membenci putri-putri Naz, sehingga kalian dilarang hadir."

Jade memasang tatapan bertanya. Zakh memberinya cukup kepercayaan untuk berbuat semaunya di istana. Ia bahkan dapat berkeliling ibu kota dengan berjalan kaki dan hanya dikawal empat orang pengawal pribadi. Jade tidak mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari orang-orang yang ditemuinya di jalan-jalan ibu kota. Kondisi yang tidak begitu berbeda dengan saat berada di Kota Suci Verhalla. Karena itu, ia sedikit heran ada yang membenci saudarinya yang lain.

Zakh menceritakan insiden kecil di pernikahan Tarkh. Insiden yang dibisikkan para bangsawan dan saudara-saudaranya di belakang Tarkh.

Jade spontan menutup mulutnya, tak percaya ada yang bisa menyakiti kakaknya seperti itu.

"Sudah merupakan rahasia umum di seluruh kerajaan jika Kak Tarkh memulai perang demi mendapatkan Ratu Taaffeite. Tidak heran jika ada yang menyalahkan sang ratu atas perang yang terjadi."

"Tapi mereka tidak pantas menyalahkan Kak Fe! Kakak pun pasti tidak menginginkan perang terjadi."

"Sudahlah, Jade. Tidak ada juga yang bisa kamu lakukan terhadap hal tersebut," balas Zakh dingin.

Jade terdiam dan kembali berkonsentrasi pada supnya. Zakh memang memperlakukannya dengan baik dan juga berbagi pemikiran dengannya, tapi terkadang laki-laki itu bisa sangat dingin dan mengucapkan kata yang menyinggung tanpa merasa bersalah.

"Apa rencanamu hari ini?" Zakh lanjut bertanya setelah keheningan yang panjang.

"Saya akan kembali mengunjungi sisi barat ibu kota. Memberikan sedikit makanan pada panti asuhan di sana."

Zakh mengangguk-angguk. Zakh mengagumi bagaimana Naz dapat membesarkan putri-putrinya menjadi pribadi yang rendah hati sekalipun ia seorang pemimpin.

"Ah ... dan sore ini penjahit istana akan membawakan pilihan kain untuk baju pernikahan."

Zakh tampak berpikir, "bukankah masih cukup lama? Khrush bahkan belum menikah."

"Kata penjahit istana, mereka ingin membuat gaun sebaik mungkin sehingga butuh waktu lebih lama dari pada biasanya."

"Terserah mereka sajalah. Mereka lebih tahu persoalan kerajaan ini dan tradisi-tradisinya. Kita hanyalah orang asing di sini."

***

"Para bandit itu kembali berulah, Yang Mulia." Salah satu Dewan Penasihat Raja Aritoria yang terdiri dari pedagang-pedagang besar berstatus bangsawan kembali mengeluh. "Ini merupakan serangan yang kesekian kalinya. Kami sudah mengirimkan surat resmi pada Zetaya tapi mereka tidak memberikan respons."

Zakh terdiam. Ia sudah menyangka, pasti tidak ada respons dari kakaknya, Khrush, yang berotak dangkal itu. "Berikan padaku laporan lengkapnya."

Seorang pelayan di sudut membawakan gulungan-gulungan kertas setelah diperintahkan salah satu dewan penasihat raja. Gulungan tersebut terdiri dari beberapa laporan prajurit perbatasan dan beberapa pedagang yang dirugikan dengan ulah para bandit Zetaya.

"Kejadian terakhir yang dilaporkan, mereka merampok pedagang yang mengambil jalur singkat menuju Tzaren. Padahal saat itu masih berada di dalam kawasan Aritoria."

"Apa pedagang itu tidak menyewa prajurit bayaran?" tanya Zakh sambil memeriksa gulungan-gulungan di hadapannya.

"Mereka menyewa, Yang Mulia. Tapi entah apa yang dilakukan Zetaya sampai membiarkan bandit mereka semakin banyak dari hari ke hari. Prajurit bayaran tersebut kalah jumlah. Itu merupakan salah satu rombongan dagang saya, Yang Mulia. Saya rugi banyak."

Zakh menyadari jika mungkin kejadian yang baru saja dibicarakan bukanlah kejadian terakhir, tetapi kerugian terakhir yang dialami oleh bangsawan yang berbicara tersebut. Laporan-laporan di hadapannya juga pasti dari bangsawan-bangsawan lain yang merasa dirugikan. Hal itu berarti ada lebih banyak ulah para bandit yang merugikan rakyatnya tapi laporan mereka tidak sampai di tangannya.

"Perdagangan ke arah selatan menjadi sedikit terganggu akan kehadiran para bandit Zetaya," tambah bangsawan yang lain.

"Tarik sebagian besar prajurit di perbatasan barat! Di tangan adikku yang masih bocah, Kerajaan Bielinca bukan merupakan ancaman. Konsentrasikan prajurit di perbatasan Zetaya!"

Dewan penasihat raja mengangguk-angguk dan tampak cukup puas dengan keputusan cepat raja baru mereka.

"Bagaimana dengan pembangunan Ramia?" Zakh lanjut bertanya.

Wajah para bangsawan dewan penasihat kerajaan menjadi cerah. Salah satu keputusan yang amat disenangi mereka dari si raja baru: membangun kota transit perdagangan bernama Ramia di ujung barat daya Aritoria yang berbatasan langsung dengan Kerajaan Bielinca dan Innist.

Kota itu dipersiapkan untuk menjadi pusat perdagangan baru yang akan menjadi titik berkumpulnya para pedagang. Akan didirikan pula berbagai cabang markas tentara bayaran di sana sehingga para pedagang dapat mengurangi ongkos mereka daripada menyewa tentara bayaran dari kota-kota pelabuhan. Semakin lama mereka menyewa, semakin mahal pula bayaran para tentara tersebut. Padahal mereka tidak butuh penjagaan ketika melintasi wilayah Aritoria yang relatif aman. Sampai saat itu, belum ada markas tentara bayaran di dekat perbatasan yang sepi.

"Pembangunannya akan selesai dalam waktu dekat, Yang Mulia. Tembok-tembok kota sudah dibangun dua lapis seperti arahan Yang Mulia dan mulai banyak yang membeli tanah di sana. Tampaknya rakyat dan serikat pedagang memandang kota itu cukup menjanjikan," terang bendahara istana dengan senyum lebar.

"Bagus. Jika tidak ada yang ingin disampaikan lagi, akan aku bubarkan pertemuan ini," lanjut Zakh. Ia ingin menyempatkan diri melihat Jade memilih kain dengan penjahit istana.

"Ah, kami belum menyampaikan surat dari kakak Yang Mulia, Raja Tarkh," sahut salah satu bangsawan dan menyuruh seorang pelayan membawakan surat yang segelnya telah terbuka. "Maaf saya yang membukanya lebih dulu, Yang Mulia. Surat itu berbentuk resmi dari Tzaren. Saya tidak menyangka isinya sedikit pribadi."

Zakh tidak mempermasalahkan hal itu. Toh bangsawan yang menyampaikan surat tersebut memiliki posisi penting yang bisa dengan mudah mencari tahu isi dari segala surat untuk raja.

Bagi Zakh semua bangsawan dewan penasihat raja tampak sama di matanya, mereka adalah orang asing. Begitu pula bagi para bangsawan Aritoria, dirinya hanyalah orang asing.

Zakh meraih surat berlambang bendera Kerajaan Tzaren. Keningnya berkerut ketika membaca isi surat yang singkat tanpa basa basi, gaya penulisan yang amat mencerminkan sifat kakaknya.

Adikku, Raja Zakh dari Aritoria.

Khrush tampaknya kesulitan membiayai pernikahannya. Ia meminta bantuan padaku dan akan kubantu sebisaku. Kuharap kau membantunya juga.


Salam,

Raja Tarkh dari Tzaren


Zakh meremas surat tersebut bukan karena ia tidak menghormati kakaknya, Tarkh. Namun, karena isinya menyangkut saudaranya yang lain ... yang mempunyai otak hanya di otot: Khrush.

Para bangsawan di hadapan Zakh menunggu keputusannya.

Zakh berkata dingin pada bangsawan yang tadi menyampaikan surat. "Balas surat kakakku. Tulis padanya bahwa: aku mohon maaf tidak bisa membantu. Saat ini aku sedang sibuk mengatasi tikus Zetaya yang menggerogoti kejuku."



***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro