Chapter 62 - Perang: Basis Militer Baru
Pasukan Tzaren menggali terowongan tidak hanya ke satu arah. Mereka menggali terowongan bawah tanah ke arah benteng, juga ke arah sebaliknya. Di arah sebaliknya, terdapat dataran rendah yang memiliki sungai kecil.
Karena kekhawatiran jika tanah lembut dan berongga di sekitar benteng selatan tidak akan kuat menahan berat air parit pertahanan lalu meruntuhkan terowongan sebelum waktunya, maka pekerjaan menggali terowongan dihentikan sebelum sungai yang menyuplai air ke parit pertahanan menyusut.
Beberapa prajurit Tzaren dikerahkan untuk menyumbat hulu sungai dan mengalirkannya ke tempat lain agar sungai yang mengalir ke benteng selatan Bielinca surut. Pekerjaan itu tidak mudah dan membutuhkan waktu.
Ketika akhirnya hulu sungai berhasil tersumbat, air sungai yang melewati benteng selatan pun berkurang dengan cepat.
Pihak Tzaren segera memosisikan pasukan ke hulu sungai karena yakin Ezze akan mengirimkan prajurit pemantau untuk menyelidiki sungai yang surut. Mereka bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan sebelum menyerang secara tiba-tiba, menghabisi setiap prajurit Ezze yang datang.
Begitu sungai menyusut, para penggali terowongan Tzaren melanjutkan pekerjaan mereka yang tadinya berhenti ketika terowongan mendekati bagian bawah parit pertahanan benteng selatan Bielinca.
Seperti yang telah diprediksi, air di parit pertahanan mengalir melewati celah tanah yang digali, meski yang mengalir tidak sebanyak jika air di parit tidak menyusut. Tetes-tetes air yang bergema di terowongan membuat dinding terowongan menjadi basah dan terowongan rawan terendam air. Namun, air tersebut mengalir ke dataran rendah di belakang perkemahan prajurit Tzaren melalui sisi terowongan yang berlawanan arah dari benteng. Itulah tujuan Tzaren menggali terowongan ke dua arah.
Setelah terowongan yang digali telah melewati bagian bawah parit basah, tidak butuh waktu lama bagi para penggali terowongan untuk sampai ke bagian bawah dinding pertahanan benteng selatan Bielinca.
"Runtuhkan!"
Tiang-tiang penopang terowongan di bawah dinding pertahanan benteng dibakar setelah perintah diturunkan. Dalam waktu singkat, tanah yang tidak lagi ditopang pun memenuhi terowongan diikuti dinding yang runtuh di atas tanah yang luruh.
Tembok pertahanan di sebelah kiri benteng selatan Bielinca hancur di beberapa titik karena tanah di bawahnya amblas, menyisakan lubang menganga yang terbuka lebar.
Para prajurit garis depan Tzaren telah bersiaga untuk menyerang. Segera setelah tembok pertahanan sisi kiri benteng runtuh, mereka langsung menyerbu benteng. Para prajurit yang bergerak itu merupakan prajurit dari perkemahan tengah dan perkemahan kiri.
Sebagian besar prajurit yang menyerbu berhasil merangsek masuk ke dalam benteng. Sebagian lainnya, terutama prajurit infanteri Tzaren, memindahkan bebatuan yang runtuh agar jalan masuk ke dalam lebih mudah. Mereka berusaha bergerak sambil menghindari pemanah-pemanah benteng selatan yang mengintai dari atas bagian dinding yang masih berdiri tegak.
Jenderal Ezze yang mengantisipasi runtuhnya sisi kanan benteng pun terkejut ketika justru sisi kiri bentengnya yang runtuh secara tiba-tiba. Ia segera berteriak memanggil bawahannya dan memerintahkan agar pasukan Ezze yang terkonsentrasi di sisi kanan benteng untuk berpindah ke sisi kiri benteng. Sebagian prajurit Ezze di dalam benteng bergerak sambil membawa gerobak berisi batu-batu dan karung-karung dari tanah untuk menambal dinding yang runtuh.
Akan tetapi, usaha sang jenderal sia-sia. Prajurit Tzaren tidak hanya menyerang sisi kiri dinding yang hancur, tapi juga menyerang sisi kanan tembok pertahanan dengan menaiki tangga-tangga yang disandarkan pada dinding.
Tzaren berani menyerbu dengan kekuatan penuh karena berdasarkan surat yang dikirim oleh Raja Sirgh, sebagian besar prajurit Ezze dikerahkan ke benteng barat. Hal itu berarti tidak banyak prajurit Ezze yang berada di benteng selatan ataupun di Kota Militer Ancarol yang dekat dengan benteng selatan.
Pasukan Tzaren yang berhasil memasuki benteng selatan pun menghabisi seluruh prajurit Ezze di sana, termasuk Jenderal Ezze dan beberapa petinggi penting di kemiliteran Ezze.
***
Kemenangan telak diraih oleh pasukan Tzaren. Mereka mendapatkan benteng selatan Bielinca dengan sedikit pengorbanan prajurit. Setelah kejatuhan benteng tersebut, maka terbukalah jalur menuju ibu kota Bielinca.
Akan tetapi, pihak Tzaren tidak larut dalam euforia kemenangan begitu saja. Mereka segera mengalihfungsikan benteng selatan Bielinca menjadi basis militer Tzaren. Mereka merapikan dan membersihkan benteng selatan dengan cepat.
Beberapa saat kemudian, sebuah surat datang dari arah barat, menghancurkan suka cita kemenangan Tzaren atas benteng selatan. Putri Kleih segera mengumpulkan para petinggi militer Tzaren sebagai respons atas surat tersebut.
"Kita mendapatkan dua kabar buruk sekaligus." Suara Putri Kleih terdengar getir. "Yang pertama adalah ... kita kehilangan kontak dengan Raja Sirgh. Tidak ada prajurit yang bisa membawa kabar dari seberang selat," jawab Putri Kleih.
Terdengar helaan napas berat dari sana sini. Pihak Tzaren harus menelan pahitnya kekalahan setelah kemenangan manis yang singkat.
"Apa kabar buruk kedua?" Seseorang di dalam ruangan tiba-tiba berceletuk, mengakhiri keheningan yang menegangkan.
"Kekuatan militer kita di Selat Khazan diserang dari dua arah. Tentara bayaran Aritoria menghancurkan pangkalan militer di tepi selat, sementara armada kapal Ezze dan Kraalovna menghabisi semua kapal-kapal perang kita."
Terdengar kegaduhan dari para peserta rapat yang dipimpin Putri Kleih.
"Kapal perang kita?! Sebanyak itu?! Bagaimana mungkin?!" seru seorang mayor jenderal.
"Musuh menggunakan kapal kecil mereka untuk menyelinap di dalam kabut ketika kapal perang kita belum jauh berangkat dari dermaga pangkalan militer. Kapal-kapal itu diisi dengan bahan peledak dan menghabisi sekitar 15 kapal perang besar. Sisa kapal lainnya berhadapan dengan kapal perang musuh dan kita kalah jumlah. Pasukan yang berada di kapal dibantai dan musuh mengambil alih kapal perang kita yang tidak terbakar. Prajurit yang selamat berhasil kabur dengan berenang ke tepi, tapi mereka disambut oleh pedang tentara bayaran Aritoria yang telah menguasai bagian darat."
Penjelasan dari Putri Kleih membuat para petinggi militer Tzaren sakit kepala. Mereka tidak menyangka jika Ezze dan Kraalovna bergerak lebih dulu dengan menyerang pangkalan militer Tzaren di Selat Khazan. Mereka memang mendapatkan kabar pergerakan kapal-kapal Ezze, tapi kabar mengatakan jika itu adalah kapal barang yang dikawal kapal perang. Entah pemberi informasi yang salah atau Ezze mengubah haluan di detik-detik terakhir, yang jelas Tzaren kehilangan sekitar 3.000 prajurit yang berada di pangkalan militer Selat Khazan.
"Apakah seluruh dari 3.000 prajurit kita di Selat Khazan tidak ada yang selamat?" tanya Mayor Jenderal Tzaren.
"Hanya beberapa puluh yang berhasil melarikan diri. Mereka semua adalah prajurit yang tinggal di markas militer."
"Kalau begitu berapa pasukan tentara bayaran Aritoria di sana?" Mayor jenderal melanjutkan pertanyaannya.
"Ada sekitar 3.000 tentara bayaran Aritoria yang menyerang."
"Ap-apa?! Hanya 3.000 bisa menghancurkan pertahanan militer kita di sana?!" seru mayor jenderal.
Pangkalan militer selat Khazan memiliki pertahanan serupa benteng. Karena itu wajar jika semua orang menjadi sangat terkejut. Sekalipun hanya tinggal beberapa ratus prajurit ketika yang lain menaiki kapal, tentu tidak mudah menembus pertahanan pangkalan militer tersebut.
"Ya. Dan anehnya, prajurit kita yang selamat mengatakan jika gerbang pangkalan militer dibuka dari dalam tanpa peringatan. Tahu-tahu saja tentara bayaran Aritoria menerjang masuk ke dalam," lanjut Putri Kleih. Ia sendiri bingung akan apa yang terjadi.
"Saya pikir markas militer kita dihabisi oleh sejumlah besar tentara bayaran Aritoria karena tidak terlihat satu pun dari mereka saat kita menyerbu benteng selatan," cetus seorang petinggi militer.
"Tidak. Mata-mata kita mengabarkan jika tentara bayaran Aritoria bersama pemimpin mereka awalnya mengarah ke barat setelah keluar dari benteng selatan. Namun, berjarak sehari mereka mengubah haluan ke utara. Itu berarti 3.000 tentara bayaran Aritoria sudah ada sejak jauh hari di sekitar pangkalan militer tanpa terdeteksi karena penjaga di wilayah Innist tidak mengabarkan penampakan tentara bayaran Aritoria," balas Putri Kleih.
Para petinggi militer Tzaren terkejut dengan fakta di kalimat terakhir yang diucapkan Putri Kleih. Mereka bertanya-tanya bagaimana bisa mereka tidak mendeteksi tentara bayaran tersebut.
"Sepertinya tentara bayaran yang tadinya berada di benteng selatan mengubah haluan untuk bergabung dengan pasukan Ezze yang sedang dalam perjalanan menuju kemari dari benteng barat Bielinca," sambung Jenderal Kiri.
"Berapa lama mereka akan sampai?"
"Sebentar lagi, sekitar 5 hari perjalanan," jawab Jenderal Kiri.
"Apakah prajurit Kraalovna akan bergabung dengan mereka?"
Pertanyaan itu membuat seisi ruangan kembali tegang.
***
Setelah keluar dari benteng selatan Bielinca, Thony dan pasukan tentara bayarannya tidak menuju Selat Khazan. Mereka justru berbelok ke utara begitu lepas dari pantauan menara pemantau Ezze. Mereka menuju Kota Militer Ancarol yang berada di dekat benteng selatan Bielinca, tepatnya di arah barat laut dari benteng selatan.
Kota Militer Ancarol adalah kota terdekat dari benteng selatan Bielinca yang baru jatuh ke tangan musuh. Kota itu menyandang kota militer karena sebagian besar penduduknya merupakan prajurit dan keluarga mereka. Kota tersebut juga memiliki pertahanan kuat serupa benteng. Kota yang cukup besar itu terbagi menjadi dua wilayah yang dipisahkan oleh sungai, sungai yang sama dengan sungai yang mengalir dekat benteng selatan Bielinca.
Begitu Thony dan pasukannya memasuki Kota Ancarol, mereka segera memperkuat pertahanan di sana. Mereka juga mempersiapkan kota untuk menyambut kedatangan puluhan ribu prajurit sekutu dari benteng barat Bielinca.
Thony tidak menuju Selat Khazan karena sudah dari jauh hari mengirimkan tentara bayaran untuk melaksanakan rencana.
Beberapa hari setelah kedatangannya di Kota Ancarol, Thony rutin mengecek keadaan di sekeliling kota.
Pada saat itu, seorang bawahan yang memakai pakaian serba hitam mendekati Thony.
"Benteng selatan Bielinca telah jatuh. Jenderal Ezze dan petinggi militer Ezze dipenggal."
Thony menoleh dan tersenyum.
"Ratuku pasti akan senang mendengar keberhasilan ini. Bangsawan-bangsawan busuk itu sudah sepantasnya dibasmi. Berani-beraninya mereka mendorong anak laki-laki mereka untuk mengambil hati ratuku!" ucap Thony.
Meski sejak awal rencana 'membiarkan para petinggi militer Ezze dibantai oleh Tzaren' adalah ide Ruby, tapi Thony dengan senang hati melakukan rencana sang ratu.
"Kirim pesan pada prajurit di Selat Khazan. Perintahkan mereka untuk segera kembali," lanjut Thony.
Dalam sekejap bawahan Thony menghilang, melaksanakan perintah yang diberikan padanya.
***
Ruby bersama puluhan ribu prajurit Ezze sampai di Kota Ancarol, kota militer yang berada dekat dengan benteng selatan. Kedatangannya disambut semringah oleh Thony.
Thony menyambut, membantu turun dari kereta kuda, hingga mencium punggung tangan sang ratu.
"Bagaimana perjalanan Anda, Yang Mulia?" tanya Thony sambil memandu Ruby menelusuri kastil di kota itu yang diperuntukkan untuk keluarga kerajaan atau petinggi militer tinggal. Kastil tersebut berada di Kota Ancarol yang berlokasi di sisi kiri sungai.
"Tidak ada yang menarik. Bagaimana dengan keadaan di selatan Bielinca dan kesiapan kota ini?"
Thony menjelaskan secara rinci tentang kejatuhan benteng selatan dan pertahanan kota yang diperkuat dengan membangun dua lapis parit.
Ruby hanya tersenyum sepanjang penjelasan Thony.
Thony tahu ratunya tidak bisa menanggapi dengan bebas karena di sepanjang jalan masih terdapat kuping yang mendengar. Tidak mungkin sang ratu terang-terangan menunjukkan perasaan bahagia akan kejatuhan benteng selatan.
"Kau sudah bekerja dengan baik," tanggap Ruby.
"Kalau begitu apakah saya akan mendapatkan hadiah saya?"
Ruby mengerling sebelum memasuki pintu putih berukir emas. Pintu itu adalah pintu menuju kamar khusus ratu yang disiapkan untuknya. "Seperti biasa," ucapnya singkat, meninggalkan Thony yang tersenyum lebar.
***
Selang satu hari setelah kedatangan Ruby, lebih dari 20.000 prajurit Kraalovna yang dipimpin oleh jenderal wanita pertama di benua itu, Jenderal Eris dari Kraalovna, tiba di Kota Ancarol.
Kedua pemimpin tertinggi dari pasukan gabungan akhirnya bertemu dengan ratu mereka di kota militer yang berada dekat dengan benteng selatan.
Rapat militer segera diadakan dan dihadiri oleh petinggi-petinggi militer dari aliansi beberapa kerajaan. Semuanya bersatu untuk menggulingkan tirani bangsa Tzaren. Mereka membahas banyak hal seperti kondisi perang, persediaan, logistik, dan lain sebagainya.
Salah satu di antara yang dibicarakan adalah mengenai komando militer. Dengan jatuhnya benteng selatan beserta gugurnya petinggi-petinggi militer Ezze di benteng selatan, maka komando tertinggi Ezze menjadi kosong.
Pada rapat kali itu, hadir seorang Mayor Jenderal Ezze yang lolos dari pembantaian para pemimpin militer Ezze. Dirinya selamat karena pada saat kejadian, ia sedang memimpin prajurit Ezze di benteng barat. Ia pun mengusulkan agar komando tertinggi Ezze diambil dari prajurit Ezze yang dipromosikan.
Akan tetapi, Ruby menolak dengan tegas. Ia beralasan lebih baik menjaga tatanan yang sudah ada dan menyatukan komando supaya jalur komando mengecil dan tidak terlalu banyak kepala di posisi atas.
Dengan berat hati dan rasa kecewa yang besar, mayor jenderal tadi menerima keputusan tersebut. Tentu saja ia mengejar promosi untuk diangkat menjadi Jenderal Ezze. Kekecewaannya bertambah saat pasukan Ezze diputuskan berada di bawah komando Jenderal Eris bersama dengan pasukan Kraalovna.
Sementara Thony akan memegang komando tertinggi untuk tentara bayaran, prajurit Bielinca, dan prajurit lainnya. Thony memang memegang lebih sedikit pasukan. Namun, pasukan yang ia pegang tersebar di banyak titik dan membutuhkan lebih banyak perhatian.
Mayor Jenderal Ezze yang berasal dari bangsa Ezze yang konservatif sulit menerima jika dirinya akan menerima perintah dari seorang wanita, sekalipun wanita tersebut adalah seorang pemain pedang Kraalovna yang hebat. Maka ia pun mengajukan protes keras.
"Apakah Yang Mulia berharap prajurit Ezze akan tunduk di bawah pimpinan seorang wanita?!" seru Mayor Jenderal Ezze dengan suara besar. Ia berharap teriakan lantangnya mampu menciutkan hati ratunya yang ia anggap hanyalah seorang putri Naz yang lemah.
Akan tetapi, Ruby hanya tersenyum.
"Apakah kau satu-satunya Mayor Jenderal Ezze yang tersisa?" tanya Ruby kemudian.
"Ya. Dan saya yakin saya pantas untuk memegang komando perang dibandingkan wanita itu!" Sang mayor jenderal menunjuk Eris yang hanya tersenyum dingin.
"Kalau begitu buktikanlah. Kau akan memimpin penyerangan pertama. Jika kau menang, aku akan mengangkatmu menjadi Jenderal Ezze selanjutnya lalu memisahkan komando Ezze dan Kraalovna," balas Ruby.
***
Selepas rapat dengan banyak pemimpin militer, Ruby melanjutkan pertemuan pribadi dengan Thony dan Eris di ruang kerja Ruby yang baru di kastil Kota Ancarol.
Ruang kerja sang ratu tidaklah berbeda dengan ruang kerja pemimpin pada umumnya, kecuali terdapat banyak peta dan senjata yang menghiasi ruangan.
Ruangan di kastil itu juga cukup mewah sekalipun terletak di kota militer, mengisyaratkan kekayaan yang dimiliki Kerajaan Bielinca. Terlihat pula furnitur-furnitur yang mengisi ruangan memiliki garis potong yang tegas sebagai manifestasi kota militer di mana kastil tersebut berada.
Mereka duduk di tiga sofa panjang berwarna biru malam yang mengitari meja lebar dari marmer. Di atas meja marmer berbentuk persegi, telah tersedia satu botol anggur berkualitas tinggi dan tiga gelas perak yang telah terisi.
"Apakah kau sengaja membuatku dibenci prajurit Ezze?" tanya Eris. Ia bahkan tidak menggunakan honorifik pada Ruby ketika mereka hanya bertiga di sana.
Pada pertemuan tersebut, Eris ingin bertukar kata lebih dalam untuk mengenal ratu yang dipuji-puji oleh Putri Freyja sekaligus ingin menilai apakah sang ratu muda pantas untuk ia ikuti.
Kesan Ratu Ruby hingga saat itu cukup beragam bagi Eris. Pada saat kedatangannya, sang ratu menyambut dengan ekspresi ramah. Begitu rapat pertama, sang ratu tampak rapuh tapi seolah berusaha tegas. Kemudian ketika mereka bertemu bertiga secara tertutup, sang ratu terlihat begitu dingin.
Sungguh wanita bermuka banyak.
Ruby tertawa kecil. "Apakah kau takut dibenci?"
Eris terkekeh.
"Bukan itu tujuanku. Aku ingin kau menginjak-injak kesombongan mereka," lanjut Ruby.
"Bagaimana jika pada penyerangan pertama nanti Mayor Jenderal Ezze itu menang? Kesombongan mereka hanya akan menjadi-jadi," balas Eris.
"Jika mereka menang, itu bagus. Kesombongan mereka akan membuat mereka semakin ingin maju ke medan perang. Jika mereka kalah, itu juga bagus. Mereka akan lebih patuh."
"Apakah kesombongan pula yang membuat Raja Sirgh jatuh dalam perangkap?" Eris lanjut bertanya sambil mengambil segelas anggur yang ada di atas meja.
Ruby melirik pada Thony sebelum menjawab, "Yah ... sebagian besar berkat ramuan dari tentara bayaran yang diberikan diam-diam di makanan Raja Sirgh saat mengunjungi kota selatan Kraalovna. Raja—ah, maksudku mantan raja itu menjadi lebih agresif dan tidak sabaran. Bukan ramuan yang berbahaya, hanya membuat emosi seseorang menjadi tidak stabil selama beberapa hari. Dengan demikian, emosi akan melangkahi logikanya."
"Pfft. Licik sekali."
"Dia bahkan tidak sadar seluruh orang di kota itu sudah mengetahui kebiadabannya dan hanya berpura-pura menerimanya. Sirgh juga tidak mengetahui jika pasukanku sudah lebih dulu sampai di kota selatan Kraalovna, bersembunyi di rumah-rumah penduduk. Begitu Sirgh dan pasukannya pergi dari kota, prajuritku langsung membantai pasukan yang ditinggalkan Sirgh di kota selatan lalu mengikuti Sirgh dari jauh. Mereka memastikan Sirgh dan pasukannya jatuh dalam perangkap."
"Semua itu kau yang merencanakan?"
"Dibantu dengan Thony," jawab Ruby sambil mengulurkan tangan pada Thony.
Thony lantas segera berdiri. Ia berpindah duduk ke samping Ruby dan menyambut uluran tangan sang ratu sambil menciumnya.
Eris mengernyit melihat pemandangan itu. "Kau bermain api dengan komandanmu?"
"Apakah itu salah?"
"Aku hanya tidak terbiasa ...." Kalimat menggantung di ujung lidah Eris, tapi ia tidak melanjutkan kata-katanya.
"Darah Kraalovna-mu yang menjunjung tinggi kehormatan tentu mengganggapku tercela. Apalagi aku seorang putri Naz yang seharusnya bertindak baik. Aku tidak peduli. Apa pun akan kulakukan untuk mencapai tujuanku, menghabisi setiap orang yang telah menghina adik-adikku," cetus Ruby.
Eris terdiam.
"Apakah kau membawa kesatria-kesatria wanita Kraalovna?" Ruby lanjut bertanya.
"Ya. Mereka adalah yang terbaik di kelasnya."
"Simpan mereka."
Eris mengernyit. "Apa kau pikir mereka tidak akan sanggup untuk berperang karena mereka wanita? Banyak wanita-wanita Kraalovna yang sudah berperang sejak zaman dulu."
"Aku tidak berpikir seperti itu. Aku bilang simpan mereka. Keluarkan di saat yang 'tepat'."
Ruby lalu memberikan penjelasan dari kata-katanya barusan.
Kerutan di kening Eris semakin dalam. Ia mencoba mencerna kata-kata Ruby.
"Mengapa kau pikir itu akan berhasil?" tanya Eris lagi sambil memegang dagunya.
"Segala tentang laki-laki adalah ego mereka sendiri. Jika kau menginjak ego mereka di waktu yang salah, itu akan menjadi bumerang bagimu. Tapi jika kau menginjak ego mereka di waktu yang tepat, mereka akan bergerak sesuai dengan keinginanmu."
Eris terdiam lama sebelum membalas singkat. "Akan kupikirkan."
"Aku tahu kau orang yang cerdas. Kau pasti mengerti maksudku saat waktunya tiba."
Di luar dugaan, Eris justru tergelak. "Aku akan menantikan saat itu."
"Jika tidak ada lagi yang ingin dibicarakan untuk malam ini, aku akan pergi beristirahat," ucap Ruby sambil melirik penuh arti ke arah Thony.
Baru saja Ruby hendak bangkit, kata-kata yang diucapkan Eris selanjutnya menghentikan niatnya.
"Ah ... hampir saja aku lupa menyampaikan padamu, Yang Mulia Ratu. Aku punya berita tentang seorang dayangmu."
***
>>Komposisi perang terkini<<
*Note:
-Belligerents: Pihak-pihak (utamanya kerajaan/negara) yang terlibat dalam perang
-Cavalries: pasukan berkuda
-Infantries: infantri/pasukan jalan kaki
-Special Squads: pasukan khusus (pasukan dengan misi khusus dan kemampuan tiap anggotanya di atas rata-rata)
-Galleys: kapal perang besar
-Galliots: kapal perang berukuran lebih kecil dari Galley
-Fustas: kapal kecil, ringan, dan cepat
***
>> Fun Fact<<
Di cerita ini hanya dituliskan kavaleri dan infanteri untuk memudahkan penyebutan agar tidak memusingkan pembaca. Kavaleri untuk pasukan yang menggunakan kuda dan infanteri untuk pasukan jalan kaki. Di gambar 'statistik jumlah pasukan' pada cerita pun, pasukan pemanah masuk ke dalam statistik infanteri.
Akan tetapi, sebenarnya terdapat beberapa jenis pasukan pada perang zaman dulu, khususnya pada medieval era. Beberapa jenis yang umum diketahui adalah:
-Infanteri (Infantry): Pasukan jalan kaki dan memiliki jarak serang pendek. Menggunakan pedang, tombak, hingga kapak.
-Infanteri Berat (Heavy Infantry): Pasukan jalan kaki yang berpelindung lengkap. Biasanya bertindak sebagai pasukan defensif yang menghalangi serangan musuh dengan perisainya. Dapat dipersenjatai dengan berbagai macam senjata. Kekurangannya adalah mobilitasnya yang terbatas/lamban.
-Pemanah (Archer): Pasukan jalan kaki yang memiliki jarak serang jauh. Menggunakan senjata jenis longbow atau crossbow. Terkadang digabung dengan pasukan infanteri, di mana pasukan infanteri tersebut bisa bergantian menggunakan busur atau pedang/tombak.
-Pemanah Berkuda (Mounted Archery/Horseback Archery): Pasukan berkuda yang dapat menembakkan panah dari atas kuda.
-Kavaleri (Cavalry): Pasukan berkuda. Memiliki mobilitas tinggi. Menggunakan pedang atau tombak.
-Kavaleri Berat (Heavy Cavalry): Pasukan berkuda bersenjata lengkap. Seringnya menjadi pasukan paling elite, di mana sulit untuk menumbangkan satu pasukan heavy cavalry karena baju besi pelindung mereka yang menutupi segala sisi tubuh, bahkan kuda mereka pun ditutupi oleh baju besi. Umumnya pasukan ini menggunakan kuda-kuda besar yang sanggup menahan beban baju besi. Biasanya heavy cavalry digunakan untuk menerobos pertahanan musuh. Kekurangannya adalah pasukan ini berbiaya mahal karena peralatan yang digunakan.
-Dan lain sebagainya. Masih ada jenis prajurit lain, tergantung dari daerah mereka masing-masing, seperti Janissary (pasukan infanteri elite pelindung Sultan Ottoman) atau Elephantry (istilah militer untuk kesatuan prajurit yang menggunakan gajah).
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro