Chapter 58 - Perang: Menembus Benteng Barat
Jenderal Ezze menatap dengan penuh selidik pada si pemimpin dari kesatuan gilda-gilda tentara bayaran Aritoria. Pemuda tersebut tampak begitu biasa, tidak ada aura mengancam yang terpancar. Meski demikian, ia justru menjadi waspada karena orang yang keberadaannya seolah-olah tidak terasa seperti itu adalah orang berbahaya yang bisa menyusup dengan mudah ke mana saja. Apalagi fakta bahwa pria tersebut bisa menjadi wakil ketua gilda besar di usia muda yang kemudian menjadi pemimpin lapangan untuk persatuan tentara bayaran, membuatnya yakin ia tidak boleh memandang sebelah mata hanya karena penampilan seseorang.
Thony menjulurkan tangannya sambil tersenyum ramah.
"Perkenalkan. Saya adalah wakil ketua salah satu gilda Aritoria sekaligus menjadi pemimpin komando penyerangan kesatuan tentara bayaran Aritoria kali ini. Ketua kami tidak bisa turun langsung karena beliau sudah sangat sepuh untuk ikut berperang."
Jenderal Ezze menyambut uluran tangan itu. "Saya adalah Jenderal Ezze. Saya harap kita bisa menyatukan komando dengan lancar."
Pandangan Jenderal Ezze kemudian beralih sebentar pada jabat tangan mereka.
"Genggamannya kuat. Sungguh tidak terlihat dari fisiknya itu," batin si jenderal.
Thony melepas tangannya lalu menyodorkan sebuah gulungan.
Jenderal Ezze menerima gulungan tersebut. Ia kemudian menuju meja panjang dalam ruang pertemuan di benteng selatan Bielinca, tempat mereka berada saat itu.
Terdapat peta geografi wilayah sekitar mereka, tepatnya setengah Kerajaan Bielinca di bagian selatan dan setengah Kerajaan Innist di bagian utara. Beberapa keterangan tambahan pun ditorehkan di peta tersebut yang menjadikannya bukan sekadar peta geografi biasa.
"Kami sudah memetakan jalur logistik dan basis militer Kerajaan Tzaren," ucap Thony.
"Bagaimana bisa kau sudah mendapatkan laporan tentang musuh sedetail ini?" tanya Jenderal Ezze yang tampak terkejut.
"Kami, tentara bayaran, sangat membanggakan jaringan informasi dan mata-mata gilda kami. Kami sudah lebih dulu bergerak dibanding siapa pun di kerajaan ini dalam mengumpulkan peristiwa yang sedang atau akan terjadi. Jika suatu saat Anda membutuhkan bantuan, Anda bisa datang pada kami."
Jenderal Ezze kembali takjub mendengar hal tersebut. "Kalian bekerja dengan cepat. Luar biasa!" pujinya.
"Keuntungan dari tidak adanya birokrasi berbelit," balas Thony.
"Haha! Aku iri untuk hal itu." Jenderal Ezze tertawa. "Kalau begitu kapan mereka sampai di perbatasan utara Innist?"
"Kabarnya mereka sudah menguasai ibu kota Innist. Kira-kira mereka akan tiba sepuluh hari lagi jika mereka berjalan sambil menaklukkan daerah-daerah lain."
Jenderal Ezze mengangguk-angguk. "Kalau begitu ... siapa di antara kita yang akan memegang komando penyerangan?"
"Tentu saja Anda, Jenderal. Bagaimana mungkin kami yang tentara bayaran rendahan ini yang memegang kepemimpinan?"
Mendengar kata-kata Thony tersebut, Jenderal Ezze justru menatap lekat-lekat pemuda di hadapannya. Namun, yang ditatap hanya tersenyum, tidak tampak terganggu.
"Baiklah. Tapi jangan sungkan padaku! Dan satu lagi, kau harus memimpin komando tentaramu sendiri! Waktunya terlalu mepet untuk mencampurkan dua tentara berbeda ketika musuh sudah semakin mendekat. Aku akan memberi arahan penyerangan secara garis besar. Detail di lapangan terkait tentara bayaran, itu bergantung padamu."
***
"Kami sudah menemukan jejak Ratu Innist, Yang Mulia," lapor seorang prajurit pada Putri Kleih yang berdiri memandang kebrutalan prajuritnya yang sedang menebar teror di sebuah kota di Kerajaan Innist.
Sebelumnya, prajurit Tzaren langsung bergerak maju setelah urusan di ibu kota Innist selesai. Karena tidak ada bangsawan Innist yang tersisa, Putri Kleih menaruh beberapa bangsawan Tzaren di lokasi-lokasi penting untuk menjaga dan mengatur daerah yang bisa menjadi sumber logistik mereka. Bagaimanapun, penduduk Innist di daerah yang takluk sudah diperbudak menjadi penghasil kebutuhan perang Tzaren sehingga perlu ada orang yang mengawasi.
Putri Kleih menoleh dengan cepat pada si prajurit. "Ada di mana dia?"
"Prajurit yang pergi ke barat memberi kabar jika Ratu Innist telah menuju Kerajaan Ezze melalui Selat Khazan."
"Ezze?! Ck! Merepotkan!"
Putri Kleih membalikkan badan lalu berjalan menaiki kudanya. Ia menuju balai kota dan melangkah ke dalam setelah mengaitkan tali kekang kudanya. Beberapa prajurit Tzaren yang berpapasan dengannya memberi jalan sembari menundukkan kepala.
Keadaan di dalam balai kota tampak rapi. Interior di dalam balai kota sebagian besar tidak disentuh karena akan digunakan kembali oleh bangsawan Tzaren yang ditempatkan untuk memegang kota itu.
Putri Kleih duduk di kursi kerja tuan tanah di balai kota yang sudah dikosongkan. Ia mengambil sehelai kertas lalu menulis sebuah surat.
***
Penyerangan di benteng barat Bielinca memasuki hari kedua.
Sepertiga dari bagian jembatan menuju benteng barat Bielinca merupakan jembatan tarik sehingga di saat pengepungan seperti itu, pihak yang bertahan di benteng pasti mengangkat jembatan tarik agar musuh tidak bisa mendobrak masuk dengan mudah.
Karena tidak ada akses untuk mendekati benteng, pihak Kraalovna harus menutup satu titik di parit dengan timbunan material-material padat yang bisa membantu pasukan mereka untuk menyeberang.
Berkat kegigihan dan kedisiplinan para prajurit Kraalovna, bagian parit di dekat akses jembatan yang terputus sudah ditimbun dengan tanah, batu, juga kayu hingga mencapai sepertiga dari lebar parit.
Melihat kemajuan penumpukan lubang parit, pasukan Bielinca tidak tinggal diam. Trebuchet mereka akhirnya berbicara. Proyektil-proyektil besar dari batu dilempar dari beberapa trebuchet yang berlindung di balik dinding pertahanan benteng dan jatuh menimpa terowongan beratap, merusak salah satu terowongan beratap Kraalovna.
"Tarik terowongan beratap!" seru salah satu Kapten Kraalovna.
Beberapa prajurit di dekat terowongan beratap yang berlindung di balik papan perisai kayu segera bergerak memasuki terowongan beratap dan mendorong mundur terowongan beratap yang masih bisa diselamatkan.
"Arahkan trebuchet ke arah datangnya batu! Di sana posisi trebuchet musuh!" seru kapten lain.
Arah lemparan trebuchet Kraalovna pun diatur oleh prajurit yang bersiaga di tiap trebuchet. Mereka membalas dengan lemparan batu besar ke satu titik tertentu di balik tembok.
Melalui suara yang terdengar, masih tidak pasti apakah mereka berhasil menghancurkan trebuchet Bielinca. Namun, batu dari arah benteng barat Bielinca berhenti dilemparkan.
"Tahan!" seru mayor jenderal yang perintahnya langsung diteruskan oleh seorang kapten.
Trebuchet Kraalovna ikut berhenti melempar batu.
Sampai penghujung hari, kedua belah pihak yang berseteru hanya saling mengawasi tanpa melakukan apa pun.
Ketika malam tiba, Mayor Jenderal Kraalovna memerintahkan untuk mematikan semua obor. Dengan matinya obor dan didukung oleh awan yang menutupi sinar bulan, kondisi sekitar mereka benar-benar gelap. Dalam keadaan yang gelap gulita disertai kesunyian yang menegangkan, diam-diam mayor jenderal mengarahkan kembali penyusunan jalur terowongan beratap. Pembuangan material-material untuk menutup parit pertahanan benteng barat Bielinca kembali dilakukan.
Meski demikian, tentu saja penjaga dinding pertahanan yang berjaga di malam hari bisa mendengar kerusuhan yang ada di dekat mereka. Suara yang muncul ketika malam hari akan lebih terdengar jelas karena dikelilingi keheningan. Kali itu, mereka tidak lagi menembakkan panah atau batu melalui trebuchet.
Prajurit penjaga dinding pertahanan benteng barat Bielinca melesakkan sebuah anak panah berapi di sekitar terowongan beratap. Tujuannya bukan untuk membakar terowongan beratap, melainkan demi melihat titik di mana alat itu berada.
Setelah mendapatkan lokasi terowongan beratap, prajurit penjaga dinding benteng menunggu. Ketika terdengar suara roda gerobak mendekat, mereka langsung menembakkan beberapa panah khusus melalui ballista, sebuah alat berbentuk busur kokoh berukuran jauh lebih besar dibanding busur biasa yang bisa melontarkan panah besar hingga batu berukuran kecil.
Panah besar yang ditembakkan dengan kecepatan tinggi mampu menembus atap kayu terowongan Kraalovna.
Dua prajurit yang berjaga di sekitar ballista memasang telinga dengan saksama. Mereka bisa mendengar rintihan seseorang di bawah sana. Tidak lama kemudian terdengar suara langkah samar dari dalam terowongan mendekat ke titik mereka menyerang tadi. Salah satu di antara prajurit itu kembali menembakkan ballista dan rintihan lain kembali terdengar.
Prajurit yang mengoperasikan ballista kembali memasang telinga, tapi tiba-tiba beberapa panah melesak, menembus tubuh kedua prajurit di sekitar ballista.
"Serangan!" seru seorang prajurit penjaga dinding pertahanan.
Prajurit malam Bielinca yang berjaga di dinding lantas melesakkan anak panah. Karena gelap, mereka asal memanah ke area musuh. Bukannya berhasil membunuh musuh, justru mereka yang satu persatu berjatuhan terkena serangan balik. Sementara tembok tinggi dari batu putih tempat mereka berada justru menegaskan keberadaan mereka di gelapnya malam.
Seorang Kapten Bielinca lantas menaiki dinding saat terjadi kekacauan di dinding pertahanan depan. Ia terbelalak melihat beberapa mayat tergeletak di atas dinding, bahkan dirinya hampir terkena salah satu panah yang menghujani dinding di kegelapan malam.
"Gunakan panah api!" perintah Kapten Bielinca pada prajurit penjaga baru yang menggantikan rekan mereka yang gugur. Ia bergerak sepanjang dinding bagian depan sambil berlindung di balik perisai agar terhindar dari panah-panah yang bertebangan untuk memastikan perintahnya diterima dengan baik.
Para prajurit pengganti pun asal menembak. Tujuan mereka adalah mendapatkan sedikit penglihatan di area musuh. Api-api kecil yang banyak mendarat di sekitar pasukan Kraalovna, memberikan sedikit bayangan pergerakan para pemanah Kraalovna.
Akhirnya prajurit penjaga gerbang Bielinca dapat memberikan cukup perlawanan meski sebagian besar dari mereka sebenarnya menembak asal karena tidak ingin berlama-lama melongok melalui merlon.
Setelah kedua belah pihak merasa sia-sia melanjutkan serangan di tengah kegelapan, mereka berhenti menyerang.
***
Suatu hari saat masih memimpin pengepungan benteng barat Bielinca, mayor jenderal bangun dari tidurnya yang tidak begitu nyenyak setelah dikejutkan oleh salah satu anak buahnya.
"Maaf menggangu tidur Anda, Mayor Jenderal. Terjadi perkelahian di tenda tentara," ucap salah satu prajurit Kraalovna.
Mayor jenderal langsung duduk di dipannya sambil mengurut keningnya karena sedikit pusing. Huft .... Keributan macam apa yang mereka lakukan?
Mayor jenderal pun keluar dari tendanya ditemani prajurit yang tadi melapor. Prajurit itu mengarahkannya ke sebuah tenda khas Kraalovna yang serupa di antara banyak tenda prajurit Kraalovna lainnya.
Tampak banyak prajurit berkerumun di depan sebuah tenda.
"Ada apa ini?"
Suara mayor jenderal yang berat membuat para prajurit lain yang ada di sekitar tempat itu kaget lalu bergegas memberi jalan untuk mayor jenderal ke arah pusat keributan di pagi hari.
Tampaklah seorang berambut merah dan seorang berambut perak yang babak belur sambil bergulat di tanah. Kedua orang tersebut segera berdiri begitu melihat pemimpin mereka tiba.
"Jelaskan padaku, Prajurit!" ucap mayor jenderal disertai tatapan tajam yang menuntut penjelasan
"Siap, Mayor Jenderal! Bukan saya yang memulainya!" jawab prajurit berambut perak yang tadi berkelahi. Ia segera memasang sikap siaga di mana badannya ditegakkan dan kedua tangannya lurus ke samping.
Sementara itu prajurit berambut merah justru memutar matanya sambil membuang muka.
Mayor jenderal sadar dirinya tidak dianggap oleh prajurit Kraalovna keturunan Tzaren itu. Arah pandangnya berpindah ke prajurit berambut merah.
"Apa yang kau lakukan? Aku menyuruhmu menjelaskan, bukan bersikap kurang ajar seperti itu!"
Dengan gerakan perlahan yang terkesan malas-malasan, si prajurit berambut merah menegakkan tubuhnya lalu memandang ke pemimpinnya dengan mata setengah terbuka yang terkesan meremehkan.
"Kau!"
Bawahan mayor jenderal yang melaporkan perkelahian nyaris menyerbu prajurit berambut merah itu jika tidak dihalangi oleh atasannya.
"Jadi, apa yang telah kau lakukan?" suara datar mayor jenderal mengesankan dirinya tidak terpengaruh oleh sikap tidak sopan prajurit berambut merah.
"Saya tidak merasa melakukan hal yang salah. Prajurit di sebelah saya saja yang terlalu sensitif seperti wanita."
"Bereng—"
Prajurit berambut putih tidak jadi melanjutkan makiannya saat melihat tatapan tajam mayor jenderal.
Mayor jenderal menarik pedangnya dari sarung lalu meletakkan pedang tersebut ke samping leher prajurit berambut merah. "Aku menyuruhmu menjawab! Bukan mengatakan omong kosong!" suara rendahnya justru terdengar tajam.
Prajurit berambut merah yang tadi bertikai lantas memandang kesal pada mayor jenderal. "Saya hanya memintanya memasak untuk regu kami."
"Tapi kali ini giliranmu memasak, Sialan!" umpat prajurit berambut perak.
"Cuih! Kau ingin aku, seorang bangsa Tzaren, melakukan tugas remeh seperti memasak? Pfftt ... memasak? Untuk kalian? Jangan harap aku mau melayani kebutuhan kalian!"
Mayor jenderal sudah menduga akan terjadi perkelahian antar bangsa begitu ia menerima keputusan jika dari 7.000 pasukannya yang menjadi penyerang gelombang pertama, 1.000 di antaranya adalah prajurit keturunan Tzaren. Sebuah bangsa akan merasa lebih tinggi dari bangsa lainnya karena mereka satu bangsa dengan sang raja sebagai pemimpin tertinggi di kemiliteran.
Mayor jenderal berusaha menelan kekesalannya terhadap bangsa Tzaren. Ia tidak ingin menciptakan jurang antar bangsa yang lebih besar dalam unit pasukannya. Hal itu hanya akan melahirkan perpecahan internal yang tidak perlu. Namun, di sisi lain ia juga harus menekan perasaan superioritas bangsa Tzaren yang merasa lebih tinggi derajatnya dibanding bangsa Kraalovna.
"Jadi kau pikir apa yang kau lakukan di sini, Prajurit?" tanya mayor jenderal pada si pembuat onar berambut merah.
"Tentu saja saya di sini untuk berperang, Mayor Jenderal."
Mayor jenderal menurunkan pedangnya. "Aku melihat semangat berapi-api darimu. Jiwa kesatriamu pasti menggebu-gebu ingin segera menghabisi musuh-musuh kita. Kebetulan semalam ada dua prajurit pengangkut material penutup parit yang gugur. Kau akan menggantikan salah satunya. Kau pasti senang berada dekat dengan musuh seperti itu."
Prajurit berambut merah tersentak. "May—"
Mayor jenderal langsung berteriak memanggil salah satu kaptennya yang bertanggung jawab untuk urusan parit pertahanan musuh.
Seorang kapten datang membelah kerumunan untuk menjawab panggilan pemimpinnya. Kebetulan ia berada di sana.
"Kapten, dia akan menggantikan prajuritmu untuk mengangkut material," perintah mayor jenderal yang menatap tajam prajurit berambut merah di hadapannya.
Kapten itu langsung mengiakan perintah tersebut.
"Lalu ... jangan beri dia tugas memasak, tapi jangan juga beri dia makanan yang dimasak oleh regu kalian! Biar dia mencari makanannya sendiri!" lanjut sang mayor jenderal yang segera berlalu dari tempat itu tanpa memedulikan rengekan si prajurit berambut merah.
***
Pihak Kraalovna tetap mengupayakan penutupan parit pertahanan benteng barat Bielinca meski mereka harus berulang kali menarik mundur barisan panjang terowongan beratap mereka. Terkadang pekerjaan itu tertunda beberapa hari karena mereka harus membuat ulang alat baru yang hancur atau rusak.
Di antara hari-hari menutup parit, terdapat satu hari yang sangat brutal hingga membuat Kraalovna harus membuat banyak alat pengganti.
Saat itu, trebuchet Bielinca kembali menghancurkan terowongan beratap dengan batu yang dilemparkannya.
Kraalovna membalas dengan melempar batu melalui banyak trebuchet. Serangan itu segera dibalas dengan serangan dari banyak arah pula. Trebuchet-trebuchet Bielinca ikut menyerang titik trebuchet-trebuchet Kraalovna. Tidak hanya trebuchet Kraalovna yang terkena dampak, papan-papan perisai mereka sebagian besar tidak bersisa dan banyak prajurit terkena lemparan proyektil salah sasaran. Sebagian besar trebuchet Kraalovna hancur sehingga Kraalovna memutuskan untuk menunda proses penyerangan sampai mereka memperbaiki atau merakit trebuchet baru yang dikirim dari perkemahan utama.
Ketika trebuchet Kraalovna sudah siap kembali, mereka mencoba menyerang ke arah titik serangan trebuchet Bielinca sebelumnya. Namun, setelah banyak batu dilemparkan, tidak ada kehebohan yang terjadi. Hal itu berarti Bielinca telah mengubah posisi trebuchet mereka sehingga Kraalovna memutuskan untuk tidak melanjutkan serangan melalui trebuchet.
Setelah sekian minggu saling membalas dan berulang kali pihak Kraalovna harus mengganti terowongan beratap yang rusak akibat serangan trebuchet Bielinca, mereka akhirnya berhasil menutup satu titik di parit pertahanan Bielinca yang dekat dengan jembatan.
Mayor Jenderal Kraalovna yang sudah menunggu saat-saat itu langsung mempersiapkan seluruh pasukannya. Kapten dari tiap regu bersiap untuk menyampaikan rantai komando yang terpusat di mayor jenderal mereka.
Genderang perang pun berbunyi, membangkitkan semangat para prajurit.
"Ambil alih gerbang! Turunkan jembatan gantung! Pemanah bersiap!" seru mayor jenderal yang diteruskan oleh tiap kapten.
Para pemanah yang sudah bersiaga di balik perisai-perisai kayu semakin mempersiapkan diri.
Pihak Bielinca sendiri terlihat sudah bersiap pula. Pemanah-pemanah yang berlindung di balik merlon dan perisai-perisai lain berjejer dengan rapi di atas dinding pertahanan benteng barat. Ballista-ballista juga sudah dipersiapkan di atas menara-menara sudut dinding perbatasan.
"Majukan tangga!" perintah mayor jenderal.
Beberapa orang yang memanggul tangga-tangga yang beberapa bagiannya mereka tutupi dengan perisai pun merangsek ke depan. Mereka berlari sambil berteriak seolah-olah hal itu dapat membuat mereka melupakan risiko kematian sejenak. Mereka akan menjadi orang pertama yang melintasi parit pertahanan dengan tujuan menyandarkan tangga-tangga tersebut ke dinding pagar benteng agar rekan mereka dapat menaiki dinding dengan lebih mudah.
Prajurit pembawa tangga yang berlari menuju dinding pertahanan mendapatkan hujan anak panah dari pemanah-pemanah di atas dinding. Tidak sedikit yang terkena panah di sisi tubuh yang tidak terlindung perisai lalu terjatuh atau gugur saat itu juga. Jika ada yang terjatuh, maka prajurit lain akan berlari menggantikannya.
Sementara itu pemanah Kraalovna juga berusaha melindungi rekan mereka yang membawa tangga dengan melesakkan ratusan panah ke arah dinding, membuat tidak sedikit prajurit Bielinca yang ikut gugur.
Di tengah ancaman berbagai macam anak panah, para prajurit Kraalovna berhasil memasang beberapa tangga.
Pasukan-pasukan regu pertama lantas berlari memanjati tangga yang berusaha dijatuhkan oleh para prajurit Bielinca. Tentu saja hal itu bukanlah perkara mudah. Dibutuhkan keberanian yang luar biasa untuk memanjati tangga ketika kedua belah pihak tidak mengendurkan serangan panah mereka.
Korban berjatuhan paling banyak dari pihak Kraalovna sebagai penyerang. Para prajurit berusaha menerjang para pemanah di atas dinding pertahanan. Semakin lama, semakin banyak prajurit Kraalovna yang berhasil menguasai dinding hingga akhirnya ada di antara mereka yang bisa merebut daerah gerbang. Prajurit penyerang lantas membuka gerbang dan menurunkan jembatan gantung.
Regu-regu prajurit untuk gelombang selanjutnya pun menyerbu masuk dan memenuhi bagian di antara dinding luar dan dinding dalam benteng barat.
Prajurit-prajurit Kraalovna lantas semakin bersemangat. Para pemanah Kraalovna di atas dinding pertahanan luar menghujani pemanah Bielinca yang berada di dinding pertahanan dalam yang juga melakukan hal serupa.
Battering ram Kraalovna didorong untuk melewati gerbang luar benteng barat yang telah terbuka. Alat itu akan digunakan untuk menjebol gerbang dalam.
"Ada yang aneh. Apakah memang semudah ini benteng barat Bielinca ditembus? Mengapa hanya terlihat sedikit prajurit Bielinca dari perkiraan?" batin Mayor Jenderal Kraalovna. Perasaan ganjil menyelimuti dirinya.
Tidak lama kemudian, sayap kanan dan kiri formasi pasukan Kraalovna melaporkan berita yang tidak diinginkan, mewujudkan dugaan buruk sang mayor jenderal.
"Mayor Jenderal! Pasukan Ezze dalam jumlah besar datang dari arah sungai di belakang kota timur!"
"Apa?!" Mayor jenderal terkejut. Bukankah infonya Jenderal Ezze dan sebagian besar prajuritnya berada di selatan Bielinca? Mengapa mereka ada di sini?!
"Kap—"
'DHUAR!'
Baru saja mayor jenderal hendak memanggil kapten sayap kanan dan kirinya, sebuah ledakan besar terdengar dari balik dinding luar benteng barat.
***
>>Fun Fact<<
Parit (eng: ditch/moat) merupakan hal yang sangat krusial untuk pertahanan suatu benteng/kota di zaman dulu. Meski sangat krusial, tapi di film-film bertema kerajaan, penggunaan parit jarang dipakai.
Dua jenis parit untuk perang adalah: parit kering dan parit basah (parit yang diiisi air).
Parit berguna untuk melindungi pihak yang diserang dari serbuan prajurit lawan. Beberapa keuntungannya:
- Membuat lawan tidak bisa langsung menyerbu dinding pertahanan
- Membuat lawan tidak bisa menggali tanah untuk meruntuhkan dinding pertahanan
- Membuat alat-alat penyerang (siege artillery) berjarak dekat seperti siege tower dan battering ram tidak bisa lewat
- Dapat menjadi sumber makanan jika diisi dengan ikan
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro