Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 57 - Perang: Pengepungan Benteng Barat

Benteng di ujung barat Kerajaan Bielinca menjaga pintu masuk ke wilayah kerajaan dari arah Kraalovna. Benteng itu juga menjadi pelindung dari sebuah kota besar di sebelah timurnya yang dihuni ratusan ribu jiwa. Benteng yang disebut-sebut sebagai benteng terkuat Bielinca tersebut memiliki struktur pertahanan yang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan ibu kotanya sekalipun.


Benteng barat Bielinca dan kota sebelah timurnya dikelilingi parit yang cukup dalam. Kota itu sendiri berada di dekat sungai lebar yang terhubung dengan jembatan sehingga melintasinya menjadi jalur tercepat untuk menuju wilayah Bielinca lebih dalam lagi.

Jalur sempit di sekitar jembatan membuat siapa pun yang ingin melintasi sungai bisa dengan mudah disergap pasukan yang berdiam di kota sebelah timur benteng. Hal itulah yang membuat benteng barat harus diambil alih jika ingin mendapatkan akses yang lebih mudah untuk menyerang wilayah Bielinca lainnya.

Pertahanan benteng barat Bielinca juga sering dibanding-bandingkan dengan pertahanan ibu kota Kerajaan Aritoria.

Akan tetapi, berbeda dengan dinding pertahanan ibu kota Aritoria yang terdiri dari dua lapis dinding berbeda tinggi dengan tanah yang berbeda tinggi pula, dinding pertahanan benteng barat Bielinca dan kota timurnya memiliki ketinggian yang sama tapi jarak antara dua dinding cukup jauh sehingga penyerbu yang datang membutuhkan waktu untuk mencapai dinding selanjutnya. Di antara kedua dinding telah dipasang barisan trebuchet* untuk menghadapi pasukan musuh. Hal tersebut membuat benteng barat Bielinca menempati urutan kedua setelah ibu kota Aritoria yang mempunyai pertahanan yang sulit ditembus.

Selain dua lapis dinding pertahanan, benteng barat Bielinca juga memiliki empat gerbang ganda, sama seperti kota di timurnya. Setiap dinding pertahanan yang melindungi benteng barat, baik dinding luar ataupun dinding dalam, memiliki gerbang gandanya sendiri. Empat gerbang terdiri dari dua gerbang di barat dan dua gerbang di timur benteng. Gerbang barat merupakan jalur dari wilayah Kraalovna, sementara gerbang timur merupakan jalur menuju wilayah Bielinca. Posisi gerbang tidaklah dalam satu garis lurus sehingga ketika gerbang luar diterobos masuk, musuh tidak bisa langsung menuju gerbang dalam karena mereka harus berbelok terlebih dahulu. Hal itu membuat prajurit benteng bisa mengurangi jumlah musuh yang menyusup masuk.

Terdapat jembatan tarik di sebelah barat benteng dan timur kota yang ketika diturunkan dapat menjadi jembatan untuk melintasi parit. Ketika ditarik, jembatan tersebut dapat menjadi pelindung tambahan pintu gerbang sekaligus memutus akses masuk.



Tuan tanah benteng barat sebelumnya adalah bangsawan dari Kubu Pengrajin. Karena bangsawan tersebut sudah dieksekusi dan hartanya disita, maka istana Bielinca memegang kendali benteng barat. Saat itu, orang yang memimpin benteng barat adalah Ruby, Ratu dari Ezze, berdasarkan hasil kerja sama militer antara Kerajaan Ezze dan Kerajaan Bielinca. Kesepakatan tersebut dibuat segera setelah kegagalan kudeta bangsawan Kubu Pengrajin Bielinca.

Ruby beserta beberapa unit pasukannya berdiam di benteng dan kota timur benteng untuk menghadapi pasukan Kraalovna yang mendekat.

Sementara itu, Mayor Jenderal Kraalovna bersama unit prajuritnya yang mendapatkan tugas untuk penyerangan pertama ke benteng barat Bielinca pun keluar dari hutan yang menjadi batas wilayah Bielinca dan Kraalovna.

Mayor jenderal lantas menatap benteng kokoh yang membuat banyak tuan tanah di berbagai kerajaan iri. Benteng itu menjadi tantangan yang membuatnya bersemangat sekaligus menyesakkannya. Jiwa prajuritnya begitu ingin menaklukkan benteng tersebut, tapi di sisi lain ia merasa berat untuk melakukannya demi perang kekuasaan bangsa lain. Ia tidak pernah merasa melakukan perang tersebut untuk Kraalovna, tanah kelahirannya. Dibandingkan menjalankan perang dengan perasaan bangga seorang kesatria, ia justru merasa seperti budak yang harus berperang atas perintah majikan.

Mayor jenderal menggelengkan kepala, menepis segala pikiran yang akan mengacaukan konsentrasinya. Ia segera memberi perintah untuk membangun perkemahan lain di pinggir hutan perbatasan yang bisa menampung tujuh ribu pasukan yang ia pimpin sebagai serangan gelombang pertama.

Percobaan awal penyerangan pun direncanakan untuk dilaksanakan esok lusa setelah selesai merakit berbagai peralatan perang sembari mengawasi keadaan di sekitar benteng barat dan kota barat Bielinca.

Esok lusa itu pun datang dengan cepat.

Seorang prajurit berpangkat kapten mendatangi mayor jenderalnya saat matahari baru terbit di ufuk timur dua hari setelah kedatangan mereka. Saat itu, mayor jenderal sudah bersiap bersama beberapa kapten lain di sekitarnya.

"Lapor, Mayor Jenderal! Trebuchet*, tangga-tangga, terowongan beratap, dan battering ram sudah selesai dirakit."

Trebuchet merupakan alat pelempar proyektil-proyektil besar seperti batu ke arah musuh. Sementara battering ram adalah alat berupa balok kayu yang di ujungnya diberi aksesori besi kemudian digantung di ayunan dan digunakan untuk mendobrak tembok atau gerbang. Kebanyakan battering ram ditutupi oleh dinding juga atap kayu untuk melindungi para prajurit pendobrak yang menggerakkan battering ram.

"Bagaimana keadaan di sekitar?" tanya mayor jenderal.

"Seperti yang diperkirakan, ada jejak segar di seberang sungai. Sepertinya ada pengawas yang bersiap untuk mengirimkan bala bantuan di sana."

Mayor jenderal terdiam sejenak. Kalau begitu berapa pasukan Ezze yang tersebar di benteng barat, di seberang sungai, dan di perbatasan selatan Bielinca?

"Kumpulkan informasi lebih lanjut! Sebar mata-mata lagi!" lanjut mayor jenderal.

"Baik, Mayor Jenderal!"

"Siapkan perisai di pinggir parit!" perintah mayor jenderal.

"Perisai di pinggir parit!" seru seorang kapten kepada anak buahnya.

Beberapa prajurit membawa papan-papan kayu sambil berlindung di baliknya, lalu mendekat, dan menaruh papan-papan itu dalam beberapa baris mulai dari pinggir parit pertahanan benteng barat ke belakang, arah kamp prajurit Kraalovna. Terdapat area kosong di tiap barisan papan-papan kayu sebagai jalan lewat untuk persenjataan dan prajurit penyerang.

"Isi paritnya!" perintah mayor jenderal lagi.

Beberapa kapten berpencar sambil meneriakkan perintah-perintah berbeda untuk kesatuan prajurit mereka masing-masing.

"Atur terowongan beratap!"

"Pemanah siaga!"

"Trebuchet siaga!"

"Bawa materialnya!"

Sekelompok prajurit mengangkut beberapa terowongan beratap dari dalam terowongan tersebut agar tidak terkena serangan musuh. Terowongan beratap merupakan jalur untuk memberi perlindungan pada pasukan yang akan melakukan sesuatu di dekat pertahanan musuh. Terowongan beratap memiliki panjang yang sama dengan sepuluh orang berbaris, lebarnya seukuran dua orang dewasa, dan dinding serta atapnya terbuat dari kayu yang dilapisi kulit agar tidak mudah terbakar.

Beberapa terowongan beratap tadi disusun menjadi satu jalur panjang dari tepi parit pertahanan benteng barat Bielinca sampai ke daerah aman, daerah yang tidak dapat dicapai jangkauan pemanah Bielinca.

Seperti yang bisa diduga, terowongan beratap yang sedang diangkut dan disusun mendapat serangan dari pasukan pemanah Bielinca yang berbaris di atas dinding pertahanan. Panah-panah menghujani terowongan beratap, beberapa di antara panah itu merupakan panah api yang bertujuan untuk membakar terowongan beratap. Namun, bagian luar terowongan sudah dilapisi kulit sehingga para prajurit bisa bergerak dengan lebih terlindungi.

Setelah prajurit-prajurit pengangkut terowongan beratap mundur, kesatuan prajurit lain bergantian memasuki terowongan beratap sambil mendorong gerobak-gerobak berisi tanah, batu, dan kayu yang kemudian ditumpahkan untuk mengisi selokan.

Sementara itu, beberapa prajurit Kraalovna lain membalas tembakan panah pasukan Bielinca dari balik papan-papan kayu.

Trebuchet-trebuchet diisi dengan batu-batu dan bersiaga, menunggu trebuchet musuh bergerak lebih dulu agar mereka tahu di mana arah trebuchet musuh berada karena penglihatan mereka terhalang oleh tembok pertahanan.

Sepanjang hari pertama penyerangan itu diisi dengan saling berbalas tembakan panah antara pasukan Kraalovna dan prajurit Bielinca. Beberapa prajurit dari kedua belah pihak terluka. Meski dilindungi oleh papan-papan kayu atau merlon, bagian atas tembok pertahan yang menonjol di antara lekukan-lekukan untuk menyerang, para prajurit masih dapat terkena serangan ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain atau ketika sedang melepaskan serangan.

Proses mengisi parit itu membutuhkan waktu yang lumayan pula karena mereka bergerak secara aman. Di hari pertama, mereka baru bisa mengisi seperlima pada suatu titik parit yang dekat dengan gerbang.

***

Ruby ditemani beberapa pengawal pribadi ratu berkeliling menunjukkan dirinya pada para penduduk kota di timur benteng barat. Ia berdoa bersama mereka dan memberikan senyum yang ramah sambil menghibur penduduk yang ketakutan akan penyerangan besar-besaran yang sedang dilakukan Kerajaan Kraalovna.

"Siapa nama anak ini?" tanya Ruby yang mendatangi seorang wanita yang sedang menggendong anak balitanya di depan sebuah rumah sederhana bercat kuning pastel. Kebetulan rumah wanita itu berada di jalur yang tengah dilalui Ruby.

"Allen, Yang Mulia," jawab si ibu. Tampak jelas wajahnya terlihat khawatir.

Ruby kembali tersenyum ramah sambil mengelus pipi si bayi.

"Anak yang manis," puji Ruby lalu menoleh pada ibu dari anak itu. "Apakah persediaan kalian cukup?"

Wanita di hadapan Ruby lantas mengangguk. "Kami sudah menyimpan cadangan sesuai yang diperintahkan, Yang Mulia."

"Aku bersyukur mendengarnya. Jika kalian menemui kesulitan, sampaikanlah."

Wanita tersebut tampak ragu saat akan mengatakan kegundahan dirinya.

"A-apakah kita bisa selamat, Yang Mulia? Saya dengar prajurit musuh kali ini begitu banyak."

Ruby masih tersenyum. "Ahurz bersama kita dan Ahurz akan menjaga kita dari kekejaman para pendosa. Bagaimanapun, aku ada di dalam tembok ini seperti kalian. Kita akan bersama-sama bertahan dalam menghadapi situasi yang sulit ini."

Kata-kata Ruby barusan membuat si wanita yang menggendong anak tersadar. Ia lupa jika putri Naz yang ikut terkurung di dalam kota bersamanya juga menghadapi penyerangan yang sama. Wanita itu dan beberapa orang lain di sekitar yang menyaksikan pun seolah mendapatkan kekuatan baru untuk menghadapi ketakutan mereka. Putri Naz ada bersama mereka. Bukankah hal tersebut berarti berkah Ahurz juga akan melimpahi mereka?

***

"Bagaimana keadaan rakyat, Yang Mulia?" tanya asisten Raja Ezze.

"Mereka khawatir. Bukan masalah besar. Status putri Naz-ku membuat mereka bisa sedikit tenang hanya dengan beberapa patah kata," jawab Ruby.

Berbeda dengan topeng ramah dan senyum lebar yang ditampilkannya saat berkeliling kota untuk menenangkan para penduduk, ekspresi Ruby kembali dingin begitu sampai di ruang kerja sementaranya yang berada di menara pertahanan benteng barat. Mata tajamnya membuat orang-orang yang berada di sana merasa tidak nyaman.

"Berapa jumlah musuh yang mendekat?" Ruby lanjut bertanya.

"Sekitar tujuh ribu prajurit garis depan, Yang Mulia," jawab Jenderal muda Bielinca yang berada di seberang meja kerja Ruby. Karena Jenderal Ezze tidak berada di sana, maka dialah satu-satunya pemegang komando tertinggi di militer setelah Ruby.

"Siapa pemimpinnya?"

"Mayor Jenderal Neife, seorang keturunan asli Kraalovna."

Alis Ruby terangkat. "Aku sudah menduga mereka akan mengorbankan pihak Kraalovna lebih dulu. Apakah dia adalah orang dari Jenderal Kraalovna?"

"Kami masih berusaha mencari tahu, Yang Mulia."

Pandangan Ruby kembali pada informasi yang sudah disiapkan di atas mejanya.

"Bagaimana dengan jalur musuh?"

"Sebagian besar pasukan Kraalovna berkemah pada jarak dua jam berkuda pada satu garis lurus di barat pasukan garis depan mereka. Kondisinya di tanah lapang dan berada dekat sungai," jawab jenderal muda sambil menunjuk pada sebuah titik di peta yang terbentang di atas meja kerja Ruby.

"Jalur logistiknya?"

"Basis logistik utama dan terdekat berada di benteng ini." Jenderal muda kembali menunjuk sebuah titik di peta lalu tangannya bergerak ke titik lainnya. "Pemasok terdekat untuk basis itu adalah kota ini."

Ruby mempelajari peta di hadapannya. "Apakah kita bisa menutup jalur pasokan logistiknya?"

"Kita bisa menghancurkan jembatan yang berada di antara benteng dan kota itu. Tapi mereka bisa mendapatkan pasokan lain dari kota ini dan ini." Jari jenderal muda berpindah ke dua arah: sebuah titik di selatan wilayah Kraalovna dan sebuah titik yang terletak sedikit ke barat dari titik sebelumnya di peta.

"Kirim pasukan diam-diam melalui utara untuk menghancurkan jembatan itu dan siapkan pasukan untuk dikirim ke kota di selatan tadi! Aku akan mengurus kota yang satu lagi," lanjut Ruby. Ia kemudian mengambil selembar kertas untuk menulis surat.

***

Satu per satu bendera Kerajaan Tzaren ditancapkan di desa, kota, hingga benteng-benteng pertahanan Kerajaan Innist, tanda mereka telah mengambil alih kepenguasaan daerah-daerah itu.

Kekuasaan Tzaren pun meluas dengan cepat, diikuti jejak kehancuran yang mereka tinggalkan di wilayah-wilayah yang jatuh. Penduduk yang dikuasai dijadikan budak, baik pria maupun wanita, dan prajurit Innist yang tertangkap dipaksa untuk menjadi prajurit budak dengan memakai baju prajurit Tzaren.

Penyerangan Tzaren yang dipimpin oleh Putri Kleih sebagai komandan lapangan tertinggi lantas sampai di depan ibu kota Innist.

Kerajaan Tzaren memang membangun banyak infrastruktur berkualitas tinggi yang tersebar di banyak wilayah Innist untuk persiapan perang mereka, tapi mereka tidak mengubah pertahanan ibu kota sama sekali. Ibu kota Innist masih sama, hanya dikelilingi tembok tipis dan gerbang kayu rapuh yang dengan mudah didobrak prajurit Kerajaan Tzaren.

Pasukan Tzaren tumpah ruah di jalan-jalan ibu kota. Mereka menebar teror dan berbuat semaunya di sana.

Putri Kleih bersama beberapa petinggi militernya menuju istana. Mereka merangsek masuk ke istana yang seperti tidak dijaga.

Seorang pelayan istana bertubuh kurus pun dipaksa untuk menunjukkan ruangan para pemimpin Kerajaan Innist.

Ketika seorang petinggi militer Tzaren mendobrak pintu kamar raja, asap yang memusingkan menyeruak keluar dari dalam kamar.

"Sial! Apa ini?!" umpat Putri Kleih sambil menutup hidungnya.

Setelah asap mulai berkurang, penampakan ruangan semakin terlihat jelas. Tampak Raja Innist berbaring sendirian di atas tempat tidurnya yang penuh bantal. Kondisinya tidak terlihat baik, wajahnya pucat dan cekung.

"Si ... apa ... ka ... lian ...?" tanya Azkhar. Tangannya yang kurus bergerak untuk mendekatkan pipa ke mulutnya. Asap pun keluar lagi dari mulut Azkhar yang menggelap. Suaranya terdengar lirih, seolah ia begitu kesusahan untuk berkata-kata. "Di ... mana wanita ... wanita ... ku?"

Penampakan tersebut membuat para petinggi militer Tzaren mengernyit. Seorang di antara mereka lantas masuk ke dalam kamar lalu menyeret raja yang masih satu bangsa dengan mereka itu.

Azkhar terduduk lemah di hadapan para pemimpin militer Tzaren. Ia seperti sebuah lilin yang sedang meleleh dan tampak tidak awas pada kondisi sekitarnya.

"Apa yang sedang terjadi pada raja kalian?" tanya Putri Kleih pada pelayan yang tadi menunjukkan jalan.

Pelayan yang ketakutan itu menunduk dalam sambil menjawab dengan terbata.

"Ya-Yang Mulia Raja kecanduan pipa yang dibawa oleh Ratu."

Seorang bawahan Putri Kleih mengambil pipa dari Azkhar lalu menyerahkannya pada Putri Kleih.

"Ap-apa ... yang ... kalian ... la-lakukan pada ... pipa ... ku? Kem-kembalikan ...," ucap Azkhar yang sedang teler. Ia yang tidak punya tenaga pun merayap lalu memeluk kaki Putri Kleih.

"Pipaaa ... pipaku .... Huaaaa .... Hiks-hiks. Kembali ... kan. Hiks ...," lanjut Azkhar yang mulai menangis seperti anak kecil.

Orang-orang sebangsa sang raja menatap jijik pada kelakuan Azkhar tersebut.

Putri Kleih lalu menendang Azkhar sekuat tenaga hingga Azkhar terdorong jauh dari tempatnya berdiri. Ia lalu menatap dan mencium ujung pipa di tangannya yang terdapat serpihahan daun yang terbakar. Kepalanya sontak berdenyut aneh. Ia kembali menutup hidung sambil melempar pipa itu sejauh mungkin.

"Bunuh laki-laki menjijikan itu! Jangan sampai kelakuan rendahnya memalukan nama bangsa Tzaren!" perintah Putri Kleih.

Seorang prajurit lantas masuk dan menghabisi nyawa Azkhar. Ia pun melakukannya dengan perlahan seolah menikmati hal tersebut, melupakan fakta bahwa dirinya pernah sangat hormat pada orang yang sedang dibunuhnya itu.

"Di mana putri—maksudku, di mana Ratu Innist?" tanya Putri Kleih lagi pada pelayan istana Innist tadi.

"Yang Mulia Ratu sudah memindahkan pusat kekuasaan Innist sejak jauh hari," jawab si pelayan.

"Apa katamu?! Bagaimana bisa aku tidak mendengar hal itu?!"

Putri Kleih menatap tajam pada si pelayan kurus. Keterkejutan membuat matanya melotot seperti akan keluar dari rongganya.

Pelayan istana semakin mengerut. "Yang Mulia Ratu melakukannya diam-diam dan hanya membawa beberapa petugas, dayang, juga pelayan istana."

"Ke mana dia pergi?!"

Putri Kleih nyaris berteriak. Bagaimana bisa hal seperti itu luput dari pengawasannya?

"Ham-hamba tidak tahu, Yang Mulia."

Air mata si pelayan mulai menetes.

Putri Kleih yang murka menebas kepala pelayan itu sambil berteriak frustrasi.

"Mengapa tidak ada kehebohan yang terjadi?! Pemindahan kekuasaan bukan sesuatu yang mudah dilakukan diam-diam! Memangnya para bangsawan Innist setuju begitu saja?!"

"Yang Mulia!" Seorang prajurit berlari tergopoh menuju gerombolan Putri Kleih. Ia kemudian menundukkan kepalanya ketika sampai di hadapan sang putri. "Lapor. Beberapa bangsawan ibu kota ditemukan tewas di rumah mereka masing-masing dengan tubuh yang sudah lama membusuk."

"Apa?!"

Seluruh orang yang ada di sana terkejut mendengar berita tersebut.

"Kondisi paling mengenaskan ada di rumah keluarga Jenderal Besar Innist. Tubuh seluruh mayat di sana terpisah-pisah dan tersebar ke mana-mana," lanjut prajurit yang membawa berita.

Putri Kleih pun tercengang. Putri Naz yang lugu itu ... membantai orang-orang?!

***


P.S:
Meski skill gambar abal-abal, tapi tetap berusaha menggambar biar mempermudah memahami isi ceritanya. Semoga mapnya bisa dipahami ya, maafkan skill gambar saya yang abal-abal ini :'D


*Trebuchet = counterweight trebuchet, bukan traction trebuchet (versi awal trebuchet).

>>Fun Fact<<

Counterweight trebuchet: menggunakan pemberat yang biasanya diisi dengan batu atau material-material berat lainnya. Butuh spesialis untuk ngerakit. Sulit untuk diangkut/dipindah. Bisa melempar misil yang lebih berat dari yang bisa dilempar traction trebuchet. Muncul pertama kali di Mediterania.

Traction trebuchet: menggunakan tenaga manusia untuk menarik tiang pelempar proyektil (sekitar puluhan orang per trebuchet, tergantung ukurannya). Bisa dirakit siapa saja. Lebih mudah dan murah untuk dipindahkan. Membutuhkan koordinasi dan ketepatan dalam mengoperasikannya. Ditemukan di China.

Trebuchet umumnya hanya digunakan dalam pengepungan (siege). Tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan trebuchet dipakai saat perang head-to-head di lapangan/alam seperti di film live action Mulan (2020).

Hal itu dikarenakan trebuchet bukanlah alat yang bisa digerakkan dengan mudah, sementara posisi perang cenderung dinamis, berpindah-pindah seusai kondisi, strategi, dan kebutuhan. Bahkan saat dipakai di pengepungan, trebuchet tidak dibawa dari awal, tapi dirakit di tempat. Fungsi utama trebuchet adalah mesin untuk melakukan/menghadapi pengepungan (siege engine).



***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro