Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 27 - Kerajaan Tzaren: Mahkota yang Tercemar

Di sudut ibu kota Tzaren yang makmur, pada penghujung malam diadakan sebuah pertemuan tertutup di ruang bawah tanah sebuah bar tua yang bisa dimasuki dari beberapa pintu yang berbeda. Terdapat meja yang luar biasa besar dengan kursi-kursi kayu sederhana mengitari meja. Setiap kursi diduduki oleh orang-orang berjubah gelap, menutupi kemewahan baju di baliknya.

Bendahara kerajaan Tzaren memulai pembicaraan tertutup itu sambil memandangi satu per satu bangsawan-bangsawan yang menjadi sekutunya.

"Sungguh luar biasa menyaksikan para bangsawan Tzaren masih peduli akan masa depan Tzaren. Komitmen Anda sekalian hingga sekarang adalah bukti bahwa Raja Tzaren saat ini diragukan kemampuannya untuk memimpin kerajaan mulia seperti Tzaren.

"Tentunya tidak berlebihan mengatakan Tzaren adalah kerajaan mulia dibanding kerajaan lainnya. Tzaren adalah kerajaan tua yang dikatakan paling pertama berakar di daratan luas di mana kita berada sekarang. Dulu leluhur kita membuat kerajaan di utara sebelum semakin lama semakin terdesak mundur ke selatan daratan, terpaksa mendiami daerah selatan yang dingin dan tidak begitu subur. Tapi justru dengan keadaan yang keras seperti inilah Kerajaan Tzaren bisa bangkit kembali hingga tiga raja sebelumnya berhasil memperkukuh kekuatan Tzaren, menjadikan Tzaren tidak lagi dipandang sebelah mata, bahkan ditakuti kekuatan militernya. Momentum tersebut tidak boleh berakhir hanya karena raja saat ini, yang merupakan keturunan tiga raja gemilang di masa lalu, justru seolah akan membawa Tzaren pada jurang kehancuran. Adik raja saat ini bahkan sudah mengacaukan kerajaan sebelah. Entah mengapa kakak beradik itu bisa menjadi begitu menyedihkan hanya karena wanita.

"Rambut merah kita mencerminkan keberanian dan darah yang murni. Tapi saat ini kita memiliki ratu dengan rambut gelap yang sedang mengandung pewaris takhta. Ratu yang bahkan tidak bisa disandingkan seujung kuku pun dengan ratu-ratu sebelumnya. Hanya paras yang cantik tapi tidak berkarakter kuat seperti orang-orang Tzaren. Seandainya anak yang ratu kandung lahir dan memiliki rambut seperti ibunya, apakah kalian tidak merasa terhina? Dipimpin oleh seorang berdarah campuran dengan rambut serupa orang-orang utara yang sudah mengusir leluhur kita ke tanah keras nan dingin.

"Masih ingatkah kalian yang sudah merasa tertipu oleh raja? Dengan harapan dapat memperoleh daerah utara, kita mendukung penuh raja dalam perang gilanya demi mendapatkan seorang gadis. Prajurit-prajurit keluarga kita turunkan, emas-emas kita keluarkan, beberapa dari kita bahkan ikut terjun langsung ke medan perang. Tapi apa hasil yang kita dapatkan? Hanya rampasan perang yang dibagikan sembarangan tanpa menimbang jasa! Raja tidak peduli dengan daerah utara dan malah diberikan pada adiknya begitu saja! Kita kehilangan momentum mendapatkan kembali daerah utara atau bahkan kesempatan untuk menyatukan seluruh daratan menjadi satu di bawah kekuasaan bangsa Tzaren! Dengan liciknya Raja Tarkh langsung membagi-bagikan wilayah kekuasaan saat berada di Kerajaan Bielinca. Menyuruh pemegang kekuasaan yang baru ditunjuk untuk langsung menuju ke kerajaan masing-masing tanpa kembali ke Kerajaan Tzaren. Raja tentunya tahu jika kita, para bangsawan, akan murka dengan keputusan tersebut. Tapi raja tidak peduli pada kita. Kita! Keluarga bangsawan yang sudah turun temurun menopang Tzaren! Apa raja pikir beliau akan bisa menaklukkan seluruh kerajaan tanpa dukungan bangsawan?! Jasa kita tidak dianggap dan diperlakukan begitu dingin oleh raja!

"Seperti yang kita ketahui, raja sebelumnya yang merupakan kakek dari Raja Tarkh memiliki dua orang putra dan satu putri. Putra pertama merupakan ayah dari Raja Tarkh dan seorang lagi adalah Jenderal Tengah yang begitu loyal pada Raja Tarkh sehingga aku bahkan tidak perlu repot-repot membujuknya agar berada di sisi kita. Seorang putri dari raja sebelumnya adalah istriku sekaligus ibu dari Putri Kleih. Namun, ada satu lagi anak haram raja yang sudah menjadi rahasia umum hingga diketahui semua orang, bahkan rakyat jelata pun mengetahuinya. Dia adalah putra bungsu raja terdahulu, Jenderal Kanan, yang mendapatkan salah satu wilayah kekuasaan dan sekarang mendapatkan gelar Raja Sirgh dari Kraalovna.

"Raja Sirgh memang merupakan anak haram raja tapi dengan kemampuannya sendiri, beliau bisa meraih posisi jenderal dan mendapat dukungan dari raja sebelumnya. Raja Sirgh juga bisa menjadi pewaris takhta jika kita, para bangsawan, mendukungnya. Saat ini Raja Sirgh satu-satunya harapan kita untuk memperluas kejayaan Tzaren dengan visi beliau yang sangat jelas, yaitu: menyatukan seluruh kerajaan menjadi satu imperium besar dan menjadikan bangsa Tzaren sebagai penguasa daratan ini. Raja Sirgh sudah berjanji akan menjadikan anakku, Putri Kleih, sebagai ratunya kelak sehingga kita tidak perlu khawatir tentang ratu asing lagi. Dan aku yakin jika Raja Sirgh bukan orang yang sembarangan mengambil ratu tanpa menimbang asal usul sang ratu.

"Jenderal Tengah adalah pendukung utama raja saat ini dengan kekuatan militer yang cukup besar. Namun, kita pun tidak kekurangan kekuatan militer. Jenderal Kiri sudah menyatakan dukungannya pada kita dengan kehadirannya di sini dan di tiap-tiap pertemuan yang kita adakan. Terima kasih atas partisipasinya, Jenderal! Dan tentunya kekuatan militer Raja Sirgh yang masih menguasai timur Kerajaan Tzaren juga berada di pihak kita. Istana hanya mempunyai sedikit prajurit yang menguasai ibu kota. Bukan masalah besar untuk menyerbu istana dengan berkurangnya prajurit Jenderal Tengah yang sedang dikirim ke Kerajaan Bielinca untuk waktu lama.

"Kita bisa saja mengambil alih takhta saat ini juga. Namun, adik-adik Raja Tarkh tentunya tidak akan tinggal diam. Yang perlu diwaspadai adalah Raja Oukha di Kerajaan Ezze dan Raja Zakh di Kerajaan Aritoria. Sementara Kerajaan Bielinca dipimpin oleh dua bocah yang dikelilingi bangsawan-bangsawan rakus di sana dan Kerajaan Innist terlalu lemah untuk menjadi ancaman.

"Sebisa mungkin kita harus memenangkan ini dengan sedikit kerugian! Kita memegang kekuatan militer besar di Kerajaan Tzaren dan Raja Sirgh telah didukung satu-satunya Jenderal Kraalovna. Namun sayang, saat perang besar Kerajaan Kraalovna kehilangan banyak pasukan sehingga kita harus menunggu mereka sedikit memulihkan diri. Kerajaan Aritoria dan Ezze masih memiliki kekuatan tempur yang cukup, tapi pertanyaannya adalah: apakah mereka sudi mengangkat pedang untuk perang antar raja keturunan Tzaren? Karena bagi mereka, siapa pun yang menang, mereka tetap akan dikuasai oleh raja dari Tzaren. Tentunya mereka akan memilih untuk mendukung siapa saja yang memiliki kemungkinan menang paling besar, setidaknya demi menyelamatkan nyawa mereka sendiri. Itulah sebabnya, kita akan melakukan ini secara perlahan untuk membuat kemungkinan menang kita lebih besar.

"Saya sudah menganggarkan dana untuk bantuan pembangunan di beberapa titik pertahanan Kerajaan Innist. Kita harus mengambil alih Innist pada awal perang karena itu akan memutus jalur Ezze ke area tengah! Raja Oukha di Ezze tidak akan bisa membantu saudara-saudaranya jika wilayah Innist berada di tangan kita. Dan tentunya kerajaan itu harus sudah dalam pertahanan yang lebih baik kondisinya ketika jatuh ke tangan Tzaren. Akan sangat terlambat jika kita memperbaiki pertahanan lemah Kerajaan Innist saat perang sudah dimulai. Tenang saja, Raja Tarkh sudah menyetujui bantuan pada kerajaan adiknya itu.

"Langkah selanjutnya di waktu dekat ini adalah mengacaukan perhatian Raja Tarkh. Aku rasa dia mulai curiga pada beberapa hal dan tampak menjadi lebih waspada dari biasanya. Cara paling mudah mengacaukan konsentrasi Raja Tarkh tentunya dengan menjaga sang raja tetap larut dalam kesenangan semu. Apalagi saat ini ... ratu sedang mengandung."

***

"Aduh!" Taaffeite meringis saat rambutnya disisir dengan kasar oleh seorang dayangnya.

"Mohon untuk tidak mengeluh, Yang Mulia. Apakah Yang Mulia ingin kepala saya melayang?" Si dayang yang menyisir rambut tidak juga melembutkan tindakannya.

"Kalau begitu bisakah kau menyisir lebih perlahan?"

"Yang Mulia Raja menginginkan ratu untuk sarapan tepat waktu. Atau Anda ingin kami dihukum kalau terlambat menyiapkan Yang Mulia Ratu?"

Taaffeite pun terdiam. Namun, dengan jelas ia mendengar dayangnya menggerutu pelan. "Dasar lemah! Baru disisir sedikit saja sudah mengeluh!"

Taaffeite tidak mengerti apa kesalahannya sehingga dayangnya tidak ada yang menghormatinya? Apakah karena dirinya diam saja setiap mendapat perlakuan yang tidak pantas seperti itu? Namun, jika dayang-dayangnya dihukum karena ia mengadu, Taaffeite akan merasa sangat bersalah!

Setelah selesai bersiap, Taaffeite diantar menuju ruang makan istana utama. Di sana, Tarkh telah menunggu dengan senyuman lebar yang hanya ditujukan pada ratunya.

"Apakah tidurmu nyenyak, Fe?"

Taaffeite mengangguk meski sebenarnya ia gelisah akan posisi tidurnya.

Ketika makanan dihidangkan di hadapan keduanya, selera makan sang ratu benar-benar hilang. Ia memaksakan diri hanya demi koki yang kepalanya akan melayang jika memberikan makanan yang tidak enak. Namun, kali itu Taaffeite benar-benar tidak tahan. Entah mengapa rasa makanan tersebut begitu menjijikan di lidahnya.

Melihat Taaffeite yang mengernyit dan tampak menahan diri untuk tidak memuntahkan makanannya, Tarkh langsung meradang. "Apakah makanan itu begitu tidak enak, Fe? Dayang, panggil kepala koki istana!"

Taaffeite memegang erat tangan Tarkh dan menggelengkan kepalanya. Setelah susah payah menelan, ia melanjutkan kata-katanya. "Aku pikir ini pengaruh bayi, Tarkh."

"Saya juga berpikir ini bawaan bayi yang dikandung ratu, Yang Mulia." Kepala pelayan ikut berkomentar sebelum terjadi kehebohan yang tidak perlu. "Ibu yang hamil bisa tiba-tiba menyukai makanan tertentu atau membenci makanan tertentu. Ada pula yang tiba-tiba menginginkan hal aneh."

"Benarkah?"

"Tentu saja. Bahkan ratu terdahulu saat hamil pernah menghadirkan koki dari Kerajaan Aritoria karena hanya ingin makan makanan khas Aritoria yang langsung dibuat oleh orang Aritoria."

Tarkh merasa seperti orang bodoh karena tidak mengetahui tentang hal kecil seperti itu. "Apa ada yang kau inginkan, Fe?"

Taaffeite menggelengkan kepala. Ia tidak merasa ingin makan sesuatu yang khusus. Namun, entah mengapa makanannya terasa sangat menjijikan.

Tarkh tampak khawatir. "Kau tetap harus makan sesuatu. Ini ...." Tiba-tiba sang raja menyuapkan makanan dari piringnya.

Tidak mungkin Taaffeite menolak pemberian raja, karenanya ia menurut saja dan bersedia disuapi oleh Tarkh. Ia terkejut. Makanan yang diberikan Tarkh begitu enak! Rasanya itu makanan terenak yang pernah ia makan selama berada di Tzaren!

"E-enak." Tanpa sadar Taaffeite bergumam.

"Benarkah?" Tarkh menoleh pada kepala pelayannya. "Bukankah aneh jika makanan yang disajikan padaku dirasa enak oleh ratuku sementara makanannya sendiri ingin ia muntahkan? Apa makanan kami berbeda?"

"Ten-tentu tidak, Yang Mulia. Daging dan sayurannya dimasak bersama. Mungkin ...."

"Mungkin?"

"Mungkin itu keinginan bayi yang ingin makan makanan dari tangan Yang Mulia sendiri."

Mata Tarkh membesar. "Eh, ada hal seperti itu juga?" Ia menoleh ke arah ratunya. "Aku akan menyuapimu. Ambil saja makananku. Tidak masalah, aku bisa meminta lagi yang baru."

Tarkh pun menyuruh pelayan mendekatkan kursi baru tepat di samping Taaffeite. Dengan tekun seolah sudah melakukannya sejak lama, Tarkh menyuapi sang ratu. Di luar dugaan, ia sangat menikmati hal tersebut! Rasanya sangat lucu melihat dirinya menyuapi ratunya yang makan dengan lahap.

"Kalau begitu makanan ratu akan saya singkirkan dan akan saya bawakan lagi makanan yang baru untuk Yang Mulia." Kepala pelayan menyuruh seorang pelayan terdekat untuk membereskan piring dan peralatan makan Taaffeite.

"Apakah memang karena keinginan bayi yang seperti itu atau ...?" batin Taaffeite. Ekor matanya menangkap beberapa pelayan yang ada di ruangan tampak mencuri-curi senyum antar pelayan.

***

"Ah ... tadi itu nyaris sekali!" seru pelayan yang membawa piring Taaffeite kembali ke dapur istana.

"Apa yang terjadi?" tanya seorang juru masak istana.

Pelayan tadi lantas menceritakan kejadian di ruang makan raja.

"Wah! Untung saja kepala pelayan berkata seperti itu. Bisa gawat kalau raja menyadari makanan ratu memang lain rasanya!"

"Untuk sementara kita tidak bisa mengerjai ratu lewat makanan," keluh seorang pelayan.

"Masih ada banyak cara untuk mengerjai ratu bodoh itu. Jangan lupa! Makin ia menderita, makin banyak bayaran untuk kita!" balas pelayan lainnya.

"Benar!" seru seorang juru masak. "Aku tidak merasa bersalah melakukan itu. Salahnya sendiri menjadi ratu yang terlalu lemah! Puluhan tahun aku bekerja di istana, baru kali ini ada ratu yang menyedihkan seperti itu, ratu yang bisa membuat Kerajaan Tzaren tampak lemah!"

Orang-orang di dapur istana pun sangat bersemangat menghina ratu mereka sendiri, hingga kemudian terdengar dehaman keras dari arah pintu. Semua menoleh dan mendapati kepala dayang ratu berdiri dengan tegap di depan pintu dapur.

"Ada perintah baru dari Sang Putri. Hentikan semua usaha untuk mengerjai ratu! Kita harus memperbaiki sikap dan menghormatinya seperti ratu pada umumnya!"

"Eh! Apa-apaan itu?!" Terdengar protes di sana sini.

Dengan tenang kepala dayang ratu mengangkat tangannya. "Hentikan keluhan sia-sia kalian! Apa kalian ingin melawan perintah Sang Putri? Sang Putri tidak mungkin memerintahkannya tanpa alasan. Putri mempunyai tujuan dibalik semua ini dan kalian akan diberi imbalan yang pantas seperti saat kalian mengerjai ratu. Ingatlah! Ada hukuman yang menanti jika kalian tidak melaksanakan perintah sang putri!"

***

Pagi itu Taaffeite merasa malas sekali untuk bangun dari tempat tidurnya. Namun, apabila tidak bersegera untuk mandi, ia akan dibangunkan dengan cara yang sangat kasar oleh dayang-dayangnya dengan alasan jika raja menginginkannya hadir tepat waktu.

Begitu Taaffeite duduk di kasurnya yang empuk, sebuah baskom disodorkan padanya seperti biasa. Ia bergidik membayangkan airnya akan sangat panas atau sangat dingin. Namun, ketika pelayan membasuh wajahnya, air tersebut cukup hangat. Bahkan pelayan itu melakukan hal tersebut dengan lembut dan penuh kehati-hatian.

Seorang dayang tiba-tiba menundukkan kepalanya dan mengatakan jika air untuk mandi telah siap. Taaffeite terkejut. Dayang-dayangnya tidak pernah menundukkan kepala selain ketika ia bersama dengan Tarkh.

"Ah ... baiklah. Aku akan mandi sekarang."

Keanehan pun berlanjut. Biasanya Taaffeite akan menggigil kedinginan atau mengernyit kepanasan ketika mandi, tapi suhu air di bak yang disiapkan terasa pas dan sangat nyaman. Ketika makan pun seperti itu, tidak ada lirikan-lirikan yang memandangnya benci atau senyum-senyum mengejek. Semua memasang wajah datar. Ia tidak tahu apakah makanannya ikut berubah karena sejak kemarin Tarkh yang menyuapinya makan. Bahkan raja yang seharusnya sibuk itu menyempatkan untuk menyuapinya setiap makan siang dan makan malam.

Ketika berjalan di lorong-lorong istana, tidak ada lagi hal-hal yang membuatnya jatuh, entah karena dayang-dayang berpura-pura tidak sengaja menginjak gaunnya atau hal-hal lainnya. Dayang-dayang mengikutinya dengan tenang dan patuh.

Taaffeite sangat heran akan perubahan yang terjadi dalam semalam itu. Apakah akhirnya mereka mengakuiku karena aku mengandung calon pewaris takhta? Tapi perubahan ini begitu mendadak.

Taaffeite bingung harus menyampaikan pada siapa keluh kesahnya. Tidak mungkin ia sampaikan pada Tarkh, pasangannya itu terlalu frontal dalam bertindak. Ingin berbincang dengan saudari-saudarinya, tapi mereka terlalu jauh. Jika mengirim surat, Taaffeite khawatir surat itu akan sampai dengan selamat sebelum dibuka oleh orang lain. Ia teringat akan surat-surat yang ditujukan pada almarhum ayahnya sudah terlebih dahulu disortir oleh pendeta muda bagian surat dan dokumen.

"Apakah ada yang merisaukan, Yang Mulia Ratu?"

"Eh ... ti-tidak." Taaffeite terkejut. Ia tidak biasa disapa dengan ramah seperti itu oleh para dayangnya. Padahal ia sedang minum teh di taman tanpa ada Tarkh di sekitarnya. Bukankah selama ini mereka hanya baik di depan Tarkh?

"Apabila ada yang merisaukan atau ada yang diinginkan, Yang Mulia bisa menyampaikannya pada saya," lanjut dayang tersebut dengan senyum yang amat sangat jarang dilihat oleh Taaffeite.

Taaffeite terdiam sejenak. "Emm ... apakah semua surat pasti akan diperiksa sebelum disampaikan?"

Dayang di hadapan Taaffeite menatap bingung, tapi sejurus kemudian ia membuka mulutnya. "Ah ... Yang Mulia ingin mengirim surat tanpa melewati pemeriksaan?"

Taaffeite tampak salah tingkah, tidak menyangka jika dayangnya begitu cepat mengerti maksudnya. "Ti-tidak. Aku hanya sekadar bertanya. Lupakan saja."

"Jika Yang Mulia ingin mengirim surat semacam itu, saya bisa membantu."

Akan tetapi, Taaffeite tidak membalas dan berpura-pura sibuk dengan tehnya yang sudah dingin.

***

"Hei, apa kau sudah mendengarnya?" Seorang pria bertanya pada temannya yang wajahnya sudah semerah rambutnya.

"Hah? Tentang apa?" Temannya membalas dengan suara yang agak keras, meningkahi suasana bising bar yang juga jadi satu dengan tempat makan yang selalu ramai dikunjungi penduduk terutama pada malam hari seperti itu.

"Ratu Tzaren sedang hamil."

"Apa? Ratu apa?"

"Ratu Tzaren sedang hamil." Pria itu mengulang kata-katanya dengan agak keras.

"Memangnya kenapa kalau ratu hamil?" Temannya tampak tidak peduli.

Terdengar suara membahana dari meja seberang mereka. "Hah? Akan ada penerus takhta dari wanita lemah itu?!"

Kedua pria yang sedang minum-minum menoleh ke asal suara. Seorang pria berwajah keras tampak berbincang dengan empat orang temannya, membahas hal yang sama. Kedua pria itu pun menguping pembicaraan di meja seberang.

"Aku tidak akan sudi mempunyai calon raja apabila fisiknya sama dengan ratu itu!" balas suara lain yang sama kerasnya.

"Aku dengar Ratu Tzaren tidak bisa apa-apa. Kerjanya hanya menangis sepanjang hari dan ia juga manja. Kabarnya koki istana hampir dipenggal karena menyajikan makanan yang tidak sesuai dengan selera ratu!"

"Keterlaluan! Dia pikir masih akan bisa menikmati makanan utara? Aku sudah melihat sang ratu saat turun ke jalan ibu kota. Memang sangat cantik tapi begitu berbeda dengan Ratu-Ratu Tzaren terdahulu. Ia langsung meringkuk ketakutan dilempar kerikil kecil! Benar-benar pengecut!"

"Hei, hei ... apakah tidak apa-apa membicarakan tentang ratu seperti ini? Kalian ingin dipenggal?"

"Hahaha! Kau tidak tahu, ya? Di kerajaan ini tidak ada yang menyukai ratu selain raja kita. Ini rahasia umum, aku dengar segala laporan yang masuk mengenai ratu tidak akan dilanjutkan ke istana."

"Kau akan menemukan percakapan semacam ini di luar sana. Banyak yang membicarakannya."

"Wah ... apakah para bangsawan itu menolak ratu saat ini?"

"Tentu saja mereka tidak bisa menolak terang-terangan. Tapi sudah pasti, raja telah kehilangan pendukungnya."

"Kupikir sejarah lama akan terulang. Bukan pertama kalinya dinasti berganti karena raja yang tidak becus."

"Kali ini aku tidak berseberangan pendapat dengan kaum bangsawan. Perang yang sudah merenggut nyawa beberapa kerabatku itu tidak memberikan keuntungan apa-apa bagi Tzaren! Bukankah kita menang dalam perang beberapa waktu lalu? Apakah kalian bisa melihat hasil nyata kemenangan waktu itu?"

"Hei! Kita mendapat sesuatu dari perang, kau tahu?"

"Apa itu?"

"Ratu penghibur. Cantik dan hanya berguna di tempat tidur."

"Hahaha!"

Kedua pria tadi saling menatap. Tampaknya mereka menyadari jika pendapat rakyat Tzaren tentang sang ratu hampir semuanya terdengar negatif. Entah siapa yang memulai, yang jelas pembicaraan tentang ratu Tzaren sedang ramai dibicarakan di kalangan rakyat dan mereka membicarakan sang ratu seperti sedang menggosipkan tetangga mereka sendiri, begitu blak-blakan, tajam, dan tidak khawatir akan konsekuensi dari kata-kata yang diucapkan.

***

"Jadi jalang itu ingin mengirim surat rahasia?"

"Benar, Putri Kleih. Tapi ia ragu menanyakannya."

Putri Kleih tersenyum miring. "Berbuat baiklah padanya agar ia semakin memercayaimu. Jangan arahkan secara langsung tentang bagaimana cara mengirim surat rahasia. Buat seolah-olah ia tidak sengaja tahu ... dengan sewajar mungkin."

Kepala dayang ratu yang ternyata adalah tangan kanan Putri Kleih mengangguk hormat. "Akan saya laksanakan."

"Bagaimana dengan orang-orang di istana?"

"Mereka akan saya pantau dan akan langsung saya singkirkan jika ada yang berpotensi mengacaukan rencana."

"Bagus. Aku percayakan urusan di istana padamu." Putri Kleih menoleh pada orang lain di kanannya. "Apa kabar jalanan?"

Orang yang ditanya Putri Kleih tersenyum licik. "Rumor dan pembicaraan buruk mengenai ratu sudah mulai dibicarakan banyak kalangan masyarakat. Saya yakin tidak banyak yang bersimpati pada ratu. Kebencian akan tumbuh dengan sendirinya dengan semakin banyak rumor yang disisipkan."

"Kerja bagus! Jangan sebarkan rumor yang terlalu frontal atau terlalu jauh dari kenyataan! Baurkan dengan kenyataan yang ada untuk berjaga-jaga apabila ada pendukung raja yang mendengar pembicaraan-pembicaraan di kalangan rakyat. Meski aku ragu ia mempunyai orang di jalanan. Hahaha!"

Kedua orang di hadapan Putri Kleih ikut tersenyum mendengar pujian yang dilontarkan dan tanda kepercayaan dari Putri Kleih.

Putri Kleih menatap puncak-puncak istana yang terlihat di kejauhan dari halaman rumahnya yang luas. Ambisinya terlihat jelas di matanya yang kebiruan.

"Tarkh ... oh, Tarkh .... Sebagai raja, kau bebas memilih teman tidurmu sesuai nafsumu. Tapi kau akan hancur jika salah memilih ratu yang seharusnya bisa melindungi punggungmu. Apakah kau pikir ... dalam permainan catur, raja yang melindungi ratu?"



***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro