Chapter 11 - Sirgh
Ia melihat seorang kesatria mendekati maharajanya dari belakang. Hanya satu yang terlintas di pikiran: ia harus melindungi sang maharaja! Mereka sudah sejauh itu. Sedikit lagi semua kerajaan akan tunduk. Jika sang maharaja mati, adik konyol maharaja yang akan menggantikan posisi si maharaja. Itu tidak boleh terjadi! Dia akan kehilangan segalanya karena para adik konyol itu tidak ada yang menyukainya. Mereka sepertinya tahu ... tahu wajah aslinya.
Sirgh bangun dengan napas tersengal-sengal. Keringatnya mengucur deras dan ia sontak memegang luka di tangannya. Tangan kanannya hampir putus setelah menahan sabetan pedang kesatria Kraalovna. Tangan tersebut tidak lagi sekuat dulu, tapi ia masih bisa melatih tangan kirinya. Itu bukan perkara sulit untuknya. Pedang bagi Sirgh seperti perpanjangan tangannya, bagian dari tubuhnya sendiri.
Kekacauan yang terlihat sejenak setelah bangun tidur perlahan sirna, tergantikan oleh tawa, tawa yang dingin dan keras.
"Ahahaha! Dasar bodoh! Bodoh sekali kau, Tarkh! Kau pikir kau tahu segalanya? Bodoh! Hahahaha! Adik-adikmu yang dungu bahkan lebih baik darimu dalam menilaiku!" Sirgh mengumpat-umpat sendiri. Seolah ia sedang berada di panggung drama dan memainkan sebuah monolog.
"Hanya demi seorang gadis, Tarkh menaklukkan semua kerajaan. Tapi begitu mendapatkan gadis itu, ia malah melepaskan semuanya. Tolol! Tak apalah, kebodohannya justru membuka kesempatan untukku. Ya, Tarkh ... akulah yang akan menjadi maharaja selanjutnya. Aku! Aku yang pantas menjadi raja! Bukan adik-adik brengsekmu itu! Juga bukan kamu yang lemah terhadap seorang wanita! Tidak sepertimu ... aku tidak punya kelemahan!"
Seringai bak serigala terlukis di wajah Sirgh yang kejam.
***
"Surat dari Putri Kleih, Yang Mulia." Asisten kepercayaan Sirgh menghadap Sirgh di ruang kerja raja lalu memberikan sebuah surat.
Sirgh memboyong beberapa bawahan kepercayaannya dari Tzaren. Ia juga membawa prajurit-prajurit terbaiknya yang kesetiaan mereka terletak padanya, bukan pada raja sebelumnya: Tarkh.
Sirgh melakukan hal itu karena tidak percaya pada orang-orang yang disiapkan Kraalovna untuk melayaninya. Ia juga tidak ingin orang-orang Kraalovna berada di dekatnya karena dirinya masih belum yakin apakah Kraalovna akan setia dan mematuhinya seperti mereka mematuhi raja mereka terdahulu meski ia memiliki beberapa orang Kraalovna dalam genggamannya.
Bagaimanapun, Sirgh-lah yang berada di samping Tarkh ketika Tarkh memenggal seluruh keluarga raja terdahulu.
"Kau yakin tidak ada orang lain yang melihat isinya?" Sirgh memeriksa surat tersebut.
Asisten raja menggeleng. "Utusan Putri Kleih memberikannya langsung pada saya, Yang Mulia."
Sirgh mengangguk-angguk. "Baiklah, kau boleh pergi."
Setelah asistennya undur diri, Sirgh membuka amplop surat tersebut dan membaca isinya.
Semoga seorang Sirgh diberi kesehatan dan kejayaan.
Aku sudah merajut jaring-jaringku untuk menjerat sang ratu dan rajanya. Tinggal menunggu sinyal dan pergerakanmu.
Jangan lupakan perjanjian kita! Jangan menyakiti kepercayaanku atau kau akan bernasib sama seperti si raja!
Sirgh tersenyum sinis sambil membaca detail-detail rencana selanjutnya. Kemudian dibakarnya surat tanpa segel lambang keluarga dan tanpa identitas penulis tersebut.
"Huh, dasar tuan putri biadab! Berani sekali dia mengancamku. Setelah seluruh kerajaan berada di bawah kuasaku, ancamanmu tidak akan ada gunanya, tahu!" gumam Sirgh.
"Tapi putri itu masih berguna." Sirgh teringat akan anak perempuan bendahara Kerajaan Tzaren, mantan tunangan Tarkh, bernama Putri Kleih
Putri Kleih memiliki garis keturunan mulia, ibunya adalah adik raja sebelumnya dan kakek dari ayahnya adalah kepala dewan penasihat raja yang masih berkuasa. Selain mendapatkan dukungan politik yang kuat, dia juga cerdas, cantik, dan mempunyai karakter wanita Tzaren yang keras. Sebelum penobatan ratu baru, Putri Kleih adalah wanita dengan posisi tertinggi di Kerajaan Tzaren setelah ibunya.
Suatu hari saat masih masa perang besar dan posisi perang berada di Kerajaan Aritoria, Putri Kleih mendatangi tendanya. Satu pernyataan yang diucapkan dengan dingin terlontar dari putri bendahara Tzaren tersebut: "Aku tahu kau berambisi menjadi maharaja begitu seluruh kerajaan telah ditaklukkan. Tarkh adalah penghalang terbesarmu. Jika kau berjanji menjadikan aku ratumu begitu kau menjadi maharaja, akan kuhancurkan Tarkh dari dalam."
Putri Kleih pun mulai membuktikan kemampuannya. Sebuah permulaan untuk menimbulkan setitik keraguan para bangsawan dan desas-desus di kalangan rakyat. Kabarnya hingga saat itu, orang yang melukai Ratu Taaffeite belum ditemukan. Sirgh yakin ada campur tangan Putri Kleih di dalamnya.
Menurut Sirgh pribadi, putri yang sangat berambisi tersebut lebih cocok menjadi ratu kerajaan besar dan kuat semacam Tzaren dibandingkan putri Naz yang lugu pilihan Tarkh.
"Sebenarnya apa yang dilihat Tarkh dari putri Naz dungu itu?" Pertanyaan yang selalu muncul di benak Sirgh sejak pertama Tarkh mengumumkan niat gilanya: menyatukan seluruh kerajaan.
"Huh ... putri-putri Naz sama saja seperti Naz. Mereka hidup dalam dunia palsu yang mereka kira aman dan damai. Ratu Taaffeite yang tolol, sama tololnya dengan putri Naz yang lain. Sapphire juga tidak berbeda, hanya rupa yang cantik tapi otaknya kosong."
Sirgh terdiam lama di balik meja, memutar-mutar pisau pembuka amplop di tangannya. Tiba-tiba ia berdiri dan melangkah pergi, keluar dari ruang kerjanya menuju koridor putih istana Kraalovna.
Istana yang terdiri dari tembok-tembok putih cerah, atap kerucut berwarna biru muda, dan kaca-kaca patri yang indah itu amat mencerminkan fisik bangsa Kraalovna sehingga orang-orang Tzaren seperti Sirgh terlihat kontras ketika berjalan di istana tersebut. Sirgh merasa tidak nyaman seolah-olah ia tidak bisa melebur di sana.
Istana utama Kraalovna memiliki ciri khas yang menjadi ikon kerajaan. Sebuah patung raksasa yang memakai zirah dan memegang pedang tampak berdiri kokoh di dekat gerbang utama. Patung batu itu merupakan satu-satunya hal yang disenangi oleh Sirgh di istana barunya.
Bagi orang Kraalovna, patung tersebut merupakan simbol dari nilai-nilai kesatria yang sangat mereka junjung tinggi. Namun, bagi Sirgh patung itu lebih seperti perwujudan kekuasaan dan kekuatan seorang raja besar. Ia lantas ingin suatu saat membuat patung dirinya juga, tentu setelah semua rencananya tercapai.
Sirgh masuk ke sebuah ruangan yang berada tepat di sebelah kamarnya. Tidak ada seorang pun yang boleh memasuki ruangan itu selain dirinya atau pelayan juga prajurit yang ia bawa dari Tzaren.
Kabarnya dahulu kamar itu digunakan raja-raja Kraalovna untuk merenung dalam kesederhanaan. Dindingnya terbuat dari batu kasar dengan sebuah jendela kecil berjeruji besi. Ruangan muram bernuansa abu-abu tanpa hiasan juga tanpa perabotan apa pun itu masih sama seperti dulu. Yang membedakan adalah adanya sebuah kasur tipis dan ....
Seseorang terduduk di salah satu sisi ruangan, telanjang dengan rantai yang mengikat kedua tangannya. Tubuhnya tampak penuh noda, darah, dan kotoran. Beberapa luka menganga juga luka yang sudah mengering menghiasi tubuhnya. Rambut yang terjuntai di depan wajahnya tak bisa menyembunyikan tatapan hampa dari sepasang matanya yang sayu.
Sirgh mendekati seorang yang dirantai tersebut. Ia menilai tahanan di hadapannya dan berkata, "Kau tahu ... aku sering tidak bisa menahan diriku untuk menghancurkan segala yang indah-indah. Sesuatu yang indah seperti bunga tidaklah bertahan lama, cepat atau lambat akan kehilangan keindahannya. Sebelum hilang, lebih baik mengakhiri keindahannya segera setelah dinikmati. Wanita cantik itu sendiri merupakan wujud bunga yang sama rapuhnya dan mudah sekali layu. Pertama aku melihatmu, kaulah hal yang paling indah yang pernah kulihat. Aku harus memilikimu! Sungguh perasaan yang amat memuaskan ketika menghancurkan sesuatu yang paling indah di dunia ini dengan tangan sendiri. Tapi secantik apa pun sekuntum bunga, jika hancur, maka sudah waktunya dibuang. Oh ... betapa aku ingin sekali membuangmu, Sapphire?"
Tangan Sirgh mengelus pelan rambut gelap Sapphire yang tidak lagi bercahaya. "Tapi belum waktunya. Semua belum dalam posisi yang direncanakan. Dan aku masih perlu dukungan dari para prajurit Kraalovna. Sepertinya aku harus mulai merawat lukamu agar kau siap untuk tampil terakhir kalinya. Tapi sebelum itu ...."
Sirgh menurunkan celananya lalu menjambak rambut Sapphire, membuat wajah gadis itu mendongak. Tidak ada perlawanan ataupun teriakan kesakitan. Sapphire bagai mayat hidup yang pasrah.
Sirgh lantas memaksa gadis tersebut menuruti keinginannya. Desah napas berat Sirgh dan gumaman-gumaman tidak jelas Sapphire bergema di kamar temaram itu.
"Bersemangatlah Sapphire yang cantik! Lakukan yang terbaik seperti kau melakukannya dengan prajurit-prajuritku kemarin! Arghhh!"
***
Sirgh mengelus salah satu kuda cokelat yang terlihat tangguh, meski tidak setangguh kuda-kuda terbaik Tzaren. Sudah menjadi kebiasaannya memeriksa kembali persiapan keberangkatannya. Hanya sedikit yang ia percaya di dunia, salah satunya adalah dirinya sendiri. Apalagi perjalanan ke Kerajaan Zetaya amat sangat jauh.
Sirgh sebenarnya sangat malas pergi menghadiri pernikahan Khrush dan seorang putri Naz di Kerajaan Zetaya. Namun, ia tetap harus melakukannya untuk mempertahankan wajah baiknya di hadapan Tarkh. Ia bahkan menyumbang cukup banyak untuk pernikahan Khrush setelah mendapatkan surat dari Tarkh.
Pasti akan menjadi pernikahan yang menyedihkan.
"Aku percayakan padamu urusan kerajaan selama aku pergi," ucap Sirgh pada seorang bangsawan Kraalovna yang telah menjadi tangan kanannya. Seorang lelaki uzur dengan punggung yang masih tegak.
"Baik, Yang Mulia. Dan ... bagaimana dengan Nona Sapphire?"
"Kecuali perihal Sapphire. Aku sudah memerintahkan asistenku untuk mengurus segala kebutuhannya. Seperti biasa, kau bisa berurusan dengan asisten itu selama aku pergi. Jangan biarkan orang-orang mencari tahu perihal Sapphire. Mengerti?" Nada suara Sirgh terdengar mengancam.
Bangsawan tersebut mengiakan dengan tenang.
Tiba-tiba seorang prajurit menghadap Sirgh. "Lapor, Yang Mulia. Rombongan Raja Oukha baru saja masuk ke ibu kota. Mereka menuju istana."
Sirgh mengernyit heran. "Oukha? Apa yang dilakukan bocah ingusan itu di sini?"
"Penjaga gerbang ibu kota menyampaikan pesan, jika Raja Oukha ingin bersama-sama dengan Yang Mulia menuju Zetaya. Kata beliau lebih baik pergi bersama untuk menghadapi bandit-bandit Zetaya jika tiba-tiba mereka muncul."
"Tsk. Pada sekumpulan bandit receh saja takut. Benar-benar bocah! Baiklah, buka gerbangnya untuk Oukha!"
Si prajurit pun undur diri dan bergegas menuju gerbang istana untuk menyampaikan perintah sang raja.
Tidak lama kemudian, rombongan Oukha dengan beberapa kereta kuda berwarna merah khas Kerajaan Ezze memasuki halaman istana. Iring-iringan yang tampak tidak gentar memasuki pusat dari wilayah kerajaan yang memiliki julukan prajurit terkuat. Kekuatan militer Ezze memang tidak bisa diremehkan.
Satu kereta kuda paling mewah mendekati Sirgh dan berhenti tepat di sampingnya. Sebuah kepala merah muncul dari pintu yang terbuka.
"Raja Sirgh!" seru Oukha dengan suara riang sambil berdiri di dekat Sirgh. "Kau tampak sehat dan luar biasa!"
Sirgh menyeringai. "Heh ... kau pun begitu, Raja Oukha. Mengapa datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu? Aku bisa menyiapkan perjamuan yang pantas dan kau bisa beristirahat barang sejenak sebelum menuju Kerajaan Zetaya. Perjalanan dari Ezze kemari tentu bukan perjalanan yang singkat."
"Hahaha ... tidak masalah Raja Sirgh. Kebetulan aku memiliki agenda untuk meninjau kerusakan di utara Ezze. Lagi pula perjalanan menuju ibu kota Kraalovna sangat aman. Aku sampai sempat berburu sebentar."
"Dasar bocah lugu! Kau akan mati dengan mudah di tanganku karena sifat santaimu itu!" batin Sirgh.
"Kita berangkat sekarang?" lanjut Oukha sambil memiringkan kepalanya.
"Jika kau sudah siap untuk kembali melanjutkan perjalanan, tidak masalah."
"Aku amat siap. Hahaha! Aku masih muda, staminaku masih sekuat kuda."
Sirgh tidak membalas dan langsung memasuki kereta kudanya.
Mendadak Oukha memasukkan kepalanya melalui jendela kereta kuda Sirgh yang terbuka, membuat Sirgh sedikit terkejut. "Dasar bocah! Kekanakan!" umpatnya dalam hati.
"Di mana calon ratumu? Dia tidak mengantar kepergian kita?" tanya Oukha.
Sirgh menyeringai. "Calon ratuku ... sedikit sibuk."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro