Part 13
Pagi ini udara seperti menusuk kulit, salju mulai turun di hutan putih. Tempat suci sekaligus terlarang itu tidak terlihat warna lain lagi dikarenakan para hewan tak berkeliaran, kecuali beruang putih.
Saat bangun tidur tadi, bola mata Jessy hampir saja keluar tatkala mendapati seekor beruang putih di dalam kamarnya. Apalagi ketika menyadari hewan besar itu seperti memberikan pelukan, meninggalkan kesan hangat dan takut sekaligus.
Semua jalan masuk sudah diperiksa Jessy, hasilnya masih terkunci rapat seperti semula. Hingga saat ini, sang beruang putih masih meringkuk tidur di dalam kamar.
"Sangat aneh," gumam Jessy.
Tangan Jessy meraih buku pemberian Bella, lalu pergi menuju ruang bawah tanah di rumah itu. Mommy-nya berpesan tatkala ia akan mengunjungi ke rumah ini, ketika melakukan latihan kekuatan dalam maka harus di ruangan tersebut.
Secarik kertas penanda halaman yang sudah dipelajarinya diambil oleh Jessy, hingga terlihatlah sub-judul dari buku tersebut.
Membangkitkan Iblis Penguasa
Mata Jessy mengerjap beberapa kali, seingatnya sub-judul yang harus dipelajarinya hari ini bukan tentang itu. Ia sudah membaca sekilas tadi malam.
Lagi pula selama ini ia tidak pernah menemukan sub-judul tersebut, baik di daftar isi atau saat membaca cepat. Semuanya terasa asing, bahkan judul tersebut memberikan kesan misterius.
Untuk membangkitkan iblis penguasa, Karin pasti bisa melakukan hal tersebut. Apalagi istri Nio itu memang keturunan dari Lucifer, sudah tidak usah diragukan lagi kekuatannya.
Jessy memutuskan untuk me-mindlink Bella agar lebih jelas. Selain itu, ada banyak hal yang ingin ditanyainya sejak kemarin.
Kaki jenjangnya mendekati perapian di pojok ruangan, di sana juga terdapat sofa tunggal. Setelah memfokuskan diri, Jessy segera menghubungi Bella.
"Mommy!" panggilnya.
Butuh waktu beberapa saat menunggu jawaban dari Bella. Selain jarak dari Silvermoon Pack dan hutan putih yang jauh, lapisan yang melindungi hutan ini juga sangat tebal dan sulit ditembus.
"Ada apa, Jessy? Apakah terjadi sesuatu di sana?" tanya Bella.
Tiba-tiba saja Jessy ingin menangis ketika mendengar suara mommy-nya, padahal selama ini ia tidak pernah begitu. Bahkan ketika mereka berpisah dunia pun, gadis itu jarang menghubungi Bella.
"Sayang, ada apa? Ada sesuatu yang menyakitimu atau kau menginginkan sesuatu?" tanya Bella lagi.
Dari suaranya saja sudah terdengar jika wanita tiga anak itu khawatir, apalagi mengingat Jessy sedang mengandung.
"Tidak ada apa-apa, Mom. Keadaanku sangat baik dan tidak ada sesuatu yang aku inginkan. Aku hanya ingin bertanya," jawab Jessy.
Jika boleh jujur, Jessy memang menginginkan sesuatu. Ia hendak menemui daddy dari anak yang dikandungnya, rasa rindu yang menyeruak hampir tidak terbendung lagi.
"Bertanya soal apa?"
Sebelum menanyakan inti dari percakapan ini, Jessy kembali berpikir tentang kejadian yang dialaminya ketika berada di sini. Apakah ia perlu menceritakan hal tersebut kepada Bella? Mungkin saja mommy-nya bisa memberikan penjelasan.
"Aku ingin bercerita beberapa kejadian dulu. Ketika berada di sini, lima ekor harimau putih menghampiriku. Mereka bilang untuk berhati-hati karena musuh berada di dekat kita, itu inti percakapan kami."
"Lalu pagi ini, hutan putih turun salju. Pemandangan di luar tidak ada warna lain lagi, hanya beruang putih saja yang tampak berkeliaran. Kejadian lain, seekor beruang putih berada di dalam kamarku. Bahkan tadi malam semua pintu sudah dikunci, bagaimana dia bisa masuk dengan badan sebesar itu?"
"Ah, dia juga memelukku, Mom," sambung Jessy.
Tak ada sahutan apa pun dari seberang, sehingga Jessy merasa khawatir jika mindlink-nya terputus. Sejauh ini saja tubuh gadis itu mulai melemah, kekuatan yang ia miliki terkuras sedikit demi sedikit.
"Mommy!" panggil Jessy.
"Sebentar, Mommy sedang bersiap untuk ke sana sekarang," balas Bella.
"Sendiri?"
"Tentu saja bersama daddy-mu juga."
Xander dan Bella termasuk tipe pasangan yang tidak malu bermesraan di hadapan umum, sehingga kemungkinan rasa rindu Jessy pada Aldrick tidak bisa terelakkan lagi ketika melihat kedua orang tuanya.
***
Kedua orang tuanya sudah duduk di hadapan Jessy, mereka berkumpul di ruang bawah tanah. Setelah memutuskan mindlink dengan Bella tadi, ia memang memindahkan sofa panjang yang berada di ruang tengah.
Tentu saja semua itu dilakukan menggunakan sihir, tidak mungkin Jessy bisa mengangkat sofa yang bisa jadi lebih berat daripada beban tubuhnya.
"Seharusnya salju di hutan putih terjadi sepuluh tahun lagi, siklus di sini setiap seratus tahun sekali," ucap Bella memecahkan keheningan.
"Kenapa di sini bisa terjadi salju? Bukankah salju sudah tidak pernah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu?" tanya Xander, laki-laki itu tampak baru mengetahui fakta yang satu ini.
"Di sini berbeda, Xander. Hutan putih adalah suatu keistimewaan untuk Queen Witch, tempat suci ini adalah media pertapaan atau pelatihan diri yang paling aman."
Jessy hanya mengatupkan bibir ketika kedua orang tuanya berbicara, tapi perkataan mereka terserap dengan sangat baik di otaknya.
"Bicara soal musuh yang tadi kamu bilang, itu tidak perlu dipikirkan. Biar Daddy dan Mommy mengurusnya, kau hanya perlu melatih diri dan menjaga kandungan saja," ujar Xander.
Kedua mata Jessy mengerjap, pikirannya sempat kosong tadi. "Iya, Daddy."
"Beruang putih itu masih ada di kamar kamu?" tanya Bella.
Kepala Jessy dengan spontan menggeleng, hewan itu sudah menghilang tatkala ia melihat sejenak sebelum memindahkan sofa. "Aku tidak tahu kapan dia keluar dari rumah ini, begitu pula ketika masuk. Melihat badan beruang putih itu, aku rasa pintu depan tidak muat dilaluinya."
"Begitu, ya," gumam Bella.
Meskipun suara yang dikeluarkan wanita itu sangat kecil, tapi pendengaran seorang manusia serigala tidak perlu diragukan kembali.
"Untuk masalah harimau putih, Mommy rasa mereka memilih kau menjadi pemimpinnya. Ini seperti Mommy yang bisa mengendalikan burung phoenix," jelas Bella.
Ketika merasakan pertanyaan basa-basinya sudah terjawab, Jessy meraih buku sihir yang dipelajarinya. Kertas yang menjadi pembatas halaman itu diangkat kembali, hingga terpampanglah sesuatu yang berbeda lagi.
Xander bergerak cepat dengan menarik Jessy agar berada di belakang tubuhnya, begitu pula dengan Bella. Di hadapan mereka ada iblis yang dulu dikembalikan laki-laki itu ke neraka.
"Mau apa kau ke mari?" tanya Xander sinis.
Tidak ada kata basi-basi lagi dengan makhluk jahanam itu, kesabaran Xander mendadak habis ketika mereka berhadapan kembali setelah hampir dua puluh dua tahun.
"Aku tidak akan ke sini jika tidak dipanggil."
Tangan Jessy mencengkeram erat ujung baju Xander, ia bahkan belum membaca apa pun selain sub-judul dari buku yang dipegangnya.
"Aku tidak pernah memanggilmu," bantah Jessy dengan suara bergetar.
Siapa yang tidak takut dengan makhluk seperti itu? Dengan badan berwarna hitam pekat dan kedua tanduk mencuat di atas kepala. Belum lagi dengan wajah hancur lembur dan bola mata yang melotot, hanya saja ukuran tubuhnya sedang diperkecil.
"Kau kabur lagi dari penjara Lucifer, ya?"
*****
Males ah, masa di part sebelumnya sepi banget:)
Kugantungin lagi tau rasa:v
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro