Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

6. [Hog's Head]

YEAR 5 ; HOG'S HEAD
"You don't know me, Nott"

--

"I'm okay, Pans" ucap Athena ketika Pansy menaruh tangannya di kening Athena.

"Kau terlihat mengerikan" ucap Pansy ketika ia melihat temannya itu mulai terlihat buruk hari perhari.

Kantung mata Athena menggelap, daging diwajahnya terlihat berkurang sedikit demi sedikit, rambutnya mulai tak tertata dan ia selalu terlihat pucat setiap saat.

"Umbridge masih meghukummu lagi, ya?" tanya Blaise ketika ia melihat luka ukiran ditelapak tangan Athena.

"Kau harus berhenti cari masalah dengannya, Thena" ucap Draco sambil memakan buah apel hijaunya itu.

Athena tahu, mereka mendukung Umbridge dan kementrian, namun jika ia mengikuti kehendak teman-temannya itu, semuanya akan berantakan.

"Apakah kau ada sesuatu yang ingin diceritakan?" tanya Pansy dengan tulus.

Athena selalu terbangun dari tidurnya dikarenakan mimpi buruknya yang sekarang selalu menghantui dimanapun dan kapanpun ia tertidur.

Mimpi itu terlalu nyata bagi Athena, akan menjadi nyata.

Itulah yang membuat Athena pening memikirkannya, ia mencoba mencari dari berbagai sumber tentang ritual itu.

Tentang bagaimana ia akan menyelamatkan dirinya sendiri.

Dan juga, Umbridge menambah bebannya. Ia selalu mencari cara agar Athena selalu berada dipengawasannya.

Sudah hampir beberapa minggu Umbridge menguasai Hogwarts, banyak peraturan-peraturan baru yang tak logis bermunculan.

"Aku hanya stress karena O.W.L. Hanya itu" ucap Athena dengan senyum.

"Baiklah, kalau begitu. Jangan mendorong dirimu terlalu kuat" ucap Pansy.

"It's snowing" gumam Blaise, menghadap kearah jendela di aula besar.

"Cantik" ucap Athena ketika ia melihat salju-salju mulai turun dari dalam aula.

Draco menatap kearah jendela, sama seperti yang lain. Ia melihat kedepannya dan menatap kearah Athena, ia tak bisa menahan dirinya dan merasa kasihan kepada kondisi Athena sekarang.

Ia selalu mendukung apa yang Umbridge lakukan, namun melihat apa yang wanita itu lakukan kepada Athena, ia tak bisa menyangkal bahwa ia sedikit merasa kesal... Dan marah.

Maksudnya, tak perlu seburuk ini kan?

Athena menatap balik kearah Draco yang sedari tadi menatapnya dengan intens, ia memberikan senyum tipisnya kepada Draco.

Draco bisa merasakan sesuatu didalam dirinya memanas ketika ia diberi senyuman itu, namun ia memilih untuk tidak menggubrisnya.

--

"Athena!" suara langkah kaki yang lumayan cepat terdengar menghampiri Athena.

Athena memutar kepalanya dan melihat dari jauh, gadis berambut ikal dan tebal dengan dasi Gryffindornya berlari kecil kearah Athena.

"Granger, kau tak ada kelas?" tanya Athena.

"Tentu saja ada! Namun aku sekalian memberi tahu sesuatu untukmu" ucap Hermione dengan nafas terengah-engah.

"Kami bertiga--  Aku, Harry, dan Ron. Mengadakan pertemuan yang akan membahas tentang kelanjutan kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam,"

"Kau tahu... Karena Umbridge tak mengajarkan kita satupun tentang praktik sihir,"

"Aku membaca sesuatu tentang dirimu dikoran, dan mereka mengatakan bahwa kamu cukup kuat dibidang sihir sewaktu kamu masih di Beauxbatons, kuat seperti... ayahmu"

Athena mengernyitkan dahinya ketika ia mendengar kalimat terakhir.

"Kau ingin aku mengajar?" tanya Athena dengan alisnya yang terangkat.

"Maksudku.. Tak ada salahnya, kan? Voldemort sudah kembali, kau tahu" ucap Hermione dengan berbisik.

"Entahlah. Aku akan datang, tetapi aku harus memikirkan lagi tentang aku mengajar" ucap Athena dengan ragu.

"Great! This weekend, at Hog's Head, see you there" ucap Hermione dengan cepat dan ia pergi ke kelasnya.

Athena berjalan kearah danau, ia bisa bersantai dikarenakan Umbridge sedang pergi ke kementrian dan ia tidak bisa mengajar dihari itu.

Ia duduk dibangku panjang yang berada disamping danau, ia menatap danau yang sudah mulai membeku karena musim dingin sudah mulai tiba.

Ia mengeluarkan buku sketsanya, ia membalikkan halaman per halaman hingga akhirnya ia berhenti disatu halaman. Halaman itu berisi gambar, tentang bagaimana Athena menggambarkan ayahnya, Gellert Grindelwald.

Ia tak pernah sekalipun melihat sang ayah, ia hanya sekedar melihatnya dari mimpi atau dari koran-koran lama. Ia terdiam sejenak lalu kembali membalikkan halamannya, hingga ia berhenti dihalaman yang kosong.

Ia mulai menggambar pemandangan danau dikala siang itu.

"Apakah kau tak kedinginan, Grindelwald?"

Suara langkah kaki itu semakin mendekat, Athena menengokkan kepalanya ketika lelaki itu bertanya.

"Cukup hangat dengan mantel dan syal tebalku, Nott" Athena menatap lelaki tinggi itu, rambutnya berantakan, beberapa salju menempel dijubah Hogwarts lelaki itu.

"Duduklah" lanjut Athena kepada Theodore Nott.

"Draco tadi mencarimu" ucap Theo selagi ia menduduku dirinya disamping Athena.

"Dia mencariku hanya untuk menyontek tugas Transfigurasi" ucap Athena dengan tatapannya yang fokus kearah kertas gambar itu.

"Pasti menyenangkan ya? Terlahir sangat pintar dan kuat.  I envy you, Grindelwald" ucap Theo menatap Athena.

Athena sejenak berhenti menggambar, ia terdiam mendengar kata-kata itu.

"You don't know me, Nott" ucap Athena dengan senyum.

"And if you do, kau tak akan cemburu dengan diriku" lanjunya.

"Yeah, aku tahu kau mengalami banyak hal yang berat" ucap Theo.

"Dan bagaimana kau bisa menyimpulkan itu?"

"You're a Grindelwald, Athena. Apa yang harus kukatakan lagi selain itu?" ucap Theo dengan tawanya.

Athena tersenyum dan mengangkat alisnya. "Aku tak tahu kau orangnya ternyata cukup menyenangkan" ucap Athena.

"Aku hanya pernah mendengar namamu beberapa kali ketika Draco menceritakan sesuatu" lanjut gadis itu.

"Well, aku harap kedepannya kita semakin dekat, Athena" ucap Theo, ia berdiri dari duduknya.

"Aku harus pergi, Adrian pasti sudah mencari keberadaanku" ucapnya lagi.

"See you again, then. Theo." ucap Athena, Theo membalasnya dengan senyuman lalu lelaki itu pergi dari hadapan Athena.

--

Hari berikutnya, Athena terbangun. Dengan keadaan berkeringat, badannya bergetar dan jantungnya berdegup dengan kencang. Sudah menjadi kesehariannya.

Mimpi itu, mimpi dimana Voldemort membunuhnya terus terulang setiap ia tertidur.

Kali ini, ia melihatnya dengan jelas. Merasakannya dengan jelas.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mencoba menenangkan diri.

Setelah beberapa saat ia lalu berdiri dan bersiap-siap untuk pergi ke Hog's Head.

Ia mengenakan turtleneck hitamnya dengan celana hitam setinggi pinggangnya, ia membaluti dirinya dengan coat dan syal berwarna coklat.

Ia turun dan keluar dari kastil Hogwarts, ia menyerahkan surat izinnya kepada McGonagall yang sedang berjaga disana.

Ia sudah memberi tahu yang lain bahwa ia tak bisa pergi ke Hogsmeade bersama teman-teman Slytherinnya itu. Ia berbohong dan mengatakan kepada mereka bahwa ia butuh waktu sendiri.

Awalnya Pansy tak terima, namun ia akhirnya setuju dan mengerti.

Ia menapakkan kakinya di Hogsmeade, ia menemukan sebuah gedung serba hitam dengan tulisan 'Hog's Head' tergantung disisi pintunya.

Ia tak segan masuk.

"Potter didalam sana" ucap pegawai yang bekerja sendirian dikasir.

Athena lalu bergegas memasuki ruangan itu. Ketika ia masuk, dirinya diserbu oleh tatapan orang-orang yang berada disitu.

"Kemari, Athena" ucap Hermione, menepuk salah satu bangku disampingnya. Athena langsung menduduki dirinya disamping Hermione, menghadap ke semua orang diruangan itu.

Hermione berdiri dari duduknya, menatap kearah semua orang yang ada disitu dengan awkward.

"Hai. Kita semua tahu kenapa kita ada disini. We need a teacher, a PROPER teacher. Guru yang memiliki pengalaman dengan pertahanan terhadap sihir gelap" ucap Hermione.

"Kenapa?" tanya salah satu murid disitu.

"Karena Voldemort telah kembali, tolol" ucap Athena dengan kesal.

"Intinya, mana buktinya?" tanya lelaki itu yang kaget akan respon Athena.

"Kalau saja Potter bisa menceritakan tentang kematian Diggory" ucap murid yang lainnya, semua orang terdiam, menunggu respon Harry.

"Kalau kalian kemari hanya ingin tahu soal itu, sebaiknya bubar saja sekarang" ucap Harry selagi ia berdiri.

"Ayo, Hermione. Mereka berfikir aku gila-"

"Apakah benar kau bisa mantra Patronus?" tanya Luna Lovegood ditengah ruangan dengan suara lembutnya.

"Ya. Harry dan Athena bisa melakukan beberapa sihir yang kita tak mampu" ucap Hermione.

"Kau mengatakan itu hanya karena ia seorang Grindelwald. Aku bisa setuju dengan pendapatmu soal Harry, namun aku tak pernah melihat Grindelwald memancarkan sihir hebat dengan mataku sendiri-"

Tiba-tiba suara kencang terdengar, seperti suara sesuatu telah terjatuh. Dengan kedipan mata, sebuah garpu runcing yang bengkok sudah berada persis didepan mata murid lelaki yang baru saja berbicara itu.

Garpu itu melayang dengan sendirinya, diruangan ini tidak ada yang mengeluarkan tongkatnya satupun.

"Apakah ini sudah meyakinkanmu?" ucap Athena mendengus dengan senyumannya.

Butuh beberapa saat untuk murid lelaki itu sadar bahwa Athena lah yang melayangkan garpu kearahnya, tanpa tongkat. Hanya dengan tatapan matanya, dan tentu saja pikirannya, Athena mampu menggerakan hal-hal.

"Athena" gumam Hermione.

Athena membiarkan garpu itu jatuh, semua orang terdiam melihatnya.

"Sudah dibuktikan, bukan? Athena akan hebat menjadi guru kita. Begitupula Harry, aku melihatnya melawan beratus-ratus Dementor ditahun ketiga kita" ucap Ron memecahkan keheningan.

"Itu benar, ia juga mengalahkan Basilisk dengan pedang Dumbledore" ucap Neville.

Pertemuan itu berjalan dengan lancar, hampir semua orang diruangan itu setuju untuk mengikuti pelajaran sihir bersama Harry dan Athena.

--

Draco atau Theo?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro