Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. [Death Eater]

YEAR 5 ; DEATH EATER
"He wants Athena"

--

"Ia akan datang untukmu, berjanjilah kau tak akan melakukan perlawanan"

Pria itu tertawa dengan lemah, ia menatap sang pria yang berdiri dihadapannya, menatapnya dengan tatapan dingin.

"Aku akan tahu waktunya, jikapun ia tak datang kepadaku. Aku akan melakukannya sendiri"

"That's the last thing i could do for her"

--

Draco terduduk dikamarnya, sembari menatap kearah jendela diluar. Ia menggengam tangannya yang sedang nyeri luar biasa.

Ia menatap kearah lengannya, terlihat tanda tengkorak dikelilingi ular menempel dilengannya, menandakan bahwa ia seorang pelahap maut.

Ia bangkit dan keluar dari kamarnya, hendak mengisi perutnya dengan segelas air segar. Ia melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan pelan, mengetahui bahwa The Dark Lord sedang berada di ruangan sebelah tangga bersama para pelahap maut yang lain.

"Gadis itu... ia yang dibicarakan keturunan Grindelwald?" ucap Voldemort

Langkah Draco terhenti ketika ia mendengar nama itu. Ia tak ingin menguping, karena jika ketahuan urusannya akan panjang.

Namun... ini menyangkut Athena.

"Sebelum terungkap, ia dahulunya berasal dari keluarga Alard. Keluarga darah murni dari Prancis" ucap salah satu pengikutnya.

"Mengapa ia bersama Dumbledore? Bukankah Grindelwald dahulu berperang melawannya?" tanya Voldemort.

"Kami tak tahu soal itu, tuanku. Bisa saja gadis itu berteman dengan Potter"

"Ia memiliki kekuatan luar biasa, tuanku" ucap Bellatrix.

"Aku tahu itu, aku melihatnya dengan mataku sendiri"

"Ia punya telekinesis. Entah apa lagi kekuatan yang gadis itu punya" ucap Voldemort.

"Jika kita merekrutnya... kita akan bertambah kuat. Dia akan menjadi tangan kananku dengan kekuatan seperti itu" lanjutnya lagi.

Draco menggeleng ketika ia mendengar itu. Tidak, tidak, Athena menjadi Death Eater adalah hal terakhir yang Draco inginkan untuk terjadi.

"Namun, bagaimana jika ia tak ingin bergabung dengan kita, tuan? Bagaimana jika ia lebih memilih Harry?" tanya Bellatrix.

"Bunuh saja semua orang yang terlibat dengannya..."

"Bunuh keluarga Alard"

"Bunuh gadis itu.

Draco membeku mendengarnya, ia sangat tahu bahwa Athena sangat menyayangi kedua orangtuanya itu.

Dan juga, jika gadis itu mati....

"Severus, bagaimana menurutmu? Apa yang harus ku lakukan agar gadis itu berada ditanganku?"

"Aku harus mencari tahu tentang gadis itu lebih dalam. Berikanku waktu, tuan"

--

"Kau harus beri tahu kami, Albus. Siapa gadis itu?" ucap Remus Lupin dengan penuh penekanan. Dumbledore terdiam diduduknya.

The Order  sedang berkumpul, melakukan rapat. Rapat ini diadakan untuk mengantisipasi kejadian yang akan datang dan tentu saja mengevaluasi kejadian yang sudah terjadi.

"Apa yang kau katakan kepada Sirius sehingga ia bisa melindungi gadis itu?" tanya Molly yang ikut khawatir.

"Ia adalah seorang Grindelwald, Albus! Apa yang kau sembunyikan dari kami? Bukan kebetulan bahwa gadis itu tiba-tiba berada di sekitar Harry" ucap Remus lagi.

Snape menatap kearah Dumbledore dengan tatapannya yang dingin, Dumbledore menatao kearah Snape. Snape mengangguk.

"Ramalannya adalah untuk mati membantu Harry duel melawan The Dark Lord nanti, atau dia akan mati"

Remus mengernyitkan dahinya.

"Keduanya sama-sama membuatnya akan mati" ucap Nymphadora Tonks.

"Aku menyuruh Sirius untuk menjaga gadis itu, karena tanpa ada gadis itu.... Harry akan kalah ditangan Voldemort"

Semuanya terdiam.

"Dan jika ia berhasil membantu Harry dan kemenangan di tangan Harry, ia juga akan tetap mati? Kenapa?" tanya Arthur Weasley.

"Itu masalahnya" ucap Dumbledore.

"Aku sedang mencari tentang asal usul ritual itu, tentang catatan harian asli penciptanya" ucap Dumbledore.

"Aku sedang menunggu kabar dari temanku di Italia tentang buku harian itu. Aku berusaha mencari jalan tengahnya"

"Aku mencoba agar gadis itu tetap hidup selama yang ia mau, agar kemenangan juga ditangan kita"

"Aku merasa tak adil jika gadis itu harus mati, hidupnya sudah cukup sengsara. Ia selalu bermimpi akan masa depannya, ia juga tahu ia akan mati melawan Voldemort"

Untuk kesekian kalinya, semuanya terdiam. Memang, tak adil bagi Athena. Hidupnya hanya sekedar untuk membantu dan menyelamatkan seorang bocah lelaki. Bahkan ia harus terus mengingat bagaimana masa depannya akan terjadi.

Ayah kandungnya tak menginginkannya, ia sekarang ditandai oleh Voldemort, sejak kecil ia harus mengikuti bagaimana para iblis ingin hidupnya seperti apa, mentalnya hancur, ia harus dirawat di rumah sakit jiwa, ia ketergantungan dengan obat-obatan, perlu penjelasan apa lagi? Gadis itu berhak untuk bahagia dan hidup tanpa memikirkan bencana-bencana yang menghantuinya.

"Kau seharusnya memberi tahu ini sejak awal" Remus memijat keningnya.

"Aku tahu, aku minta maaf"

"Gadis itu tak perlu melakukan semua ini, bukan? Pasti ada cara lain Harry akan menang tanpa gadis itu" ucap Molly, ia khawatir.

Dumbledore menggelengkan kepalanya sembari ia menghela nafasnya dengan kasar. Ia berdiri, mencoba mengingat sesuatu.

"Tidak. Harus ada gadis itu, aku sudah berbincang dengan Trelawney. Tak ada kemungkinan lain"

"Dari 1 juta kemungkinan, hanya 1 kemungkinan Harry akan menang. Dan Athena harus berada disamping Harry"

"Berjanjilah kepadaku kau akan mencari jalan tengah untuk gadis itu. Jika berhasil, keduanya, Harry dan Athena, akan hidup. Dan kemenangan ditangan kita" ucap Remus.

"Aku berjanji"

Suara pintu terbuka.

Snape dan Athena datang memasuki ruangan itu. Dengan langkah terburu-buru Snape duduk disalah satu bangku kosong dimeja itu. Athena yang sedari tadi ditarik oleh Snape ikut duduk.

"Aku tak tahu kenapa ia menarikku kesini" ucap Athena kepada Dumbledore dengan nafas yang tak teratur.

"Voldemort menginginkan Athena" ucap Snape, mencoba tenang namun nada suaranya bisa menjelaskan bahwa ia panik.

"Ia mengancam akan membunuh keluarga Alard jika Athena tak mau bergabung dengannya"

Athena membeku, menatap kearah Snape dengan tatapan tak percayanya.
Dumbledore menghela nafasnya.

"Athena, orang-orang ini adalah The Order of Phoenix" ucap Dumbledore ketika ia melihat Athena yang mencoba memproses semuanya.

"Dan Snape adalah salah satunya, namun ia... juga seorang pelajap maut. Mata-mata untuk kami" ucap Dumbledore.

Athena merenung untuk sejenak, ia mencoba memproses apa yang baru saja Snape katakan tentang dirinya dan Voldemort.

Ia baru saja... mendapatkan ide cemerlang.

"Aku akan bergabung dengan pelahap maut, biarkan aku menjadi seperti Snape" ucap Athena dengan tiba-tiba.

Tak cukup cemerlang, rupanya.

"Hey, hey. Kau jangan membuat keputusan gila seperti itu" ucap Remus.

"Tidak, tidak. Jika aku tak bergabung dengan Death Eater, keluargaku akan mati ditangannya. Dan mengetahui bagaimana wataknya, ia tak hanya akan membunuh kedua orang tuaku, tetapi ia tentu akan mengguncangkan seisi dunia sihir Prancis. Keluargaku sangat berpengaruh disana, akan terjadi peperangan" ucap Athena.

"Aku tak ingin menjadi public enemy, Dumbledore. Aku juga ingin kedua orang tuaku aman. Biarkan aku yang mengambil semua penderitaan, tetapi aku tak mau nyawa kedua orang tuaku terancam"

Dumbledore menatap kearah anggota yang lain, yang gadis itu ucapkan tak salah. Voldemort bisa saja membuat kericuhan di Prancis, mengetahui ia sangat menginginkan Athena disampingnya.

Dan jika Voldemort meluaskan area perangnya hingga Prancis. Death Eater baru akan semakin banyak bermunculan.

Jika Athena bergabung, gadis itu juga bisa membantu Snape.

"Angkat tangan kalian, jika kalian setuju Athena bergabung dengan Death Eater" ucap Dumbledore.

Remus, Snape, Arthur, dan Alastor mengangkat tangannya.

"Yang tak setuju, angkat tangan"

Molly, Tonks, dan Kingsley mengangkat tangan mereka.

"Keputusanmu, Albus?" tanya Snape.

Dumbledore terdiam, ia melamun untuk sesaat sebelum akhirnya ia berdeham.

"Aku setuju"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro