Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

12. [Hogsmeade]

YEAR 5 ; HOGSMEADE
"Is this a date?"

--

Draco menyisir rambutnya ke berbagai arah, ke belakang, ke depan, menyamping ke kanan, ke kiri, belah tengah, belah menyamping.

Ia memberantaki rambutnya karena frustasi, ia menatap cermin didepannya dan berfikir keras bagaimana cara agar ia bisa tampil dengan keren didepan Athena.

Ia sendiri tidak tahu kenapa ia mau terlihat rapih didepan gadis itu. Ia tak tahu kenapa ia sangat peduli dengan rupanya hanya untuk seorang gadis.

Ia menyisir kembali rambutnya. Berkali-kali.

"Sudahlah, mate. Kau sudah tampan" Kikik Blaise bersamaan dengan Theo. Theo hanya menggeleng ketika melihat Draco yang masih sibuk dengan rambutnya itu.

"Diam kalian berdua" Draco mendengus kesal. Raut wajahnya yang sedari tadi kesal berubah menjadi senyuman tipis ketika ia akhirnya merasa... ganteng.

Ia merapihkan pakaiannya, lalu ia menyemprotkan parfum mahalnya itu.

Blaise dan Theo enggan menunggu Draco yang sangat lama, mereka juga tahu bahwa Draco hanya ingin berduaan dengan Athena. Mereka pergi duluan bersama Pansy, Crabbe, Goyle, dan juga Adrian.

Sementara itu, Athena menunggu yang kira-kira setengah jam didepan perapian.

"Draco sebentar lagi selesai" ucap Blaise yang berjalan bersamaan dengan Theo. Athena mengangguk.

"Kami duluan ya, dah!" ucap Theo lalu melambai ke Athena, mereka lalu keluar dari ruang Slytherin dan pergi bersama yang lain.

Pikiran Athena penuh dengan surat yang Dumbledore kirimkan kepadanya kemarin, ia akan mencari catatan harian asli itu ke ujung dunia jika ia bisa.

Ketika Athena sedang sibuk dengan dunianya sendiri, Draco datang menghampirinya, memecahkan lamunan Athena.

Gadis itu berdiri dan menatap Draco.

"Apakah ini kencan?" potong Athena ketika Draco hendak membuka mulutnya, pertanyaan gadis itu membuat Draco kikuk. Ia menggaruk tengkuknya, tatapan matanya liar menatap kesana kemari.

"Anggap saja begitu, jika kau mau" ucap Draco. Athena ikut kikuk.

"Uhm.. ayo" ucap Athena.

Mereka berdua berjalan berdampingan, diiringi obrolan-obrolan kecil seputar sekolah.
Mereka memberikan surat izin mereka kepada McGonagall yang sedang bertugas.

Draco terhenti dari jalannya, ia membungkuk dan mengambil sesuatu dari tanah.

"Kau menjatuhkan ini-"

Draco terbungkam ketika ia membaca 'Antidepressant Medicine' dibotol itu. Ia tak mengerti dengan hal-hal muggle seperti ini, namun orang bodoh pun jika membaca kata itu akan mengerti bahwa botol ini berisi obat-obatan, bukan vitamin seperti yang Athena selalu bilang.

Athena merebut botol itu dari tangan Draco dengan cepat, tatapannya yang hangat berubah menjadi dingin ketika ia mengambil botol itu.

Draco curiga, tentu saja. Athena selama ini selalu tertutup, ia tak pernah mengutarakan apa yang ia rasa, apa yang ia alami, bahkan eksistensinya di Hogwarts juga bukan hal yang biasa.

Ia menatap iris hijau gadis itu, ia ingin terus penasaran dan menanyakan tentang apa isi botol itu, kenapa gadis itu selalu tertutup?

Namun ia tak mau merusak momen ini.

"Itu vitaminmu ya? Aku tak mengerti kenapa kau harus meminum vitamin dari dunia muggle itu" ucap Draco, berbohong.

Wajah Athena yang kaku akhirnya memelas ketika ia mendengar ucapan Draco.

"Kau tak akan mengerti" ucap Athena sambil tersenyum tipis. Mereka berdua melanjutkan jalan mereka.

Draco menghela nafasnya dengan pelan, keduanya berjalan hingga akhirnya mereka melangkahkan kaki mereka memasuki The Three Broomstick.

Semua pasang mata disitu menyerang keduanya ketika mereka melangkahkan selangkah kaki mereka. Ah maaf, semua pasang mata itu menyerang Athena.

Kebanyakan dari kalangan yang sudah lansia menatapnya, ini pertama kali gadis itu mendatangi tempat ini.

'Rupanya persis sama seperti ayahnya'

Kalimat itu yang terpendam dikelapa para lansia kala itu. Mereka berdua memilih tak menggubris, dan menduduki bangku kosong.

"Apakah kau sudah siap? Untuk ujian lusa?" tanya Draco saat mereka berdua terduduk, saling berhadapan satu sama lain.

"Siap, kok" ucap Athena sambil tertawa ragu.

Seorang pelayan wanita datang dan meminta pesanan mereka. Draco dan Athena saling memesan Butterbeer.

Selagi Athena memesan, Draco menatap kearah wajah gadis itu dengan seksama. Ia berfikir bahwa, gadis di depannya ini cukup...

Cantik.

Ada beberapa fitur yang baru saja Draco sadari sekarang selama ia berteman dan dekat dengan Athena.

Bagaimana ia selalu sedikit menyipitkan matanya untuk membaca sesuatu, bagaimana ia selalu membasahi bibirnya ketika ia gugup, bagaimana ia terkadang mengernyitkan hidungnya untuk sepersekian detik ketika ia tersenyum, rambut pirangnya yang selalu terjatuh diantara kedua bahunya, pipinya yang terangkat ketika ia memberikan senyum lebarnya--

"Draco? Kau tak apa?"

Draco terhentak kaget dan ia baru sadar apa yang baru saja ia pikirkan, ia berdeham dengan tak nyaman.

"Aku tahu aku cantik" ucap Athena dengan iseng.

"Aku tak mengagumimu"

"Aku tak bilang begitu, kau baru saja mengakuinya"

"Kau menyebalkan, Athena"

"Aku tahu itu"

Perjalanan--Ah tidak, kencan Hogsmeade mereka berjalan cukup baik dikecualikan dengan kejadian obat terjatuh itu.

Bohong jika Draco bilang bahwa ia tak menikmati hari ini, saat malam tiba dimana ia tertidur dikasurnya, pikirannya mengulang semua kejadian bersama Athena.

"Tidur, kau harus belajar besok" ucap Blaise yang baru saja keluar dari kamar mandi, ia melihat Draco tersenyum-senyum sendiri di ranjangnya seperti orang tak waras.

--

Hari minggu. Semua murid tahun 5 menyibukkan diri mereka dengan belajar, belajar, dan terus belajar.

Tak terkecuali Athena, ia mengurung dirinya di kamarnya untuk belajar, sebenarnya ini hanya pelarian untuk pikirannya, ia tak mau terus memikirkan tentang catatan asli ritual itu.

Setidaknya, ia bisa menyingkirkan pikiran itu untuk sejenak.

3 jam.

5 jam.

8 jam.

12 jam.

Mata Athena hanya fokus dengan tulisan-tulisan itu, lelah sudah pasti, namun lebih baik seperti ini daripada ia gila memikirkan tentang ritual itu.

Gadis itu tersontak ketika ia mendengar ketukan dari pintu kamarnya, ia baru sadar akan waktu ketika ia merasakan getaran diperutnya pertanda kelaparan.

Ia bangkit dan membuka pintu kamarnya, berdiri gadis berambut hitam di ambang pintu.

"Gila ya? Ini sudah hampir makan malam, kau seharian belajar?" tanya Pansy ketika ia mengintip isi kamar Athena dan kamar itu berantakan oleh buku-buku.

"Aku pikir kau kabur sebelum ujian atau bagaimana, ayo makan malam" ucap Pansy.

"Kau tak boleh menolak, lihatlah kantung matamu itu, kau harus istirahat sejenak"

Athena mengangguk, ia tak ingin membantah Pansy karena ia tahu bahwa perkataan Pansy adalah fakta.

Ia langsung pergi dengan gadis itu karena ia sudah kelaparan setengah mati.

Pansy mengeluh kepada Athena tentang ujian yang akan datang, Athena mau tak mau mendengarkan ocehan sang gadis itu.

Mereka berdua melangkahkan kaki memasuki aula besar. Keduanya menduduki meja Slytherin, ditempat dimana mereka selalu duduk.

Tatapan Draco langsung terfokuskan kepada Athena yang sekarang terduduk didepannya, ia mencarinya seharian ini.

Dilihat dari rupanya, gadis ini tentu saja belajar untuk besok. Draco sudah melakukan hal yang sama namun ia masih cukup waras untuk beristirahat dari belajarnya itu.

"Jangan terlalu mendorong dirimu" ucap Draco kepada Athena.

"Ah? Tidak kok, aku suka belajar" ucap Athena sembari memasuki lauk-laukan dipiringnya.

"Aku tak pernah bertemu orang segila kau, Athena" gumam Blaise, diikuti oleh pukulan ke pinggangnya dari Theo.

"Semangat untuk besok" ucap Pansy dengan lesu.

"Kita pasti bisa... gila"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro