37 : NATALIE & BERNARD
Nampan berisi piring makanan itu diserahkan ke pengawal setelah Bernard menyelesaikan makan siangnya. Menggunakan serbet untuk membersihkan bibirnya, Bernard menoleh ke arah Natalie yang duduk di sebelah ranjangnya.
"Apa kau masih ingin membicarakan sesuatu? Kalau tidak, aku ingin memanggil asistenku untuk membahas produksi giok Karry. Brian bilang kalau mereka sedang mengunjungi mesin pelarut batu alam yang ia temukan dari Amerika."
Natalie masih ingat jelas percakapan waktu makan malam jauh sebelum Karry berencana terbang ke Shanghai untuk kelas bisnis ini. Waktu itu, Charlotta lagi tidak ikut makan malam. Anak itu sedang mengambek sementara Karry tidak pernah ingin terlibat merujuknya atau apa. Natalie jelas tahu ambang gengsi Karry. Padahal seluruh penghuni Crown Garden jelas tahu kalau Karry tidak bisa meninggalkan Charlotta barang satu hari pun.
"Apa kau tidak berniat membujuk Charlotta turun? Bagaimana pun, kalian kan akan bertunangan, jangan bersikap gengsi terus," sahut Natalie waktu itu.
Lalu Karry menjawab, "terserah. Omong-omong, apa gaun semalam itu dari nenek?"
Natalie mengangguk, "nenek memberikannya. Dia begitu antusias, apalagi mendengar aku akan menikahkan kalian."
Dengan tampang datarnya, Karry langsung mengutarakan pendapat yang membuat Natalie merinding, "terima kasih. Itu membuatku memikirkan ide. Aku ingin membuatkan Charlotta gaun yang cantik dengan giok-giok itu."
"Giok kain? Memangnya bisa?"
Karry hanya mengendikkan bahu sambil memotong makanannya, "aku hanya akan mencobanya."
Lalu begitulah Karry sekarang. Ia sedang berhadapan dengan apa yang Natalie pikir mustahil, malah bisa berkembang pesat. Dan itu semua karena Charlotta. Pandangan Karry terhadap gadis itu, memang selalu dari sisi berbeda. Ketika Natalie melihat kalau Charlotta keras dan galak, selalu berambisi, tapi Karry akan melihatnya dengan cara lain. Entah cara-cara apa yang membuat Natalie kadang tidak mengerti.
Ia menatap Bernard yang sudah tidak menggunakan masker napas lagi. Walau wajahnya masih lemas, tapi pengusaha seperti Bernard tidak akan mungkin berhenti bekerja. Natalie jelas tahu rutinitas itu akan melekat entah sampai kapan. Mungkin sampai Natalie punya cucu?
"Sayang, apa aku boleh menanyakan sesuatu?"
Bernard membenarkan selimut di pangkuannya. Ia bersandar ke tumpukan bantal yang ada di belakangnya. Supaya ia bisa duduk tegap tanpa merasa lelah. Di kamar rawat itu hanya ada mereka berdua dan pengawal di ambang pintu.
"Terakhir kau mengajukan pertanyaan adalah tentang Charlotta satu tahun lalu. Aku masih ingat."
Di depan teras Crown Garden, tepat setelah Bernard pulang dari luar negri, ia langsung menghadapkan suaminya pada permainan Karry dan Charlotta yang berusaha menendang Cindy. Mereka sangat naif waktu itu, tapi dari kepolosan itu Natalie tahu, di sanalah Karry beranjak dewasa. Melupakan masa lalunya, maju untuk menghadapi apa yang ada.
"Yah, itu dan lain hal sebenarnya. Bernard, apa kau benar mengajukan restu untuk Felicia dan... Karry?" Natalie ragu untuk menanyakannya, tapi kelebat pandangan kecewa Brian Liang waktu itu membuatnya perlu memastikan. Ia tidak pernah berharap ada orang lain yang direstukan Bernard selain Charlotta.
Selama ini Bernard mungkin sibuk kerja, jadi ia selalu menanyakan Karry lewat Natalie. Bernard juga tahu apa yang dilakukan Charlotta. Sebelum lulus SMA, Natalie selalu mengusahakan untuk memberi banyak pelajaran dasar terhadap gadis itu, terutama peradaban keluarga tua Wang dan sebagainya. Memberinya pelajaran melukis dan lain-lain. Tapi ada satu hal yang selalu membuat Bernard tidak pernah yakin.
Yaitu silsilah buyut.
Charlotta tidak punya orang tua yang lengkap. Natalie selalu menanyakannya ke James Smith si pengrajin Teddy Bear yang kaya itu, tapi James selalu bilang kalau ibu Charlotta setengah Asia, tapi sudah meninggal sejak melahirkannya. Itu juga yang membuat James tidak kuat untuk menghadapi kenyataan istrinya meninggal. Gara-gara itu, James yang takut gagal akhirnya menyerahkannya pada Tania, si pemilik Waterose Inn, menyembunyikan kebodohan James dan membiarkan Charlotta berjuang sendiri. Tapi apa yang Natalie pahami dari penjelasan itu adalah bahwa; James dan Angeletta, punya hubungan kuat dalam saling mencintai. Dan kedalaman mereka dalam mengenali perasaan masing-masing ikut tumbuh dalam diri Charlotta seakan itu juga ikut menyetrum Karry yang mati emosi sejak Nenek May meninggal.
Natalie selalu merasa, pengaruh itu adalah bukti nyata dari sebuah cinta. Sayangnya, Bernard lebih merasa malu dengan ketidaklengkapan orangtua Charlotta dalam menghadapi berbagai kerabat.
"Apa kau ingin membela Charlotta juga?"
"Ya. Aku tidak setuju Karry dengan Felicia. Lagi pula, apa kau tidak lelah menjodohkan Karry dengan orang yang tidak ia suka? Karena ujung-ujungnya, keputusanmu akan kalah dengan percintaan Karry, Ben." Natalie menjawab dengan yakin tanpa menyelipkan nada marah atau penuh cibiran.
Wajah Bernard menurun, menatap ke kedua tangannya yang ada di pangkuan. Sejenak, ia menghela napas, "apa aku setidak kenal itu dengan Karry?"
Natalie menunduk, mungkin iya. Karry berjuang melupakan kematian Nenek May, tapi Bernard tidak pernah tahu itu karena itu adalah bagian terdalam dari Karry yang selalu ia sembunyikan, bahkan dari Charlotta sekalipun.
"Fabric giok adalah sasaran utama banyak pihak. Aku, entah bagaimana merasa yakin kalau ia akan sukses. Jika aku menjodohkan dengan Felicia, bukankah itu membuat para investor semakin tertarik dengan Felicia dan usaha Brian Liang?"
"Aku tahu kau ingin membantu keluarga Liang. Tapi, itu sudah sepuluh tahun yang lalu, Ben. Lagipula Nenek May tetap saja... tiada." Ada nada pahit ketika Natalie mengingat ibu dari Bernard itu. Kesan yang masih tertanam dalam ingatan memang sukar untuk dilepas. May seperti hidup dari musim ke musim. Ia selalu menetap di antara cerita-cerita.
"Kalau apa yang kau lakukan itu lebih dari sebuah bisnis, kau bisa jujur padaku. Itu tidak masalah. Melupakan masa lalu memang sulit dan bahkan kau menginginkannya kembali. Apa kau berpikir dengan memanggil Felicia, Karry bisa sembuh?"
Satu-satunya yang Bernard tahu dan yakinkan adalah Karry selalu menyayangi Nenek May seperti ia memperlakukan Felicia. Bernard satu-satunya yang paham sejauh apa dulu, Karry menginginkan Felicia.
Tapi itu dulu.
Waktu berputar dengan berbagai cerita.
"Aku ingin membantu bisnis Brian, tapi jauh dari sana, ketika aku bertemu Felicia, dorongan Karry sendirilah yang membuatku melakukannya. Itu semua sudah terancang, mereka hanya akan kembali bersama dan aku hanya memberi Brian restu kepada Felicia," jelas Bernard pelan. Baru kali ini Natalie merasa suaminya itu tidak kontra terhadap keputusan Karry.
"Bisakah kau... membiarkan Karry memutuskan pilihannya meski mereka sudah mendapat restu?"
Bernard terdiam. Jauh di lubuk hatinya, Natalie jelas tahu kalau ia masih menginginkan program keluarga yang jelas dari kalangan hebat seperti Liang, tapi di sisi lain, Natalie tahu ia ingin Karry bahagia seperti dirinya sendiri dulu.
"Kau dan Karry sama, Ben. Aku tidak pernah bosan mengingatkan ini, tapi, kau selalu mencintaiku. Dan itu tidak akan pernah aku lupakan betapa kerasnya kau mencoba untuk mempertahankanku. Itu semua adalah pilihanmu, bukan pilihan siapa pun. Dan sekarang, Karry yang sedang bingung perlu butuh waktu itu."
Bernard menghela napas, ia menyandarkan kepalanya ke bantal lalu mendongak ke langit-langit ruangan.
"Walaupun dia bingung, sebenarnya aku tahu siapa yang dia inginkan," jeda sejenak sebelum pria itu melanjutkan, "siapa pun bisa melihatnya dari mata itu."
****
Sori ya manteman kalau masih ada typo atau masih belum rapi :( suka miss gitu, baru pas kubaca ulang pasti ada yang ketinggalan.
Anyway, ditunggu part selanjutnya yaa. Dijamin makin seruu💫
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro