33 : ROY & CHARLOTTA
Menara Pear Tower yang menghalau sinar matahari sedikit membuat Charlotta merasa nyaman. Pantulan sinar senja merayap penuh kilau di atas permukaan air. Sungai Huangpu beriak pelan mengikuti angin yang berkelebat di sepanjang Bund.
Sore itu tak banyak orang lalu lalang. Sambil menikmati waktu istirahatnya, Charlotta mengemil hot dog yang ia beli bersama Roy beberapa menit yang lalu. Hanya saja, kali ini pemuda itu tidak ikut makan. Raut cemasnya tergaris kaku di wajah setelah beberapa jam yang lalu ia diberitahu Felicia kalau Bernard Wang masuk rumah sakit.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Roy pelan. Mengamati wajah samping Charlotta, tapi ia tidak menggubris beberapa saat.
Charlotta mengamati hot dognya lalu bertanya kepada dirinya sendiri.
Apa aku baik-baik saja?
"Sepertinya baik-baik saja," jawab Charlotta pada akhirnya.
Angin di sekitar Bund membuat rambutnya teracak-acak, begitu pun Roy yang berdiri agak bersandar ke pagar Bund.
"Kalau merasa tidak baik-baik saja pun, itu sangat wajar kok," kata Roy, "yang kau hadapi itu Karry Wang. Dan kau amat sangat wajar untuk merasa khawatir atau cemas."
Charlotta meresapi perkataan Roy lalu sesuatu dalam dirinya berteriak menyetujui itu. Semakin meratapi hal itu, ia jadi berpikir, ke mana Charlotta yang kuat dan ambisius seperti dulu? Kerasnya Karry adalah kekuatan baru untuk Charlotta lebih optimis bisa mengalahkannya. Tapi masa lalu Karry yang lagi-lagi mengusik Charlotta tidak berhenti menggelitiki poros keraguannya.
"Apa... kau tahu Karry sejauh itu?" tanya Charlotta setengah melamun.
Roy tergelak pelan, "teman masa kecil Karry jelas tahu hal itu."
Charlotta jadi baru ingat kalau sampai sekarang Jackson Han belum juga menghubunginya untuk menjelaskan soal masa lalu Karry. Terakhir Charlotta hanya mendapat pesan kalau ia sedang sibuk mengurusi promosi dan persiapan album baru.
"Aku hanya selalu bertanya-tanya, apakah aku sanggup menaklukan sesuatu yang Karry sedang perjuangkan untuk berhenti mengusiknya terus."
"Apa maksudmu?" tanya Roy bingung.
"Masa lalu Karry. Apa kau tahu soal kematian Nenek May?" tanya Charlotta sambil menoleh. Wajah Roy mengerut tidak yakin, tapi kemudian cowok itu bertanya hati-hati.
"Maksudmu, nenek kandung Karry yang dulu meninggal karena penyakit langka?"
Charlotta mengangguk tanpa suara.
"Itu tragedi yang memang cukup ditutupi keluarga Wang," tukas Roy pelan.
"Kenapa ditutupi?"
Roy hanya mengendikkan bahu, "aku tidak terlalu tahu penjelasannya. Keluarga kami hanya selalu berbela sungkawa setiap menceritakan hal itu. Rasanya agak kurang adil dan sedih. Karry masih sangat kecil dan aku tahu ia pasti sangat menyayangi Nenek May."
Di antara semilir angin, Charlotta terdiam sejenak, mendengarkan Roy.
"Apa kau pernah bertemu Nenek May?" tanya Charlotta pelan.
"Pernah. Waktu itu kami bahkan main ke Summer Garden. Kau tahu, kompleks bangunan yang di dekat Dianshan? Aku sangat menyukai suasana itu. Kami bertemu saat Nenek May sehat bugar. Ia sangat humoris dan kami para anak kecil selalu menunggunya seperti sinterklaus!"
Gambaran tentang Nenek May yang riang dan penuh keceriaan menghardik Charlotta. Entah kenapa, sosok itu seperti hidup di hati Charlotta.
"Tapi Karry tidak menyukai kami bermain bersama Nenek May. Dia menganggap, kami semua mencurinya," Roy agak tertawa pelan, "kau bisa bayangkan seperti apa Karry yang kecil selalu menautkan alisnya dan cemberut. Persis seperti sudah besar sekarang. Kalau dipikir-pikir, ia tidak pernah berubah ya."
Kalau dipikir-pikir, apakah Charlotta mengerti perubahan apa yang dimaksud Roy?
"Karry yang dulu.. seperti apa?" tanya Charlotta lagi.
Kali ini Roy seperti mengerjap pelan, menatapi wajah Charlotta dari samping. Tapi Charlotta tidak sadar, ia sibuk berkutat dengan kenyataan kalau Karry yang di masa lalu, cukup asing bagi Charlotta. Dan itu semakin membuatnya merasa pedih.
Sebaik apa ia mengetahui masa lalu kekasihnya sendiri? Apakah Karry benar-benar ingin memisahkan masa lalunya yang berharga itu terhadap Charlotta?
Kenyataan itu pelan-pelan membuat dadanya sesak.
"Ia jarang bercerita, tidak seperti anak biasanya. Sebelum Karry pindah ke New York, aku sering diajak berkunjung ke Summer Garden, kami bermain di taman bersama anak lainnya tapi Karry memilih duduk di tepi beranda dengan buku-buku cerita. Ia sangat menyukai kisah-kisah lama, seperti yang nenek sering ceritakan ke kami sebelum tidur. Aku tidak tahu apa yang membuat Karry begitu menyayangi Nenek May, tapi buatku saja, waktu beliau meninggal, aku tertohok cukup dalam."
Penjelasan Roy membuat Charlotta semakin masuk ke dalam cerita itu. Bayangan masa lalu Karry datang tanpa meminta izin, akrab begitu melekat sampai-sampai rasanya seperti dulu Charlotta baru pertama kali datang ke Crown Garden. Dengan sikap dingin dan kakunya, entah kenapa, dengan cara yang seperti itulah cara paling jujur Karry, memperkenalkan dirinya. Membuat Charlotta harus menebak apa yang sebenarnya cowok itu rasakan.
Apakah di depan Nenek May, Karry tidak bersikap dingin?
"Apa aku cukup terlambat untuk ada di hidupnya?" pertanyaan itu meluncur tanpa sadar dari mulut Charlotta. Sesak di dalam dada membuat kerongkongannya tak mampu menahan dorongan apa pun. Matahari yang semakin tenggelam di antara menara-menara gedung nampak buram. Air mata mulai memenuhi pandangan Charlotta.
"Kau tidak perlu mengetahui segala hal tentang sesuatu, bukan?" sahut Roy yang terasa mendekat lebih ke arahnya. Jarak yang menipis itu entah kenapa membuat Charlotta merasa nyaman. Seandainya Karry bisa mengatakan itu langsung, entah apa rasanya, badai yang memporak-porandakan hidupnya akhir-akhir ini pasti padam.
Kenapa semua ini terjadi begitu cepat? Apa yang masa lalu ingin ajarkan? Apa yang Nenek May ingin sentuh lewat kisah itu?
"Kau hanya perlu mencintainya dan memberikan seluruh perasaanmu untuk Karry. Karena aku sendiri tahu, rasanya pasti akan sulit. Kau akan merasa seperti dikhianati pada sesuatu yang tidak kau tahu tapi tiba-tiba datang. Begitulah cara bekerja masa lalu, Charlotta. Kau tidak benar-benar tahu apa keinginan mereka. Maka kau hanya perlu mencintai Karry. Bukankah hal itu cukup untukmu?"
Perkataan Roy tiba-tiba meluruh dalam dada Charlotta. Air mata yang sedari tadi ditahannya jatuh perlahan melewati pipinya. Sesak itu menyangkut di tenggorokannya. Charlotta tidak bisa berteriak, jantungnya selalu berdegup tak teratur ketika seseorang menyatakan dirinya utnuk semakin mencintai Karry. Ia tidak tahu sedalam apa perasaan itu, tapi Charlotta jelas tidak bisa merasakan apa pun selain menyetujui kata-kata Roy.
Dari sampingnya, Charlotta merasa lengan Roy menariknya ke dalam dekapan. Angin bersemilir lembut, di bawah dagu Roy yang lebih tinggi, Charlotta menyembunyikan wajahnya, menangis sekeras-kerasnya. Membiarkan dada Roy seperti dinding untuknya mengeluarkan segala air mata itu.
Ia memang terlalu mencintai Karry hingga lupa di mana dirinya harus bisa merasa.
****
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro