3 : CROWN GARDEN
RIVERSIDE, UPPER WEST SIDE
NEW YORK
Pagi itu matahari menyorot hangat diakhir bulan musim semi. Taman hijau yang menyebar hampir di seluruh Riverside, Upper West, tumbuh sehat dan hijau. Walau sungai Hudson yang membatasi Manhattan dan Cliffside Park tidak terlihat, tapi udara pagi memang sangat segar bagi siapa pun yang punya tempat tinggal di sekitar sini. Charlotta mengernyit ketika pintu utama dibuka. Beserta langkah para penghuni Crown Garden, Karry memimpin langkah bersama satu tas tangannya.
Ia mengenakan kemeja biru yang dimasukkan dengan sepatu kets. Salah satu yang Charlotta ajarkan ke pemuda itu, anak muda lebih keren pakai Nike dari pada sepatu selop Channel. Dan Karry menuruti itu sampai kepergiannya ke Shanghai. Sehabis sarapan bersama terakhir kali bersama Putra Mahkota mereka, Natalie terus-terusan mengelap hidungnya yang berair. Di sebelahnya, beberapa pelayan menunduk menggantikan tisu kering.
"Telpon ibu kalau ada sesuatu yang kau butuhkan," srot, Natalie menarik napas dalam-dalam setengah melambaikan tangan. Karry menuruni tangga menuju mobil sedan yang menunggunya di depan singgahsana Keluarga Wang. Tempat yang tidak berubah sejak pertama kali kedatangannya ke sini. Charlotta melirik Karry yang menatapnya dari bawah. Matanya menyipit terkena sinar matahari.
"Jaga dirimu baik-baik," serunya. Lalu begitulah Karry Wang. Ia berbalik menuju mobil, bersamaan dengan itu suara Natalie yang menangis tersedu-sedu membuat Charlotta mau tak mau mengusap-usap punggungnya.
Mobil sedan itu melaju, berputar sedikit mengikuti lingkaran besar yang ditengahnya terdapat pancuran besar, baru keluar gerbang tinggi yang terselimut tanaman rambat itu. Charlotta memandangi siluet tubuh Karry dari dalam mobil yang kian mengecil lalu lama-lama menghilang. Tak terlihat.
Ia menarik napas dalam-dalam. Kemarau yang panjang sudah dimulai. Ia terus mengusap-usap punggung Natalie dengan sebelah tangan.
"Charlotta, lanjutkan pelajaran keluarga Wang generasi kedua." Natalie memberikan tisu bekas ke nampan pelayan untuk dibuang. Charlotta tersentak pelan, wanita itu mengentak gaun paginya lalu berbalik masuk ke Crown Garden. Charlotta tidak bisa merajuk lagi, ia hanya mengerucutkan bibirnya, tidak ingin menolak. Apa pun itu, ia harus merayakan hari menyedihkan ini. Dan caranya bergelut dengan sejarah para generasi Wang.
xx
Perpustakaan Crown Garden, Half Earth, terletak di jantung istana. Butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di sana jika dari teras depan. Satu pelayan mengikutinya, pelayan Natalie lebih tepatnya. Ia akan menghabiskan sepanjang hari di perpustakaan, merayakan hari paling menyebalkan bersama buku-buku sejarah.
Lorong sepanjang menuju perpustakaan yang ada di sayap kiri Crown Garden menyorot sinar matahari dari jendela besar di samping. Lapisan marmernya mengilap, menampilkan kemewahan hingga ke pilar besar yang dilapisi tembaga emas meliuk di ujung-ujungnya. Bagi Charlotta, semua kemewahan yang membujur di setiap sudut Crown Garden sudah menyatu dengannya. Crown Garden yang dari luar lebih megah daripada White House Kepresidenan, tetap saja memiliki tempat tersendiri bagi Charlotta. Membuatnya sulit membandingkan dengan rumah ayahnya di Park Ave, South Harlem. Dekat dari Upper West, tapi Charlotta tidak yakin apakah ia akan mengunjungi ayahnya lagi dekat-dekat ini.
Tidak ada Karry, ia jadi tidak bersemangat dalam apa pun.
Pelayan Natalie mempersilakan Charlotta masuk ke perpustakaan besar itu setelah membuka pintunya yang besar. Langkah heels Charlotta memecah ruang luas itu. Lemari besar berjajar memenuhi sisi ruangan. Lantainya dilapisi kayu, Charlotta berjalan menuju meja panjang di tengah ruangan. Buku-buku tebal yang terbuka di atasnya masih diposisi semula. Bekas pelajaran dua hari yang lalu. Jarang ada yang ke perpustakaan ini kecuali pelayan yang rutin membersihkan perpustakaan dan.. Nicholas Wang*. Kakak angkat Karry yang sekarang tinggal di Paris bersama kekasihnya.
Satu bulan yang lalu mereka membuka bisnis parfum yang sekarang sudah terjual di setiap penjuru Paris. Walaupun Charlotta tidak berpikir Nic juga akan terjun ke dunia bisnis seperti konglomerat, ia jadi berpikir, sepertinya anak seni bukan murni dari kalangan Wang. Hanya Charlotta sendiri yang memilih jurusan seni untuk kuliah. Untung saja Natalie menuruti keinginannya tanpa perlu ditepis-tepis seperti dulu. Itu juga beruntungnya karena ibu Natalie adalah seorang profesor seni di salah satu kampus Nederland.
Dunia yang sempit, tapi bagi Charlotta, ia menyukainya. Baginya, melukis itu seperti tidak terduga. Ia menyukai emosi yang membuatnya menantang. Sama seperti dulu ketika harus mengarungi dunia keluarga Wang yang keras. Ia mengeluh tapi disisi lain, ia menyukainya.
"Putriku, ini daftar beberapa universitas rekomendasi yang sesuai dengan jurusan yang kau mau," sahut pelayan sambil membungkuk menyodorkan selebaran nama universitas.
Charlotta menghela napas. Lagi-lagi, ia juga tidak akan sekampus dengan Karry untuk empat tahun ke depan. Ia mendecak sebal, lalu beranjak ke lemari disisi kiri ruangan.
Cahaya dari taman belakang menyorot hangat. Charlotta mendekati setumpuk buku tebal dan kumpulan ensiklopedia versi Tiongkok. Ia ingin mencari apakah di sini ada buku pengetahuan tentang giok? Karry sempat menyinggung itu kemarin. Ia akan berbisnis batu hijau aneh itu. Dan menurut Charlotta itu sama sekali tidak cantik. Apa yang menarik? Tapi kembali lagi, harganya lebih mahal dari emas. Charlotta jadi penasaran apa yang membuat Karry sampai berminat mengolah giok itu.
Sambil menuntun pandangan ke sampul pinggir buku yang berjajar, jemari Charlotta mengabsen satu per satu judul ensiklopedia itu. Sejarah generasi dua, Perdagangan era 19, Tiongkok dalam abad 17, Generasi Young, Awal Mula perang dingin Generasi 1, lalu jari Charlotta terhenti pada buku tipis yang tidak berjudul. Ia memandanginya beberapa saat lalu menarik buku itu keluar.
Secarik kertas jatuh ketika ia membuka lembaran pertama buku itu. Charlotta memungutnya, lalu melihat tulisan di sana.
Aku akan menunggumu sampai 10 tahun. Meski jarak memisahkan, aku yakin kau tidak akan melupakan hari ini.
F.L. 2009
Mata Charlotta langsung mengerut. Ia memelototi catatan itu, membolak-balik lembarannya, tapi tidak ada apa-apa lagi. Kertasnya agak kusut, terselip di antara buku mencurigakan ini. Ia bergegas menanyakan buku itu ke pelayan. Karena selain tidak bersampul, tidak ada catatan apa-apa di buku kosong itu.
"Itu buku milik Tuan Muda waktu berumur 7 tahun yang lalu, Putriku."
Charlotta mengerut, "menurutmu, apakah catatan ini miliknya juga?" Disodorkannya catatan kusam itu supaya pelayan menelitinya. Ia agak memiringkan kepalanya, ragu.
"Saya tidak berani beramsumsi. Tapi, kau bisa menanyakan ini langsung pada tuan muda."
"Aiyah," tanpa sadar Charlotta mengikuti logat Natalie jika sedang memprotes, "Karry tidak akan membalas pesanku sekarang. Ayo, aku butuh asumsimu sekarang. Apa pun itu." Charlotta memaksa. Firasatnya tidak enak. Pesan ini lebih mirip seperti surat cinta yang dibuat oleh anak-anak. Ia merasa Karry bisa saja menjanjikan sesuatu di 10 tahun yang lalu dengan gadis lain.
Pelayan itu membaca hati-hati lalu bergumam rendah, "saya rasa catatan itu milik Putri Giok dari keluarga Liang, Putriku."
****
*Nicholas Wang : baca The Prince's Girlfriend buat detailnya^^
Nah loh nah loh, ada surat cinta masa kecilnya Karry ketahuan masih disimpan dong😂 kira-kira dari siapa ya itu? Yuk ditunggu next episodenya! Oh iya, jangan lupa berkunjung juga ke instagramku ya @nicemcqueen di sana aku akan update konten yang seru-seru berhubungan dengan TPS💞
Terima kasih buat yang sudah membaca, jika berkenan jangan lupa divotes dan share ke teman teman ya✨
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro