Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15 : CHARLOTTA SMITH

Telepon dari atas nakas berdering, Charlotta mengerang sambil mengulet di atas kasur. Tubuhnya terlilit selimut, cahaya pagi samar-samar memasuki kerat jendela, menyiram sebagian wajah Charlotta untuk memaksa bangun. Tangannya terulur melewati nakas, ia meraba benda itu lalu mematikannya tanpa melihat. Matanya masih terpejam, aroma kamar yang sejuk membuat kepalanya berat. 

Bukankah ia baru tidur 2 jam yang lalu?

Suara telepon kembali berdering, kali ini lebih lama dan terdengar mendesak. Charlotta mengerang sekali lalu merampas benda itu asal sambil berseru, "bisakah kau tinggalkan aku sepuluh menit saja?!"

"Sayangku! Oh tuhan, aku mengkhawatirkanmu dari tadi sore waktu Natalie mengatakan kau ke Shanghai sendiri. Apa benar kau masih di sana? Sedang apa? Bersama siapa? Kenapa kau tidak menelponku dulu?"

Seketika mata Charlotta membuka, ia langsung terbangun dan duduk di kasur. "Dad?"

"Jawab, kau sedang apa di Shanghai?"

Charlotta mengeluh, ia mengusap-usap rambutnya yang awut-awutan lalu berujar, "bukankah Natalie bilang aku sedang bersama Marie? Tenang saja, dad. Ada Cindy yang bisa kutelpon 24/7." Padahal Cindy ada di New York, tidak terlalu bisa dipastikan kalau bukan untuk masalah Karry.

"Tetap saja, segala tidak perlu memberi Karry, kenapa pula? Kau kan bisa pulang bersamanya kalau kelas bisnis sudah selesai."

"Tidak, tidak, ide yang buruk. Kau bisa bayangkan aku dan Marie tidak setipe dengan Karry. Aku tidak mau membiarkan temanku mati kebosanan olehnya."

"Dengar sayang, ini adalah kali terakhir kau tidak mengangkat teleponku. Oke? Aku tidak mau kehilanganmu lagi."

Senyum Charlotta menyungging samar. Teringat satu tahun yang lalu ketika ia dipertemukan oleh takdir yang ia terjang bersama Karry. Melewati garis hidup, Charlotta menggunakan segala ambisi dan cintanya untuk menemukan apa yang ia syukuri hari ini. Termasuk menemukan ayahnya.

"Aku tahu, dad. Kau tidak akan kehilanganku lagi." Charlotta menatap ke luar jendela, langit biru membentang luas. Di belakang gedung-gedung yang terlihat dari jauh, semua pemandangan ini terlihat seperti sebuah lukisan. 

"Oke. Kalau begitu, bisakah kau membantuku sesuatu?"

"Apa itu, dad?" 

"Sebenarnya aku sudah mengutus Manager utama untuk mengurus pameran Teddy Bearku yang ada di Hotel Farmount--"

"Apa?" kening Charlotta mengerut dalam ketika mendengar nama hotel itu. Hotel Farmount di jalan Nanjing maksudnya?

"Ya, Hotel Farmount. Letaknya ada di jalan Nanjing. Tepat di depan Bund yang menghadap ke sungai Huangpu. Di Entertaiment Suite, aku akan memamerkan koleksi Teddy Bear tema bintang-bintang. Karena... kebetulan kau ada di Shanghai, apa aku boleh meminta bantuanmu untuk mengurusi itu selama dua minggu?"

Mata Charlotta membelalak, ia berteriak di saluran telepon dengan nada tak percaya, "yang benar saja, dad!"

xx

Kondisi pikiran Charlotta semakin semerawut. Semalam ternyata Karry membalas pesannya dengan kalimat panjang pertama kalinya, "maaf baru balas. Hari ini terlalu sibuk dan aku kelelahan mau tidur. Kau pasti mau mulai beraktifitas, kan? Nanti malam kutelpon ya?" Lama kelamaan Charlotta merasa tidak enak karena mengangap dirinya membohongi Karry. Tapi apa daya, ia terlalu penasaran dengan Felicia. Apalagi waktu Cindy Young memberitahu kalau Felicia itu membahayakan. Rasanya seperti ingat waktu perlombaannya mendapatkan hati Karry dulu dengan Cindy. Terlalu banyak yang dikorbankan hingga rasanya untuk mundur pun terlalu sia-sia.

Sebagai gadis ambisius dan keras kepala, Charlotta tidak ingin kalah pada beberapa asumsi dan imajinasi yang tidak bisa ia buktikan sendiri dengan mata kepala. Maka dengan harapan baru hari ini, ia pun beranjak keluar kamar setelah mandi. Bersiap turun untuk sarapan. Ia teringat pemuda yang semalam. Untung sekali Roy tidak mengirimkan pesan. Paling-paling dia lupa. Orang kaya dalam lingkungan Karry hanya mempermainkannya saja. Charlotta kenal sekali tipe-tipe seperti itu.

Melintasi lorong panjang dan turun ke lobi utama menuju lounge besar di depan pintu masuk, beberapa pelayan hilir mudik memenuhi kesibukan pagi hari. Ia menoleh sedikit ke restoran yang ada di sebelah kirinya, tempat semalam ia mengobrol dengan Roy. Sementara dari pojok kiri, ada belokan sempit menuju kawasan Premium Suite. Beberapa pasang orang melalui belokan itu. Ada dorongan besar untuk menguatkan batinnya memeriksa Karry, tapi ia tidak boleh gegabah dulu. Ia harus mengintai dalam diam, kalau bisa menyamar. 

Ketika Charlotta hendak menunggu Roy di kursi panjang di depan restoran, sepasang orang keluar dari dalam dan melangkah berhenti. Charlotta tidak begitu memperhatikan karena matanya sudah bertemu oleh seorang cowok tinggi yang kini memakai hoodie dilapisi jas sederhana keluar dari belokan sempit Premium Suite. Ia melambai ke arah cowok itu, dan masih ingat jelas tampilan Roy dengan kunciran kaku di belakang kepalanya. Tapi gerakan Charlotta tertahan ketika namanya dipanggil oleh seseorang dari restoran itu.

"Charlotta?"

Charlotta beralih kaget, ia menahan langkahnya yang tiba-tiba membeku dan seluruh darahnya mendesir dingin melewati lehernya. Suara itu.

Suara Karry.

Dengan memberanikan diri, Charlotta menoleh pelan-pelan ke arah sepasang orang tadi, lalu matanya bersirobok dengan wajah Karry yang selama ini menyalang nyata dalam imajinasinya. Tenggorokannya tersekat, tangan Karry direnggut oleh gadis itu. Felicia. Menatapnya kebingungan tanpa berniat melepaskan gandengannya. Charlotta mengerjap menahan geram. Dari belakang, Roy menghampiri Charlotta dengan sapaan riang.

"Hey apa kau--Karry! Apa kau habis sarapan?"

Yang menjawab bukan Karry, tapi Felicia, "iya. Kami baru saja selesai. Sebaiknya kau segera masuk, kau akan ketinggalan menu spesial hari ini!"

Charlotta tidak tahu kenapa dadanya begitu sesak, tapi yang pasti bibirnya membeku tak bisa dibuka. Ia menatap Karry yang juga memelotot kaget. Ada beribu pertanyaan disorot mata itu, tapi Charlotta beralih membuang muka dan mencengkram tangan Roy di sebelahnya. Pemuda itu terperangah saat Charlotta menariknya.

"Ayo kita pergi dari sini," sahut Charlotta pelan.

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro