Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

81 : CHARLOTTA SMITH

CROWN GARDEN
CHARLOTTA SMITH

Setelah membulatkan tekad, ia pun memberanikan diri untuk mengatakan yang sejujurnya kepada Karry. Tentang perasaannya, dan juga tentang cek itu. Jujur, ia tidak pernah bisa memikirkan nominalnya sampai sekarang. Rasa ingin bertemu dengan orangtuanya terlalu besar hingga menutupi segala angka yang seharusnya tercetak di sana. Ia tidak tahu apakah satu juta bisa cukup, karena ia sama sekali tidak peduli dengan nilai itu. Yang ia inginkan hanya detik-detik mencari harta karunnya itu.

Dengan langkah lambat, Charlotta menyusuri koridor sayap kanan dengan hening. Ia menggenggam kertas cek itu makin erat. Hatinya berdegup tak keruan. Membayangkan wajah Karry ketika ia mengetuk pintu dan membukanya. Membayangkan wajah Karry ketika menyuarakan isi hatinya dengan empat mata. Ia hanya ingin Karry mendengar sepenuhnya. Ia tidak mengharapkan jawaban, tapi ia hanya ingin Karry tahu kalau apapun akhirnya, ia ingin pertemuannya dengan Karry tidak berakhir menyedihkan. Ia hanya ingin menyatakan jawaban yang seharusnya Karry dengar waktu itu.

Ketika langkahnya hampir mencapai bibir koridor, sebelum belokan, Charlotta mendengar suara teriakan yang nyaris menghentikan jantungnya. Ia menutup langkah seketika. Pikirannya bergeming di antara suara-suara hening. Napasnya seketika terasa berat, lalu dengan perlahan, ia kembali mendekatkan pendengar ke puncak belokan koridor.

Berhenti mengatakan itu di depanku!!

Suara Cindy terus terngiang-ngiang dalam kepalanya. Hingga beberapa detik selanjutnya, tidak lagi terdengar suara, Charlotta memutuskan untuk mengintipnya sendiri.

Jantungnya seketika terpompa cepat. Ujung matanya menangkap punggung seorang pemuda yang membelakanginya namun dengan jelas, ketika Charlotta menyadari langkah Cindy dengan cepat memeluk pemuda itu, Charlotta hampir terjatuh.

Karena Cindy bukan memeluknya.

Tapi menciumnya.

Seketika dunia rasanya berhenti berputar. Charlotta bisa melihat tubuh Karry yang direnggut dalam-dalam oleh gadis itu lama-lama menyakitinya. Charlotta kembali menarik kepalanya, lalu dengan sekuat tenaga menahan napas. Matanya memanas, bayangan tangan Cindy yang merenggut leher Karry untuk menciumnya terus menguar dalam benaknya. Ia gemetar pada gambaran itu. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat, sama sekali tidak menyisakan rasa dentumnya. Charlotta menemukan hening dalam beku otaknya. Tiba-tiba tanpa sadar, pandangan kota New York dari jendela kaca di sepanjang lorong mengabur.

Tangan Charlotta terangkat, menutup sebagian wajahnya. Pelan-pelan ia merasa gemetar lututnya melemahkan semua urat untuk menopangnya berdiri. Dengan lemah, ia jatuh terduduk, sambil terus menahan air mata dan sesengguknya dengan kedua tangan.

Charlotta tak bisa berbohong.

Ia tidak tahu kalau patah hati bisa membuat seluruh batinnya terasa hancur berkeping-keping. Dunianya yang selama ini ia genggam, dunia yang selama ini mengitari poros universalnya, seakan-akan hilang dan lenyap. Menyisakan serpihan luka dalam relung jiwa.

Charlotta tidak tahu kalau menyukai seseorang yang tidak menaruh rasa akan terasa sedalam ini.

Tiba-tiba dari bibir pertigaan lorong itu, Charlotta menahan napas ketika mendengar derapan langkah seseorang yang terburu-buru. Ia melihat sekelebat tubuh Cindy yang melesat cepat--setengah berlari--membelok di pertigaan tanpa melihatnya. Charlotta buru-buru bangkit berdiri, menyeka seluruh air mata di wajahnya, sekali lagi mencari udara keyakinan yang masih tersisa.

Ia menyeka hidungnya, lalu membersihkannya dalam sekali tepis.

Ya tuhan, kenapa rasanya sesesak ini? Kenapa aku tidak pernah menyiapkan rasa sakit ini sebelumnya? Setidaknya beritahu aku untuk tidak merasakannya.

Tubuh Cindy menghilang cepat. Tersisa gema-gema suara langkahnya yang teredam karpet lalu samar-samar hingga benar-benar hilang. Charlotta menyandarkan kepalanya ke dinding sebelum benar-benar bangkit.

Seandainya aku datang semenit sebelumnya, aku tidak perlu merasa sebodoh ini..

Charlotta menetralisir ingatannya, mencuci bersih dan berusaha berpura-pura untuk tidak melihat kejadian barusan. Ia tidak mau merasakan hatinya nyeri lagi. Lalu dengan langkah tegas sedemikian rupa, ia pun membelokkan langkah ke koridor kamar Karry. Namun tepat setelah itu, Charlotta langsung melihat Karry yang menyadari langkahnya.

Punggung Karry menoleh lambat, lalu seperti piringan ringkih, ia menatap Charlotta yang tiba-tiba langkahnya membeku.

Mereka saling menatap dalam diam. Beberapa detik, hening tidak cukup memberi penjelasan lebih. Charlotta tidak sanggup menerima tatapan Karry lebih jauh, lalu dengan cepat ia mengulurkan tangan, menyerahkan cek itu sambil berkata, "Karry, mari kita lupakan saja tentang semua ini, ya?"

Senyum Charlotta mengembang kaku, dengan penuh kekuatan ia berusaha memancarkan sinar keyakinan, tapj sepertinya Karry tahu itu semua percuma.

Pemuda berbalut kemeja sederhana biru dongker itu menatapnya setengah membungkuk. Lurus seperti ingin mengunci sesuatu di antara sorot itu.

"Kau melihatnya, bukan?" Suara rendah Karry merebak. Detik itu, Charlotta merasa hatinya terkelupas panas. Iab tidak sanggup memandang mata cokelat itu. Ia tidak mau ada getar perasaan yang tiba-tiba memuncak minta dikeluarkan.

Kemudian dengan sekali tepis, Charlotta berujar setengah tersenyum getir, "bisakah kau berpura-pura menganggap aku tidak ada mulai dari sekarang?"

Ucapannya dibalas hening. Namun tiba-tiba, Karry maju selangkah, lalu tanpa suara pemuda itu mendekap Charlotta seketika. Waktu berhenti, seketika dunia terasa berputar lambat. Detik berikutnya ia tercenung tanpa suara. Merasakan harum rambut pemuda itu menguasai batinnya.

Suara Karry merebak rendah dari sampingnya. "Charlotta, maafkan aku."

Tangan Karry yang membekap punggungnya mengerat, Charlotta terenyak dalam ketika seluruh otaknya makin tercenung dalam keadaan. Ia terpegap sedetik, lalu jantungnya terpacu cepat. Seluruh tubuh Karry, wanginya, semerbak memenuhi pikirannya. Charlotta seperti baru saja ditembak sesuatu. Ia terkejut.

"Karry.." hanya itu yang bisa keluar dalam mulutnya. Kepala Karry yang kian menelusup dalam di antara bahunya semakin membuat Charlotta tertohok.

"Charlotta, aku pernah mengatakan padamu untuk percaya padaku. Apa sekarang aku masih memiliki jawaban itu?" Karry berkata pelan, nada bicaranya sangat lembut, makin menyisik relung terdalam Charlotta. Perlahan-lahan, mata Charlotta memburam, hidungnya beringsut cepat bersamaan dengan keruh hatinya yang menjerit keras memberi jawaban.

"Kalau aku masih memilikinya, aku harap kau memaafkan aku. Karena aku terlalu terlambat untuk mengatakan aku ingin kau terus menyukaiku."

***

Emot apa yang cocok untuk bab ini? Yuk share :')

Oh ya, karena cerita ini mau kuajuin untuk lomba dari penerbit Inari, mohon doanya ya. Syukur-syukur menang :') tapi sebenernya minta doa untuk proses revisinya aja sih supaya bisa ngecut 35k words. Krn TPG udah 70k lebih wordsnya. Gila ya :') aku kayak speechless gitu pas tau ada sebanyak itu. Bab mana yang harus aku terabas(?) Semuanya ku suka :')

Bantu kasih krisar yuk guys :') siapa tau kalau beruntung TPG bisa kalian pelukin di rumah hiyah. Dan siapa tau fans Karry Wang or TFBoys menyebar ke nusantara supaya mereka bisa konser dan... *Lohlohootbgt*

Anyway, bantu penulis untuk part mana aja yang menurut kalian harus di buang ya :') aku beneran bingung soalnya :')

Sekedar info. Kemarin ranked TPG 777 sekarang naik jadi 480 di genre Remaja :') ku terhura. Maaciw ya semua yang udah baca dan komen apalagi votes :') makasih banget :')

Oh ya, apa ada yang mau join grup TPG? Mayan nih yanh gabung bisa curcol2 seputar cerita ini dg sesama pembaca. Yuk gabung :')

Kemarin ada new mem ↑↑↑
Yuk gabung gabungg hehe buat ramaikan line juga bisa kok buat para joms terutama /eh.

Sudahlah, kalian tunggu part selanjutnya besok yaw. Dan kalau ada yang mau gabung silakan dm aku untuk id linenya :')

Terima kasih^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro