Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7 : CHARLOTTA & KARRY

MANHATTAN BRIDGE HIGH SCHOOL
CHARLOTTA SMITH DAN KARRY WANG

Di tengah gemerisik suara daun-daun yang bergoyang terkena semilir angin, mata Charlotta melebar cepat ketika mendengar kalimat itu meluncur dari bibir Karry Wang yang berdiri dengan tenang di depannya.

Menjadi pacar bohongan?

"Apa?" tanya Charlotta mengernyit dalam berbalik memandang pemuda itu dengan penuh tanda tanya. Ada yang salah dengan Karry sepertinya.

Setelah bel sekolah berdentang, murid-murid berhamburan keluar kelas dan berbondong-bondong keluar dari lorong sementara dirinya masih sibuk mencatatat rumus fisika hasil pembahasan soal ujian tadi. Ketika itu, ia tidak sadar kalau Josh dan Albert yang berdiri di sampingnya hendak menculiknya ke halaman belakang sekolah yang berisi hamparan taman dan kebun labirin yang berliku-liku dengan satu patung Yunani berdiri di tengah labirin yang luas.

Lalu ketika tahu kedua cowok itu menyeretnya untuk mendengar Karry mengatakan hal barusan, ia seperti mendadak tuli dan idiot. Ia tidak salah dengar, kan? Menjadi pacar bohongan? Untuk apa?

Seorang Karry Wang, orang yang membencinya bahkan seseorang yang ingin ia menghilang dari hadapannya kini meminta bantuan untuk menjadi pacar bohongan? Permintaan konyol macam apa itu?

"Kau masih memiliki pendengaran yang baik, bukan? Aku tidak akan mengulangnya," kata Karry sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Charlotta kembali mengerut.

"Apa maksudmu?"

Josh dan Albert yang berdiri di sampingnya berdiri bersedekap. "Sudahlah, terima saja. Bukankah ini pekerjaan yang mudah untukmu?" sahut Josh dengan nada ringan namun lebih pada mengejek.

Charlotta menoleh ke arahnya dengan cepat. "Pekerjaan? Kau bilang ini pekerjaan?" ia tertawa remeh sekilas, "lebih baik aku menghitung uang di McD dari pada harus menjadi pacar bohonganmu," tepisnya sambil berbalik hendak pergi.

"Kau yakin akan pergi tanpa melihat ini?" suara Karry Wang yang menahan langkahnya mendadak membuat separuh dari rasa penasarannya meningkat. Ia menoleh kembali perlahan-lahan berharap pemuda itu tidak sedang mengerjainya. Kemudian ketika selembar kertas putih yang digenggam oleh Karry melambai di udara, urat di sekitar mata Charlotta seketika menegang ketika melihat itu. Bahkan tanpa sadar ia melebarkan matanya dengan berlebihan.

Cek? Itu Cek Dollar Amerika? Sungguh?

"Hanya dua bulan. Setelah itu kau bebas meminta berapapun dengan tanda tanganku," sahut Karry membuatnya melepaskan perhatian pada kertas yang membuat matanya mendadak berubah hijau.

CS menenelan ludah, mendadak gugup. Uang. Kertas itu adalah yang ia butuhkan. Kertas itu adalah jawaban akan semua kerisauannya selama ini. Orangtua dan Universitas. Dalam dua bulan ia bisa mendapat itu dengan sekali tulis dan semua mimpinya akan terwujud. Dengan itu semua hal yang ia inginkan akan mudah tergapai tanpa harus susah-susah bekerja dua kali di satu hari yang sesungguhnya sangat melelahkan.

Dari cek itu, perlahan-lahan Charlotta memandang wajah Karry yang sama sekali tidak berubah sedari tadi. Memandangnya intens namun tenang. Seakan ingin memberi sela untuknya berpikir pada jawaban penuh liku ini.

"Kau tidak sedang bercanda, bukan?" tanyanya lagi kali ini lebih tajam penuh interogasi.

Karry memasukkan benda itu kembali ke dalam sakunya lalu beralih memandangnya lagi dengan sorot mata lemah tenangnya.

"Kau tahu tentang keluargaku, bukan?"

"Kau ingin aku mengatakannya?" balas Charlotta dengan nada rendah yang jengah.

Karry tak menjawab langsung, ia melirik Albert dan Josh sekilas kembali melanjutkan. "Ibuku ingin menjodohkanku dengan Cindy Young. Tapi aku tidak setuju kemudian ibuku memaksa."

"Cindy Young?" tanya Charlotta bingung dan merasa asing dengan nama tersebut.

"Cindy Young adalah putri dari salah satu kerabat keluarga Wang. Aku dan dia sering bertemu dulu, tapi aku tidak menyukainya."

"Kenapa ibumu memaksa?"

"Karena ia ingin yang terbaik untukku," jawab Karry cepat.

"Kenapa Cindy Young yang menjadi pilihannya?"

"Karena Cindy sangat pintar membodohi ibuku dengan mulut manisnya," tukas Karry tak kalah cepat. Bibirnya nampak hampir tidak terlihat dibuka, tapi suaranya masih bisa terdengar jelas. Segalanya yang ada di wajah Karry adalah mungil. Bibir tipis yang selalu terkatup itu dan mata sipit yang besar namun memesona semakin menambah kesan kalau cowok itu auranya jelas sekali; abu-abu.

Charlotta mendesah. Merasa terlalu jauh untuk siap melakukan ini.

"Ibumu sangat kuno," komentar Charlotta lagi.

"Ibuku dan seluruh keluargaku memang kuno, maka itu aku membencinya."

Ia memandang Karry yang lebih tinggi di depannya dengan ragu.

"Apa kau sudah memikirkan resikonya?"

"Aku hanya ingin ibu tidak memaksa menjodohkanku dengan Cindy. Walau aku tahu sebenarnya apa yang aku lakukan ini sia-sia karena dia akan tetap memaksaku bagaimanapun caranya, tapi yang kukhawatirkan selama ini bukanlah hal itu. Tetapi yang aku khawatir, justru Cindy-lah bisa berbalik benar-benar mengekangku," tutur Karry yang dibalas tertawa remeh CS. Baru kali ini ia mendengar sebuah alasan yang begitu rumit. Oh astaga, ia harus kembali ingat akan cek itu. Cek yang bisa ia dapatkan hanya sekali menuangkan tinta bertuliskan lima ratus juga di atasnya lalu ia akan menjadi orang kaya mendadak.

"Kenapa kau tidak menyukai Cindy? Bukankah pilihan ibumu seharusnya yang terbaik untukmu?"

"Oh ayolah, sampai kapan kau akan bertanya terus? Kau tidak percaya pada kami?" Josh berdecak resah memandang dirinya dengan raut kesal.

"Kurasa kau lebih baik tutup mulut, Josh."

Cowok itu melebarkan matanya, menatap Charlotta dengan mata seperti ingin melompat keluar, Josh mulai mendekat perlahan-lahan diikuti rasa geramnya. Tapi CS tak peduli. Karena Karry kembali dengan tangkas mengujung pada topiknya kembali.

"Kalau kau masih tidak percaya, sebaiknya kubiarkan kau menyimpan ini," potong Karry dengan santai sambil kembali menyerahkan kertas itu ke arahnya yang tertegun.

Charlotta menatap kertas itu lekat-lekat, berusaha menilai detailnya dari jarak sejauh ini, kemudian berpaling ke arah Karry yang menunggunya dengan tenang, lalu kembali memandang cek itu. Ketika matanya beralih ke kertas cek itu, sebuah suara yang meneriaki dirinya untuk menerimanya terngiang-ngiang jelas mengacaukan pilihan mana yang harus ia pilih.

"Kenapa harus aku?" tanya CS tiba-tiba membuat mata Josh kembali melebar.

"Masih belum sadar? Karena kau orang yang paling membutuhkan dari antara kita semua. Kau butuh uang untuk mencari orangtuamu, bukan? Maka pikirlah sekali lagi kapan kau akan menemui mereka jika hampir seluruh umurmu kau habiskan di belakang kasir McD Central Park."

Kali ini Charlotta mengernyit cukup dalam. Kuku-kukunya refleks ingin mencakar wajah Josh yang bergaris keturunan bibir yang angkuh. Seandainya Josh bukan dari kalangan yang kaya, CS yakin kalau tidak ada apapun di wajahnya yang berarti. Bahkan dari pada Albert, Josh kalah telak.

Charlotta berpaling ke arah Karry yang terdiam, seakan tidak ingin mengatakan apa-apa lagi sementara penjelasan Josh tadi adalah mutlak.

Sepertinya, mungkin untuk saat ini, kertas yang ada di genggamannya itu adalah hal yang bisa diandalkan. Mungkin, ia bisa mengubah nasibnya lewat selembar kertas ini.

Lalu tanpa menunggu lama, pada detik terakhir angin mengayunkan ujung kertasnya, dengan cepat Charlotta menyambar kertas itu lalu diperhatikannya lamat-lamat sebelum pergi.

"Baiklah. Kuterima. Kapan aku akan bekerjanya?" tanya Charlotta sambil menghela napas.

"Kembalikan kemejaku ke Crown Garden di Upper West Side, dan kupastikan kau akan tahu setelah kau sampai di sana."

***
Yeap. Thank you untuk pembaca baru yang sdh menyempatkan utk baca. Semoga makin kepo untuk kelanjutannya, ya. Btw, siapa ya yang mau di kasih cek macem Karry gitu?😏 Jadi pacarnya pula, aish. Aku sih mau dah sama cogan. Ets, tapi cogan cool(kas) kayak dia mah susah dibaperin. Ea, iya ga?

Oiya selamat hari kasih sayang, yaa. Bertepatan dg itu, semoga ada yang nitipin cokelat buat saya gitu(?) Waks.

Ditunggu part selanjutnya ya! Thank you!^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro