66 : NATALIE DAN CHARLOTTA
CROWN GARDEN
NATALIE DAN CHARLOTTA
Di sela-sela waktunya yang sedang mengerjakan PR Matematikanya, Charlotta terkejut ketika mendengar Susan mengatakan kalau Natalie memanggilnya untuk minum teh di taman belakang. Tadinya Charlotta ingin menolak lagi, tapi dengan sekali gerakan Susan menghentikannya. Katanya kali ini obrolan serius.
Maka dengan cepat ia pun memberesi pakaian formalnya dan turun ke bawah dengan langkah tergopoh-gopoh.
Ketika melintasi koridor panjang menuju sayap kiri--karena taman belakang ada di sisi timur--ia terkejut dalam diam ketika melihat batang hidung pria sedang digandeng oleh seorang wanita. Dari ujung lorong, Charlotta berusaha meyakinkan dirinya untuk menatap dua orang itu, tapi nyatanya ia takut ketika menyadari jantungnya yang terpompa cepat dan menyadari kalau mereka adalah...
Mata Charlotta membulat, kakinya membeku di tempat seketika. Susan yang sedang berjalan di belakangnya ikut terhenti, memandanginya dari belakang dengan bingung.
Itu...
Charlotta merasa udara di sekitarnya mendadak hilang.
Karry dan Cindy? Mereka saling menggenggam..? Aku tidak salah lihat, bukan?
Kemudian tanpa mencari tahu, sebelum Karry melihatnya, ia buru-buru berlari ke koridor panjang di sebelahnya, diikuti langkah Susan yang kebingungan mengejarnya.
***
Langit sedang cerah hari ini. Menampikan bayangan rayuan daun yang mendesir rendah. Meja bundar itu di naungi oleh rindangnya pohon Elsie, tanaman langka yang hanya tumbuh di tanah subur milik Crown Garden. Daunnya yang lebat membuat keteduhan yang tak ingin di tinggal pergi. Charlotta memandangi cairan pekat berwarna cokelat itu setengah termenung. Pikirannya masih belum beralih dari bayangan yang beberapa menit lalu.
Kenapa Karry membiarkan Cindy menggandeng tangannya? Apa yang terjadi? Kenapa Karry tiba-tiba begitu?
Bahkan dari pangkal kerongkongannya, ia bisa merasakan ludah pahit meluncur di antara kekeringan itu. Ia menyapu bibir cangkir dengan jari telunjuknya dengan perasaan tak menentu.
Jangan-jangan, itu sebabnya selama ini Karry tidak pernah menyatakan perasaan padanya walau ia sudah menegaskan perasaannya lebih dulu? Apa itu sebabnya juga kenapa Karry membiarkan keberadaan Cindy di sini? Apa jangan-jangan...
"Charlotta?"
Jangan-jangan tanpa Karry tahu, ia masih menyukai Cindy?
"Charlotta!" Suara Natalie menghantam bangunan yang penuh penerkaan itu dan hancur dalam detik berikutnya. Charlotta tersentak dari lamunan lalu menatap Natalie dengan menyesal.
"Maafkan aku. Tadi kau bilang apa?" tanyanya berusaha menepis keraguannya tadi, mengganti dengan kepura-puraan. Ia membetulkan posisi duduknya, dan menatap Natalie seutuhnya.
Wanita berbalut gaun sifon berenda di bagian lengan itu mengehela napas kecil. Perak berlian yang menggantung di kedua telinganya sesekali berkilau terkena sinar mentari. Ia menurunkan cangkirnya lalu berkata, "aku masih tak menyangka kau masih bertahan. Dan aku juga tak menyangka kau tetap patuh pada pembuktian pertama kali itu."
Charlotta terdiam sejenak, berusaha mencerna perkataan wanita di sebrangnya itu.
"Jika kau ingin membicarakan tentang perasaanku terhadap Karry lagi, jawabannya adalah tetap sama, bibi."
Kepala Natalie terangkat, memandang mata teduhnya. Sungguh, baru kali ini Charlotta melihat Natalie memiliki mata yang semejukkan seperti itu. Selama ini, Natalie yang Charlotta kenal adalah bermata runcing ala pribumi Amerika asli dengan alis tipis mencuat yang terlihat galak. Tapi, hari ini, gambaran tentang Natalie yang seperti itu seakan-akan runtuh hanya dalam sekali kejap.
"Aku tidak ingin membicarakan itu. Justru aku, ingin mengakui perasaanku terhadapmu."
Charlotta terenyak dalam diam. Ia memandang Natalie lamat-lamat, berusaha meyakinkan sendiri perkataannya.
"Maaf. Apa maksudmu bibi?" tanya Charlotta dengan hati-hati. Memastikan kalau Natalie tidak salah bicara.
"Sebenarnya.." nampak keraguan yang terpancar dari mata wanita itu sebelum kembali melanjutkan, "ada hal yang ingin aku percayakan padamu soal keluarga kami. Terutama aku."
Mata Charlotta membulat perlahan-lahan. Ia memandangi Natalie dalam diam.
"Aku.. ingin meminta maaf atas sikapku selama ini kepadamu. Aku terlalu protektif terhadap Karry dan tahtanya di keluarga kami. Dan terutama," suara Natalie melembut kemudian beralih menatap Charlotta dalam-dalam, "maafkan aku yang sudah memandangmu sebelah mata."
Charlotta tergagap sejenak, kemudian dengan cepat ia mengibaskan tangannya. "Tidak, bibi. Aku, tidak apa-apa. Jangan meminta maaf padaku. Bagaimana pun, yang terpenting sekarang adalah perasaanku terhadap Karry. Aku.. tidak peduli dengan perkataan orang lain.." sahut Charlotta dengan kepala sedikit tertunduk.
Suara angin mendesir lembut, mengangkat poni rambut Charlotta sesekali. Ketika memandang tangannya di atas paha, tiba-tiba ia merasa seluruh tubuhnya kaku. Terlebih ketika mengingat kejadian beberapa menit lalu.
Dulu, kalau mengatakan perasaan mengenai Karry kepada seseorang, ia selalu merasa ringan dan yakin. Tapi tadi, ketika ia menyatakan perasaannya di depan Natalie, rasanya, ia makin kacau. Charlotta takut pada ucapannya. Charlotta takut, Karry, tidak lagi sama seperti yang ada di dalam kalimat itu.
Tangan Natalie terangkat ke atas meja, lalu setengah menunduk berhasil mengundang Charlotta beralih menatapnya. Wanita itu mengulas senyum penuh arti. "Aku percaya padamu, Charlotta."
Dada Charlotta mendesir hangat. Melihat pancaran keyakinan dan manik biru laut Natalie membuatnya sangat teduh. Tanpa sadar, Charlotta tersenyum getir memberi jawaban.
"Aku percaya kalau kau benar-benar menyukai anakku, karena aku tahu perasaanmu sama seperti perasaanku dulu terhadap suamiku."
Kali ini Charlotta menaikan alisnya sedikit, membiarkan Natalie kembali melanjutkan.
"Dulu, aku juga orang luar sama sepertimu. Bedanya, aku memiliki keturunan keluarga yang jelas sehingga aku tidak dihina-hina sanak saudara. Tapi, di sisi lain, ada kekesalan yang pelan-pelan terbit dalam hatiku ketika mengetahui keluarga ini." Natalie berhenti sejenak, menyesap tehnya lalu kembali melanjutkan, "masuk ke dalam keluarga ini adalah melepaskan kebebasanmu. Dunia luar, bukan lagi duniamu. Kau hidup atas segala tuntutan demi respon atas strata yang baik terhadap para sanak saudara yang lain. Duniamu, akan hilang dalam sekejap ketika memasuki keluarga ini.
"Suamiku dulu menentang hal itu. Keluarga Wang mengalami percekcokan berat sampai aku tidak bisa mengalahkan statement mereka. Mereka semua menuntutku untuk mengikuti tradisi. Aku mau saja, tapi, suamiku menentang itu. Karena kalau tidak ditentang, kau tahu apa yang terjadi dengan kami?"
Tanpa sadar Charlotta yang hanyut dalam cerita menyeletuk, "apa?"
"Hubungan kami selesai. Karena kalau mengikuti tradisi, suamiku hanya boleh menikah dengan jodoh yang dipilihkan nenek untuknya. Saat itu, aku sangat sakit hati ketika tahu cinta kami terlarang. Aku tahu suamiku sangat dinantikan menjadi penerus keluarga karena ayahnya yang sakit, tapi untuk masalah perasaan, suamiku tidak terima orangtuanya menganggapku sebelah mata. Suamiku tidak ingin melepaskanku lalu ia pun membuat argumentasi untuk menentang itu. Itu adalah cerita yang panjang, dan karena kegigihannya, suamiku berhasil menentangnya.
"Dan kurasa, mereka semua luluh ketika suamiku menyatakan perasaannya kepada orangtua mereka. Aku tak tahu seberapa kuat keyakinan itu tapi ketika tahu perjuangannya, aku jadi semakin tidak ingin meninggalkannya. Demi aku, dia pun mengubah sistem keluarga ini. Demi aku, dia tidak ingin cinta di pandang sebelah mata. Dan demi aku, dia hanya ingin cinta memenangi segalanya."
Charlotta menatap Natalie yang tersenyum, "dan kau tahu, perjuangan itu adalah sebuah cinta sejati. Kau tidak boleh menyia-nyiakannya. Dan aku merasakan itu padamu. Aku tidak ingin merusak perasaanmu terhadap anakku. Aku benar-benar menyesal telah menyusahkan hubungan kalian karena aku sangat takut Karry patah hati. Aku tidak mau anakku menjadi korban cinta. Aku ingin dia bahagia."
Sayup-sayup, pikiran Charlotta melayang ke masa-masa di mana dirinya dan Karry baru saling mengenal. Hingga sekarang, entah bagaimana ia baru setuju dengan perkataan Nic semalam. Ia dibodohi oleh cinta. Tapi dibodohi cinta itu indah. Karena perasaan tidak sadar itu pada akhirnya bertemu di satu jawaban yang pasti; kau tidak ingin dia pergi dari hidupmu.
"Aku juga ingin dia bahagia," gumam Charlotta tanpa sadar.
"Maka, aku harap, keberadaan Jackson kali ini kau manfaatkan sebaik mungkin. Karena dia, adalah orang yang tepat untukmu belajar lebih jauh mengenal Karry. Dia adalah sepupu paling dekat bahkan melebihi aku sendiri."
***
Nah ini dia side part dari Natalie. Gimana? Bisa ambil kan kesimpulannya?
Yok besok ditunggu lagi. Thank you^^
Hmm sama itu dong, ... Ituu.. bintang di bawah tuh. Hehe coba pencet deh. Nah! Hehe makasih banyakkk yaa^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro