58 : KARRY DAN NATALIE
KARRY DAN NATALIE
Belum sempat mengatakan apa-apa, alis Natalie makin menyatu ketika melihat Karry tidak menjawab pertanyaannya.
"Kau berbuat apa padanya sampai tidak mau melepaskan dia!?" tanya Natalie lagi dari sebrang sofa ruang tengah yang sepi. Nada bicaranya menaik, punggungnya menegap tegak. Mata wanita itu menyalang ke arahnya.
"Dari awal kupikir kau tidak berpihak pada siapa-siapa. Namun nyatanya, kau sudah terpengaruh oleh Cindy," kata Karry yang berdiri di tempat.
"Kau seharusnya tahu aku tidak pernah setuju kau dengan Charlotta. Dari awal aku membawa pembuktian untuk membuatnya melakukan hal supaya bisa meyakinkanku kalau dia menyukaimu sesungguhnya.."
"Lalu kau takut Charlotta mampu melakukan itu?"
Kata-kata Karry membuat Natalie yang duduk di sofa terpengarah menatapnya.
"Dia orang luar tanpa status keluarga yang jelas, Karry. Apa kau paham?"
Rasanya Karry ingin membanting sesuatu ke hadapan wajah ibunya. Kenapa sekarang wanita itu kembalu berpikir kuno semacam itu? Kenapa sekarang keluarganya kembali protektif dalam masalah hubungan?
"Mom, jangan membuat alasan itu sebagai urusan hubunganku dengan Charlotta. Aku menyukainya, bukan statusnya," ketus Karry yakin.
Natalie berdiri gusar, ia mengabaikan gaun malamnya yang terlipat tidak teratur di antara sofa dan meja kopi itu. Wanita itu menatapnya diam. Sorot matanya memandang marah. Ia tahu ibunya tidak ingin menghancurkan rencana ayahnya dalam kuasa untuk mengubah tradisi. Tapi mereka terlalu egois, dan Karry lelah untuk terus menjadi tidak berguna dalam membela opininya sendiri.
"Mom, biar kujelaskan sekali lagi. Ini bukan tentang Charlotta atau tentang hubungan kita. Tapi ini tentang aku. Aku menyukainya, dan tidak ada yang bisa memisahkan kami bagaimanapun Dad menolaknya."
Alis Natalie makin mencuat. Matanya membelalak, "Karry! Tidakkah kau sadar tindakanmu itu memalukan keluarga!? Kau membuat Cindy seolah-olah seperti perempuan tidak berguna! Kau seharusnya menghormati keberadaannya! Kau seharusnya menyukainya daripada orang luar itu!"
Gelagak yang tadi tersekat dalam kerongkongan Karry akhirnya meledak.
Ia menatap ibunya takjub. "Mom, sadarlah! Kau bahkan orang luar juga!"
Suara Karry membahana ke seluruh ruangan. Dalam detik selanjutnya, hening mencekam.
Karry masih tidak mengerti kenapa ibunya selalu gontok pada perjodohan itu. Walau ayahnya sampai sekarang belum melihat situasinya secara langsung, tapi ia tidak peduli. Ia tidak akan menerima perjodohan itu. Bagaimana pun, semua sandiwara ini sudah terlalu jauh berjalan, dan ia tidak bisa pasrah begitu saja. Apalagi ketika sudah di perjuangkan setengah jalan, ia tidak ingin sia-sia menjadi hasilnya. Terlebih, ia hanya ingin menanti hari di mana ia berani mengungkapkan itu semua.
Ia tidak pernah takut pada akibatnya. Setegas apapun ayahnya itu, tapi seharusnya beliau masih memiliki sedikit rasa kebijaksanaan. Apalagi ini mengenai keluarganya. Seharusnya ayahnya tahu bagian mana yang terpenting untuk diutamakan. Perasaan.
"Aku selalu menahan kata-kata itu, Mom. Tapi tidak ada kenyataan yang lebih bisa mengalahkan pernyataanmu selama ini kecuali itu," lanjut Karry. Ia memandang ibunya yang terenyak. Tahu kalau semua itu fakta yang akan tetap berada di atas segala tuntutan. Mereka sama-sama orang luar, lalu kenapa harus membuat perbedaan ketika darah mereka sama?
Hening merambat beberapa detik. Karry tidak tahu apakah ibunya sakit hati atau tidak. Tapi air muka wanita itu jelas berubah. Wajahnya yang merah padam kini melunak.
Natalie menarik napas susah payah. Ia berkata setengah tak rela. "Karena itu, aku tidak ingin dia menjadi pacarmu."
Karry mengernyit tegas. "Apa maksudmu?"
Dengam bimbang, Natalie melanjutkan, "karena aku tidak ingin dia merasakan hal yang sama sepertiku. Aku tidak ingin dia sengsara seperti yang terjadi padaku dulu ketika aku berpacaran dengan ayahmu."
***
J
ang janggggg. Nahh ternyata Natalie ada sesuatu di masa lalunya ya. Hmm, penasaran? Tunggu kelanjutannya besok ya. Terima kasih^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro