Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

53 : CHARLOTTA DAN KARRY

MANHATTAN BRIDGE HIGH SCHOOL
KARRY DAN CHARLOTTA

Di depan balkon kelas A, sebelum bel berdering masuk, Charlotta buru-buru mencuci mukanya. Ketika meninggalkan Marie dan Anna, kedua gadis itu hanya bergeming menyesal. Charlotta tak tahu apakah mereka akan kembali padanya, karena setelah dua tahun, ini adalah perdebatan terbesar. Charlotta tahu adat Marie seperti apa. Dia akan mengakui kesalahannya dan meminta maaf jika itu benar. Tetapi, untuk urusan ini, Charlotta tidak tahu apakah Marie tetap bersikeras dengan egonya saat tahu Marie sangat membenci kaum seperti Karry Wang. Ia menghela napas beratnya, memandang langit kota yang cerah.

Seandainya aku tidak menerima perjanjian dengan Karry, apakah langit ini akan tetap terasa sama?

"Weh, PR Matematikamu lumayan." Tiba-tiba suara Karry menerjangnya dari belakang. Charlotta menoleh cepat, mendapati cowok itu sedang memegangi satu buku catatan, membuka-buka lembarannya.

Charlotta langsung menyambar bukunya sebelum Karry yang menunjukkannya terlebih dahulu.

"Enam puluh lima. Bukankah lebih baik daripada tiga puluh?" kata Karry santai.

Charlotta mendelik. "Sshh! Bisakah kau pelankan suaramu? Cukup dipermalukan olehmu saja, orang lain tidak boleh!"

Ia melihat jawaban matematikanya di coret-coret dengan bolpoint merah, kemudian ada coretan angka enam puluh lima yang besar di ujung lembarannya. Tiba-tiba, Charlotta merasa sangat bangga.

"Bagimu nilai ini seperti sembilan puluh sembilan mungkin," sahutnya.

Karry memasukkan tangan ke saku celana, berkata tanpa beban. "Bagiku seratus."

Charlotta mendengkus jengah. Bagaimana bisa ia berkata sombong tapi wajahnya sangat dingin begitu?

"Ada apa dengan matamu?" tunjuk Karry dengan telunjuknya yang mengarah ke mata Charlotta yang sedikit sembab. Dengan sekali tepis, Charlotta menjawab, "apa? Mataku kenapa?"

"Kau habis menangis?"

Ingin menyimpan gelagapannya bagaimanapun, Karry sudah benar dari awal. Tapi, Charlotta sama sekali tidak ingin cowok itu tahu tentang permasalahannya dengan para Gummy.

"Siapa yang habis menangis? Sepertinya kau terlalu sering memperhatikanku sampai-sampai lebih teliti dibandingkan aku sendiri," alih Charlotta tersenyum penuh kemenangan.

Namun, di luar dugaan, Karry tiba-tiba menunduk, menyamakan wajah, kemudian menatap intens. Memandang kedua mata Charlotta dekat-dekat sampai anpa sadar, ia menahan napas.

"Kau jelas habis menangis." Tatapan pertama rasanya Karry seperti hanya ingin mencari kebenaran kalau ia habis menangis, tapi tatapan kedua, tatapan itu menjalar berubah seperti ingin mengulik perasaan Charlotta yang sebenarnya. Manik cokelat madu itu meleleh dalam balutan degup jantung yang berdetak dua kali lebih cepat. Dalam manik itu, Charlotta bisa melihat dirinya sendiri yang termangu, membeku di antara semua hal mengenai Karry. Seakan dengan mata itu, ia bisa berhenti berpikir dan hanya terpaku di atasnya. Hangat dan nyaman.

"Ternyata selain sombong, kau sangat sok tahu, ya," ujar Charlotta berkali-kali menyeka kegugupannya dengan jawaban cerdik. Sebelah tangan Charlotta terangkat lalu dengan pelan mendorong dahi Karry untuk menjauh.

"Apa ada masalah?" Karry tidak peduli, ia terus menatapnya.

"Jangan pedulikan aku," sahut Charlotta membuang pandangan ke belakang, kembali menatap langit kota. Ia tidak ingin Karry melihat sebersit rasa sedih terhadap sahabat-sahabatnya itu. Ia tidak ingin Karry mencari tahu, atau bahkan membuat Karry mengambil opini tersendiri. Bagi Charlotta, opini Karry terlalu berharga sampai rasanya hal seperti ini tidak ada pengaruh baginya.

"Kalau aku ingin peduli terhadapmu, bagaimana?" Suara Karry tanpa frekuensi itu menggetarkan pasak Charlotta yang sudah tertanam kuat dalam prinsipnya.

"Sejak kapan kau berusaha peduli pada sesuatu Karry? Sejak kapan kau merasa aku harus kau pedulikan?"

Karry tak menjawab, tapi Charlotta tahu cowok itu terus memandangi punggungnya tanpa menemukan kata-kata yang tepat untuk menjungkirbalikkan fakta itu.

Jangan pedulikan aku. Jangan membuatku semakin menyukaimu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro