35 : SIDE STORY - 3
MASIH SATU TAHUN YANG LALU
MANHATTAN BRIDGE HIGH SCHOOL
A CLASS
Pelajaran olahraga kelas A siang itu berlangsung di lapangan pasir lompat jauh. Semua murid kelas A dengan tertib berbaris dan mendengarkan instruksi guru Calvin di depan mereka. Tiga puluh pasang mata memperhatikan dengan seksama. Seragam olahraga mereka masih kering karena jam pelajaran baru saja akan di mulai dengan percobaan lompat jauh.
Dari antara pilar dan semak-semak, Anna bersembunyi dalam hening. Ia mengambil ponsel layar sentuhnya, buru-buru menelepon Charlotta dan Anna yang berada di ruang kelas A yang kosong.
"CS, situasi sangat aman. Kau boleh beraksi sekarang," bisik Anna di antara semilir angin. Ia menunduk ketika ada dua orang guru melewati koridor. Kelas E sedang kosong, waktu bebas untuk menjahil. Apalagi, rencana ini adalah rencana terkeren yang akan mengejutkan Karry Wang.
"Roger, that!" Charlotta langsung menutup telepon. Di ujung gedung sekolah lainnya, Charlotta dan Marie sedang melangkah mengindik-ngindik ke ruangan A Class yang sepi. Setelah melewati ruang kepala sekolah tanpa suara, keduanya buru-buru berderap ke dalam kelas A yang tidak dikunci.
Panel pintu bekas Charlotta memoleskan cat tadi sudah dibersihkan. Charlotta dan Marie yang sedang mengunyah permen karet masuk ke dalam kelas yang sepi sambil memandang berkeliling memastikan tidak ada orang yang melihat mereka. Setelah aman, keduanya masuk dengan sangat perlahan menutup pintu.
Charlotta berdiri di depan kelas A yang rapi dan bersih. Ia memandang berkeliling memastikan kalau tidak ada orang lain selain mereka. Marie, si pembenci manusia berotak pintar dan cerdas bergidik.
"Gee, aku dikelilingi orang-orang autis. Lihat tempat ini. Menyedihkan sekali. Buku adalah pemandangan yang membosankan!" Marie mendengkus sambil menghentakkan buku di atas meja salah satu kelas.
Charlotta terkekeh pelan, lalu matanya langsung mengarah ke tas ransel hitam di tengah ruangan yang sudah pasti---itu milik Karry. Ia tersenyum miring, merasa kemenangan bakal ada di tangannya. Sambil melangkah, ia mengunyah permen karetnya sampai lembek dan mulai mencari-cari buku pelajaran Biologi dari laci cowok tersebut.
Marie yang melihat itu langsung berlari dan menggeledah mejanya sampai berantakan, mencari buku tugas.
Charlotta menemukan buku itu di laci meja. Marie tertawa sekilas, buru-buru ingin memuntahkan permen karet dari dalam mulutnya. Tetapi Charlotta diam dan memperhatikan sekitar. Di luar jendela, samar-samar suara gemerisik daun hening. Dengan sigap, ia membelah pertengahan buku, meletakkan permen karet kunyahannya di antara selipan kertas lalu menutup buku tersebut. Marie membantu Charlotta menekan buku itu rasanya sampai menempel satu sama lain. Gadis berambut blonde itu tertawa-tawa puas. Kemudian dengan tanpa peduli meletakkan lagi buku tersebut ke dalam laci.
Anehnya, waktu itu Charlotta merasa khawatir. Tapi entah pada apa.
Setelah berhigh five, Marie dan Charlotta buru-buru keluar kelas sebelum bel pergantian pelajaran berbunyi.
***
"Ah licik. Karry kan memiliki kaki yang panjang maka itu dia bisa melompat jauh hampir satu meter," komentar Josh sambil mengusap keringat di keningnya. Albert dan Karry berjalan di sampingnya. Yang dibicarakan hanya tersenyum kecil. Langkahnya ringan dibungkus sepatu olahraga. Albert melongok dari samping. "Josh, kau salah kalau iri pada Putera Mahkota yang satu ini. Kau tidak akan pernah menang."
Karry tergelak pelan sambil menggeleng sedangkan Josh melempar diri ke sisi Albert sambil mengguncang kepala Albert, tertawa-tawa. Tubuh Josh yang pendek sedikit kesulitan mencapai kepala Albert yang lebih tinggi. Dan pergerakan itu membuat Karry tidak tahan untuk tertawa.
"Hei, jangan bangga pada dirimu, Tuan Pangeran. Gee, siapa bilang aku iri, aku ini lebih hebat, lihat saja nanti."
Albert tertawa-tawa disusul Karry. Semua tahu kalau gaya bicara Josh yang kelewat percaya diri itu hanya gurauan walau wajahnya berekspresi murung. Tapi seburuknya Josh, ia tidak pernah benar-benar menginginkan apa yang Albert atau Karry miliki.
Jonathan Albert, kapten basket putra di Manhattan Bridge yang tinggi dan berwajah idol selalu rendah diri. Ramah senyum. Karry Wang, si Putera Mahkota Asia yang sangat digilai para siswi, walaupun memiliki visual kelewat sempurna dan berbadan tinggi, Josh tidak pernah sekalipun mendengar temannya itu memuji dirinya sendiri. Berbanding dengan dirinya sendiri, Josh tidak memiliki kelebihan yang menonjol untuk digilai atau dijadikan idol sekolah seperti kedua temannya itu.
Beberapa siswi putri membawa seragam untuk berganti di ruang loker. Albert melengang ke dalam kelas sambil merenggangkan ototnya dan melempar diri ke kursi di sebelah Karry. Matanya sedikit terpengarah ketika melihat buku-buku di meja Karry berantakan.
"Hey, berantakan sekali," kata Albert sambil memunguti beberapa buku yang jatuh. Karry yang berjalan di belakangnya mengernyit diam, memandangi kondisi meja kursinya yang tidak normal. Terlebih Josh, ia melompat dari sisi samping dan berjalan ke arah meja Karry yang berantakan itu.
"Wah, firasatku terasa tidak enak," ujar Josh sambil menumpuki buku-buku pelajaran Karry yang tipis ke atas meja.
Karry tidak mengatakan apa-apa sampai Josh tiba-tiba berjengit sendiri ketika tangannya menyentuh satu buku tulis dari dalam laci. Cowok itu menatap Karry dengan ngeri, seakan ingin memberi tahu kalau benda itu seperti ada sesuatu.
Dari samping, Albert beranjak menghampiri buku yang sedang di pegang dengan dua jari Josh---telunjuk dan jempol---lalu merampas buku sambil membukanya.
Tapi fatal. Albert tersontak ketika menemukan belahan buku satu sama lain saling merekat. Karry mengerut semakin dalam, menatapi benda yang melekat di antara sisi kertasnya.
"Ya tuhan. Apa ini...?"
Albert membuka buku perlahan-lahan, lalu menemukan permen karet yang merenggang menempel di antara sisi kertas. Josh berjengit jijik, sementara Karry melotot.
Permen karet sialan itu ada di buku Biologinya. Dan ia harus menyerahkan tugas di dalamnya kepada Ms. Frose hari ini.
"Siapa...?" Belum selesai Karry menebak, Josh dan Albert sudah lebih dulu mengenali.
"Tidak salah lagi. Ini pasti ulah CS."
***
Wow wow wowww. Charlotta bener bener keterlaluan yah isengnya. Kalau kalian pernah jadi korban jahil juga? Atau justru kalian yang jahilin? Wkwk emang seru sih jahilin orang, tapi pada prinsip Charlotta, dia jahil untuk menjatuhkan citra orang. Ckckck Dasar CS ya. Jangan ditiru ya gais xD
Okey, see you tomorrow. Kalau ada yang mau aku update dua, komen aja yaa!^^ dua orang yang minta langsung ku update. Yok!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro