34 : SIDE STORY - 2
"Kau yakin ini akan aman, CS?" bisik Anna dari sebelahnya. Mereka sedang mengintip dari balik pilar besar yang mengarah ke depan pintu kelas sepuluh A yang sepi.
"Aman. Aku sudah menghitung waktu masuknya. Dan biasanya cowok itu datang dalam beberapa menit lagi," jawab Charlotta tak beralih dari pandangannya pada panel pintu kelas berlapis kekuningan. Sebelumnya, panel itu sudah dilapisi cat hitam yang lengket dan bau. Charlotta yakin sekali kalau derap langkah seseorang dari ujung lorong sebelahnya adalah milik Karry.
"Sayang sekali Marie belum datang, seharusnya ia merekam ini," ucap Anna setengah terkikik, membayangkan Putera Mahkota itu mendesis jijik ketika tangannya terkena cat hitam yang bau tersebut. Bagi seorang pangeran, hal itu pasti sangat hina bisa terjadi padanya.
Suara langkah kaki itu makin mendekat, Anna dan Charlotta sama-sama tegang ketika melihat bayangan cowok dari lorong itu terlihat dan...
Mata Charlotta dan Anna membeliak terkejut.
Itu Profesor Adam!
Anna menepak punggung Charlotta untuk segera tersadar apa yang akan terjadi.
Jangan...
Jangan...
Jangan salah orang lagi...
Selamat. Profesor Adam baru saja datang dan bergegas melewati pintu kelas A tanpa menyentuh panelnya. Anna menghela napas lega, begitu pula Charlotta yang khawatir kena hukuman lain jika ada guru yang kena imbasnya.
"Sial. Bagaimana kalau kita salah sasaran?" Anna mulai terang-terangan merasa khawatir. Kalau Anna sudah berkata begitu, biasanya apa yang Charlotta rasakan dalam hati terasa semakin nyata dan terasa tidak enak. Ya, bagaimana langkah kaki selanjutnya ini bukan milik Karry? Bagaimana kalau hari ini Karry ternyata telat bangun beberapa menit lalu kedahuluan teman kelasnya yang lain...
Dari lorong, terdengar gema langkah sepatu yang ringan disertai obrolan suara rendah yang meriuh. Anna dan Charlotta saling pandang karena suara rendah dan kecil itu pasti milik Karry.
Anna kembali menatap ujung lorong dengan pandangan mantap. Hatinya berdebar-debar, mulai membayangkan reaksi jelek Karry. Apalagi, dari ujung lorong lainnya mulai nampak gerombolan gadis yang biasa disebut penggemarnya. Sudah tidak perlu dipungkiri lagi, orang yang sebentar lagi muncul di ujung lorong adalah Karry Wang.
Charlotta menahan napas ketika hidung Karry muncul dari bibir gang. Ia refleks menarik kepalanya mundur, menatap Anna sekilas sambil terkikik lalu kembali mengintip pelan-pelan.
Ternyata Karry tidak sendirian. Dia bersama Albert. Keduanya berjalan dengan tenang ke depan pintu kelas yang tertutup. Charlotta sempat melihat Albert tertawa pada obrolannya sedangkan lawab bicaranya itu hanya tersenyum kecil tidak berekspresi banyak.
Tiga langkah lagi...
Anna meremas pundaknya perlahan-lahan mengikuti debar jantungnya menanti momen telapak tangan Karry menyentuh panel pintu.
Punggung Albert dan Karry membelakanginya, namun terlihat dengan jelas tangan Karry yang terangkat lebih dulu untuk membuka panel. Charlotta nyaris menjerit, bahkan ia hampir menggigit bibirnya. Namun tiba-tiba, tangan Albert menepuk pundak Karry dengan cepat. Ketegangan yang bersemerbak tadi mendadak berubah dalam sekali kedip. Charlotta tercekat ketika tahu kalau sebelah tangan Albert ternyata menahan tangan Karry yang hendak membuka pintu sedangkan sebelah tangan Albert lainnya hendak menyentuh panel dan...
Anna meremas pundaknya sampai Charlotta berjengit sakit.
"AH! APA INI?" Suara Albert yang serak terkejut menepiskan keheningan sepanjang lorong. Cowok itu menatap cairan lengket di tangannya dengan ngeri. Seribu lipatan di dahinya teruas, Karry memandang kejadian itu sedikit menyipitkan mata, bingung.
"Apa itu?" Hidung Karry mendekat ke panel, membaui bau cat itu.
Charlotta dan Anna yang berdiri di tempatnya berjengit kaget. Keduanya terperanjat, saling pandang namun tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Oli?" tanya Karry tak yakin, merasakan bau itu menyengat. Ia mengerutkan kening, kemudian memandang berkeliling hingga tanpa sadar melihat ke arah manik cokelat Charlotta yang terlambat menarik wajahnya mundur dari sorotan 'siapa yang melakukan ini' dari Karry.
Charlotta tersentak, saat detik terakhir ia melotot menyadari Karry yang melihatnya dari balik pilar, seketika Anna menarik punggungnya untuk segera menyingkir dan kabur.
"Kenapa diam saja! Ayo lari!" bisik Anna segera menarik tangannya hendak kabur. Namun terlambat, Karry sudah lebih dulu menyenggol tubuh Albert yang masih bergidik jijik dan berteriak dengan lantang ketika tahu itu perbuatan si Ratu Jahil.
"HEI! CS! AWAS KAU, TUNGGU PEMBALASANKUU!"
***
Di depan kelas E yang ramai, Anna menghela napas sambil menyandar di pagar balkon kelas, menatap sinar matahari yang sinarnya menyorot luas di langit biru pagi hari.
"Kita ini benar-benar bodoh, ya," ujarnya pasrah.
Charlotta menggigiti kulit bibirnya dengan gelisah, sebelah tangannya saling mengait seiring kepalanya berpikir sambil memutar balikkan kejadian pagi tadi. Marie sedang mengasah kukunya yang lentik sambil sesekali melihat bayangan jemari panjangnya dari balik sorot sinar mentari.
"Tenang saja, Anna. Hanya Albert ini masalahnya," ujar Marie tanpa beban.
"Aku tahu, tapi rasanya kesal kalau kami gagal."
"Aku jadi gemas," sela Charlotta menghentikan kegiatannya lalu berbalik menghadap langit di antara menara-menara gedung New York yang bersimbah sinar matahari.
"Oh, oh, oh. Jangan bilang kau mulai kecanduan untuk benar-benar membuat Karry dipermalukan?" Anna menegakkan punggungnya, menatapnya sungguh-sungguh.
"Loh? Kenapa tidak? Lagi pula, rencana kita tadi gagal. Karry masih berekspresi datar. Aku ingin melihat dia berjengit jijik seperti Albert tadi," jelas Charlotta tenang.
Anna menggeleng-geleng penuh takjub. Tak menyangka dengan jawaban Charlotta.
"Wah, kau ini... Jangan-jangan, kau sedikit penasaran dengan reaksinya?"
"Tentu saja aku penasaran. Wajah Karry yang super datar itu butuh sedikit emosi untuk ditaklukan."
Marie tergelak pelan, nada remehan.
"Menggelikan. Lalu, apa rencanamu selanjutnya, CS?"
Charlotta memandang luas ke arah langit dan lapangan depan yang penuh hamparan rumput di depan sekolah yang ramai murid berseragam yang berlari-lari takut terlambat. Berpikir, rencana apalagi yang bisa memuaskan dirinya.
"Hmm.. mungkin hal yang bisa membuat Karry tidak pernah melakukan masa itu."
Anna terkejut pelan dari sebelahnya. "Kau yakin? Dia itu bukan orang biasa, CS..."
"Aku tahu." Charlotta menoleh melihat Anna yang berkerut cemas. "Dan aku tidak peduli. Yang penting bagiku adalah melihat wajah Karry berubah, atau setidaknya dia bisa merasakan kekuatanku di sekolah ini. Bukan begitu?"
Charlotta menaikan kedua alisnya, meyakinkan pernyataannya. Marie tertawa pelan, mengangguk setuju.
"Aku setuju! Bagaimana kalau selanjutnya aku yang beri rencana? Sebetulnya, aku ingin membuat cowok belagu itu sedikit 'bereaksi'.."
Marie mulai mendekat ke keduanya, lalu berbisik mulai mengeluarkan isi kepalanya yang ternyata lebih parah dari apa yang Charlotta pikirkan.
***
Hm, rencana apa lagi nih besok? Oiya, masih part flashback ya. Kalau ada yang kepo, sabar ya, besok daku update hehe. Dua, mau? Komen dong biar cemungudh^^
Thank you!^^
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro