Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB VII : Kebenaran

Sudah seminggu ini teman-teman kelas sedikit menjauhi Anna. Mereka seolah lebih memilih percaya dengan rumor buruk tentang Anna daripada menanyakannya langsung. Tentu saja hal itu tidak berlaku untuk Yumi. Gadis bersurai merah muda itu tetap setia menempel pada Anna meski teman dekatnya itu bungkam perihal rumor tersebut.

Aku takut Yumi yang satu-satunya teman dekatku akan pergi juga saat tahu bahwa rumor itu benar.

Begitulah isi pikiran Anna. Dia tentu saja murung selama satu minggu ini dan selalu menghindar tiap kali Reo ada di pandangannya. Yumi yang sadar tentang hal itu pun tak bisa berbuat banyak sebab ia sendiri tak tahu apa-apa.

Siang itu, sepulang sekolah, Anna kembali bekerja sambilan di salah satu restoran cepat saji. Untuk mendapatkan pekerjaan ini, dia sampai harus repot-repot memalsukan umurnya setahun lebih tua agar bisa diterima. Di ruang ganti staff, Anna mengganti seragam sekolah dengan seragam pelayan. Tak lupa ia mengenakan topi dan celemek.

Ia tersenyum menyapa pegawai-pegawai lain dan mulai tugasnya membersihkan meja-meja yang kosong. Namun, di tengah kegiatan itu, pemikirannya berkecamuk. Dia jadi takut kalau akan ada yang mengenalinya. Jantungnya berdebar kencang, memicu adrenalin hingga sebuah suara mengagetkannya.

"Permisi, aku mau pesan sesuatu."

Anna kemudian cepat-cepat berbalik dan memasang senyum. Namun, apa yang dilihatnya kemudian adalah sebuah mimpi buruk. Di meja sudut restoran, netra birunya bersitatap dengan netra ungu milik Mikage Reo. Pemuda itu mengangkat tangannya rendah lalu tersenyum hangat, seolah dia memang sudah tahu Anna bekerja di sana.

Jarak mereka tak jauh, hanya dipisah satu meja saja. Wajah Anna yang memucat seketika membuat Reo penasaran.

"Hei, apa kau baik-baik saja?"

"K-kenapa kau di sini?!"

"Apa itu kata-kata yang tepat untuk kau sampaikan pada orang yang satu minggu lebih kau coba hindari?"

Reo menyadari semua, tentang Anna yang memang sengaja menghindarinya selama satu minggu terakhir. "H-huh? Itu pasti cuma perasaanmu saja."

Kemudian pemuda yang masih mengenakan seragam sekolah itu bangkit dari kursi dan mendekati si pelayan mungil. Si pemuda bersurai ungu itu menatap lembut, dengan sedikit bias penasaran dan rindu dari matanya. Sedangkan Anna balik menatapnya dengan tatapan horor dan khawatir. Ia takut Reo akan jijik padanya.

"Anna-chan, aku mendengar rumor...."

"Iya, rumor itu benar." Anna menjawab dengan kedua tangan mengepal kuat. Napasnya mulai memburu. "Aku memang anak beasiswa! Hah ... dan aku memang bekerja paruh waktu! Kau dan mereka ingin mendengar itu supaya bisa meledekku, kan?!"

Netra Reo membelalak, ia tak menyangka respons gadis di depannya akan seemosional ini. Apa yang salah dari bekerja paruh waktu? Bagi pemuda itu, justru Anna yang sekarang terlihat dewasa.

"Hei, tenangkan dirimu lalu kita bicara lagi nanti," ujar Reo menenangkan, "kapan jam kerjamu selesai?"

"Tiga jam lagi."

"Oke. Aku tunggu."

✨️

Begitulah, pada akhirnya Anna dan Reo duduk saling berhadapan dengan latar belakang langit malam. Mereka masih ada di restoran itu, duduk di meja paling pojok yang sulit dilihat orang-orang.

Anna menghela napas, ia telah memutuskan untuk menceritakan semua rumor yang beredar tentangnya kepada Reo. Ia tahu mungkin pemuda itu akan jijik padanya, tapi gadis itu tidak memiliki pilihan lain.

"Aku memang anak beasiswa. Aku tidak punya cukup uang untuk bersekolah dan melanjutkan hidup. Aku juga tidak ingin merepotkan keluargaku lagi. Jadi aku memilih SMA Hakuho, sekolah elite yang memiliki asrama agar aku bisa hidup gratis dengan fasilitas sekolah." Anna memulai ceritanya.

"Tapi aku tetap saja butuh uang untuk hidup, jadi aku bekerja paruh waktu di sini. Kau tahu? Aku bukanlah anak kaya sepertimu atau murid SMA Hakuho yang lain. Aku hanya ... Anna."

Bahu Anna merosot, di titik ini dia sudah sangat pasrah. Ia bahkan sudah siap merelakan kehilangan simpati Reo sebagai temannya.

"Meski aku yatim piatu miskin dan tinggal di apartemen reyot, tapi mimpiku untuk bisa jadi mahasiswa tidak mati. Aku tidak akan pernah menyerah meraih mimpiku meski aku harus berkubang lumpur sekalipun. Makanya, aku berjuang keras mati-matian."

Netra Reo berbinar. Bibirnya tersungging membentuk senyum dan di saat yang sama ada debaran halus nan nyaman di dalam dadanya. Anna pada saat ini sungguh terlihat bersinar di mata si pemuda. Gadis mungil di depan, rela berjuang dari nol seorang diri meski serba kekurangan. Di luar penampilannya yang mungil, ternyata dia gadis tangguh.

"Lalu apa yang salah dengan itu?" tanya Reo tiba-tiba, yang membuat Anna menatapnya dengan netra yang sudah basah.

"Anna-chan, kau sangat keren. Tidak banyak gadis tangguh yang kutemui selama hidupku. Kau tahu? Di mataku kau adalah gadis yang hebat....."

"Hah? Apaan itu? Berlebihan sekali, hehe...." Anna mau tak mau dibuat terkekeh dengan pernyataan Reo yang menurutnya konyol.

Lantas Reo menggeleng cepat. "Tidak, aku serius. Kau membuat apa yang terlihat tidak mungkin menjadi mungkin dengan otakmu yang cerdas. Kau tahu? Kau sangat menarik dan seribu kali lebih menarik saat kau menceritakan hidupmu padaku."

Anna tertegun.

Reo makin mengembangkan senyumnya, namun kali ini wajahnya memerah. Perlahan, ia raih jemari tangan gadis itu dengan lembut dan penuh kehati-hatian. Ia makin yakin kalau Anna adalah sosok yang ia cari dan harus ada di dalam kehidupannya.

"Anna-chan, you deserve better than this. You're a queen. And I like you a lot."

"H-heeeh?!"

"Wanna be my girlfriend?"

"N-no." Singkat, padat, jelas.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro