BAB III : Tuan Pangeran
◇ disclaimer;
Blue Lock diciptakan oleh Muneyuki Kaneshiro dan Yusuke Nomura. Saya hanya meminjam karakter-karakternya dan sama sekali tidak mengambil keuntungan materiil dari adanya tulisan ini.
Tulisan ini terinspirasi dari light novel spin-off Blue Lock official. Jadi gaya bahasa disesuaikan dengan versi terjemahan aslinya.
.゚+.(・∀・)゚+.゚
“Anna-chan~”
Satu bulan berlalu sejak hari upacara penerimaan siswa baru. Musim semi masih mengiringi, hanya saja sakura mulai lebih sering berguguran. Di pagi yang dingin itu, Anna mengerjapkan netranya begitu ada suara yang memanggil dari belakang.
“Siapa―huh?!”
Lengannya seketika diapit. Fukada Yumi lah sang pelaku. Si Tuan Putri yang sebulan lalu dihadiahi tur keliling Eropa dari orang tuanya tersebut kini secara ajaib menjadi teman dekat Anna. Yumi memeluk lengan teman dekatnya itu sembari menyeretnya paksa ke arah gymnasium.
“Y-Yumi, hei! Aduh, apa sih? Kamu tahu hari ini aku ada piket kelas, kan?” Anna melayangkan protes, tapi kakinya tak urung ikut melangkah.
“Ssst! Hari ini dia sedang latihan uji coba,” ujar Yumi dengan wajah kegirangan.
Si gadis bersurai biru gelap menghela napas. Ia sudah tahu betul siapa yang temannya itu maksud. Siapa lagi kalau bukan si selebriti super, anak tunggal dari top 200 keluarga terkaya di dunia, Mikage Reo. Bibir Anna mengerucut ke depan, ia tak pernah berpikir kalau Reo se-spesial itu. Malah justru pemuda seperti Reo adalah tipe manusia yang Anna paling hindari sedunia.
Kenapa sih, semua orang menyukai dia dan aku harus ikut terseret?!
Kedua gadis itu masuk melalui pintu kecil di sisi gedung gymnasium dengan langkah setengah cepat. Yumi tampak sangat bersemangat sampai-sampai Anna harus membuat langkahnya terseok-seok, mengikuti kecepatan gadis itu. Lantas mereka duduk di salah satu kursi tribun, menghadap sekolompok anak lelaki yang tengah bermain basket.
“Itu Reo … hngg~♡” Yumi mengigit bibir bawah sembari jemarinya mencengkram tangan Anna.
Sementara itu, si gadis bermarga Hishimoto hanya duduk diam. Ia tak pernah tertarik dengan olahraga, jadi netranya hanya mengikuti ke mana gerakan bola basket memantul dan melambung. Dan, di sana … bola tersebut sampai di tangan seorang pemuda tinggi bersurai ungu. Bagi Anna, dia tampak seperti laki-laki penuh percaya diri yang banyak bicara.
Lelaki itu berlari, menerobos pertahanan tim lawan dan melompat.
Prritt!
Bola basket masuk ke ring. Latihan uji coba itu berakhir. Semua anggota eskul basket menghampiri si anak kelas satu lalu mengajak bertos ria. Anna memperhatikan sambil menopang dagu kebosanan.
“Jadi Reo-kun, bagaimana? Apa kau tertarik bergabung dengan ekskul basket?” tanya seorang pemuda jangkung. Menurut asumsi Anna, orang itu adalah ketuanya.
“Emh, tadi seru sih, hahaha. Tapi aku tidak ingin bergabung.” Reo tersenyum lebar lalu mengusap keringat di pelipis dengan handuk kecil.
“EEEEHH?!”
“Ah, sudah, ya. Aku harus ke kelas. Sampai jumpa.” Reo buru-buru melihat jam di ponselnya lalu berlalu dari sana, menyisakan anggota ekskul basket yang meradang. Padahal mereka yakin ekskul basket akan naik pamor jika Reo bergabung.
Yumi tak kalah meradang. Ia seharusnya datang lebih pagi dan menonton latihan uji coba ini. Kaki gadis itu mengentak-entak ke lantai layaknya anak kecil yang tidak dibelikan permen.
“Aaaaah~! Begitu saja?” Yumi merengek sembari mengguncang-guncang lengan teman dekatnya.
“Hah … memang apa bagusnya si Mikage Reo itu sampai kamu sebegininya?” tanya Anna sembari mengembuskan napas jengah.
“Anna, apa hatimu buta? Reo itu keren, tampan, kaya dan pintar. Semua orang mengagumi dan ingin dekat dengannya,” jelas Yumi tak habis pikir, “dia bahkan punya fanclub-nya sendiri di sekolah ini.”
Bibir Anna berdecak. Sudah Anna duga, si Reo ini pasti adalah tipikal orang kaya sombong nan narsis, sama seperti kebanyakan dari komunitas mereka. Oleh karena itulah, sebisa mungkin Anna harus menghindari Mikage Reo. “Fanclub? Norak.”
Yumi seketika melebarkan mata, tidak terima idolanya dikatai norak. “Anna~!”
“Yumi, kau bilang dia pintar, kan? Dengar, aku akan mengalahkan Reo di ujian tengah semester dan saat itu gelar murid paling pintar akan jatuh padaku.”
Anna berapi-api, ia mulai kesal dengan orang-orang di sekolah ini yang memperlakukan Reo bak seorang tuan pangeran. Bagi Anna, orang-orang itu tak lebih dari sekadar penjilat.
“H-hah?!” Yumi kembali membelalak kaget, ia menutupi mulutnya yang terbuka dengan telapak tangan. “Apa tadi itu? Sebuah pernyataan perang? Lalu apa untungnya bagimu?”
Sebelah ujung bibir si gadis benetra biru terangkat. Tentu saja ia berniat menantang Reo, untuk itulah ia harus menegaskan keberadaannya di hadapan pemuda itu dengan menjadi peringkat satu pada ujian tengah semester.
Kelak saat itu tiba, sang pangeran akan benar-benar menyadari keberadaannya.
ーto be continued...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro