BAB XXIII : Bersamamu
Setelah mendengar berita itu, Lamia segera menyarankan agar Summer dan Lady Eleanor meninggalkan kantor yayasan secepat mungkin dan kembali ke rumah. Jika mereka menunggu lebih lama, kemungkinan besar kantor akan dikepung oleh wartawan, dan mereka tidak akan bisa keluar dengan mudah.
Summer merasa mulutnya terkunci, otaknya seperti berhenti bekerja, dan tubuhnya lemas seolah semua energinya menguap. Syok melanda dirinya, membuatnya tidak mampu berkata apa-apa atau menjelaskan situasinya kepada Lady Eleanor. Namun, tanpa perlu kata-kata, Lady Eleanor langsung menggenggam tangan Summer dengan erat, menyiratkan dukungan dan perlindungan tanpa syarat. Mereka bergegas menuju mobil, meninggalkan kantor dengan perasaan cemas dan terguncang, sebelum kembali ke kastil mereka.
Di dalam mobil, ketika pintu tertutup dan suara mesin mulai menderu, kesadaran Summer perlahan kembali. Rasa takut dan kecemasan masih menyelimuti, tetapi akal sehatnya mulai bekerja lagi. Summer menatap tangan Lady Eleanor yang masih menggenggam tangannya erat, merasakan kehangatan dan kekuatan dari wanita yang telah menjadi ibu baginya. Ketakutan akan ditinggalkan setelah ia mengungkapkan kebenaran merayapi hatinya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menemukan kekuatan dalam dirinya untuk berbicara.
"Ibu..." ucap Summer dengan suara lemah, penuh ketakutan dan keraguan. Ia menyadari bahwa saat ini adalah momen yang sangat menentukan. Lady Eleanor menoleh, menatapnya dengan penuh pengertian, siap mendengarkan penjelasan yang mungkin akan mengubah segalanya.
"Aku... aku tidak seperti yang pria itu katakan. Memang benar aku berasal dari East End, tapi aku selalu menjaga martabatku. Jonathan selalu menjaga batasan, dan kami tidak pernah melakukan sesuatu yang melanggar moral. Sungguh, Ibu, aku tidak pernah melakukan hal yang dituduhkan itu."
Lady Eleanor menepuk punggung tangan Summer yang masih digenggamnya erat. "Ibu percaya, Brianna. Ibu percaya pada putri ibu dan pada Jonathan. Jangan takut, ingat pesan ibu yang lalu. Kau adalah seorang Meyer dan kami keluargamu, akan selalu bersamamu." Mendengar kata-kata penuh keyakinan itu, Summer hanya bisa tertunduk dan menangis tersedu-sedu, merasa seolah semua beban yang ia tanggung akhirnya dilepaskan.
Tangisannya seakan menjadi penanda betapa berat beban yang telah ia pikul selama ini. Semua rasa takut dan tekanan yang telah menumpuk selama berbulan-bulan akhirnya meledak. Saat mereka tiba di kastil, tubuh Summer tak lagi mampu menahan semua itu. Ketika pintu mobil dibuka, Summer tiba-tiba kehilangan kesadaran, tubuhnya yang lelah menyerah pada semua tekanan yang telah ia alami. Lady Eleanor segera memanggil bantuan, menatap putrinya dengan kekhawatiran yang mendalam, tetapi juga dengan tekad untuk melindungi Summer dari semua bahaya yang mengancam.
*****
Mendengar kondisi Summer saat Lady Eleanor meneleponnya tadi, Jonathan merasa semakin geram. Ia tahu bahwa semua ini pasti ulah ayah atau adiknya. Rasa bersalah menyelimuti dirinya, karena ia merasa bertanggung jawab atas semua yang terjadi. Summer, yang ia kenal adalah perempuan berwatak keras dan memiliki tekad yang kuat. Summer juga selalu berusaha menangani semuanya sendiri tanpa mengenal lelah. Namun, skandal yang melibatkan Jonathan, peristiwa penyerangan, dan gosip yang kini beredar benar-benar sudah melemahkannya.
Lady Eleanor memberitahu bahwa Summer jatuh pingsan, mengalami demam, dan sepanjang tidurnya terus mengigau, mengucapkan kata maaf sambil memanggil "Ibu." Lady Eleanor tahu bahwa panggilan itu ditujukan padanya, dan hatinya hancur melihat putrinya dalam kondisi seperti itu. Tak tahan dengan situasi ini, Lady Eleanor menelepon Jonathan untuk memarahinya. Jonathan, meskipun terkejut, sepenuhnya memahami kemarahan wanita yang sudah ia anggap sebagai keluarganya itu. Rasa penyesalan dan tanggung jawab memenuhi pikirannya, memperkuat tekadnya untuk memperbaiki situasi dan melindungi Summer dengan segala cara.
Jonathan merasa bahwa inilah saat yang tepat untuk mengklarifikasi semua skandal yang beredar. Meski awalnya enggan, ia akhirnya memutuskan untuk hadir di acara "Reveria Talk," sebuah talk show yang sering menghadirkan tokoh-tokoh penting di negara ini, mulai dari artis, pengusaha, hingga politisi. Jonathan sempat menolak undangan ini, tetapi setelah mempertimbangkan situasi yang semakin tidak terkendali, ia meminta Norin untuk menjadwalkan kehadirannya di acara tersebut.
"Selamat datang di Reveria Talk, Tuan Jonathan Alden. Saya harap Anda selalu sehat," sambut pembawa acara dengan senyuman hangat.
Jonathan membalas dengan senyuman paling manisnya, "Terima kasih atas sambutannya yang hangat. Kondisi saya saat ini baik-baik saja."
Segmen tanya jawab dimulai dengan diskusi mengenai kebijakan kesehatan baru yang tengah diusung Jonathan. Namun, tak lama kemudian, pembicaraan beralih ke topik yang lebih pribadi.
"Belakangan ini, beredar kabar tentang skandal Anda dengan sekretaris pribadi, Jessie. Apakah berita tersebut benar?" tanya sang pembawa acara.
Jonathan menanggapi dengan tenang, "Saya sudah menjelaskan sebelumnya, berita itu tidak benar. Sejujurnya, saya sangat terganggu dengan rumor tersebut, terutama karena saya sudah bertunangan selama dua tahun. Ketika kami berencana untuk mengumumkan pertunangan ini dengan niat baik, justru kami diserang dengan berita-berita tidak berdasar."
Pembawa acara kemudian melanjutkan dengan pertanyaan yang lebih sensitif, "Bagaimana tanggapan Anda mengenai pemberitaan tentang tunangan Anda yang sangat menghebohkan pagi ini?"
Jonathan menarik napas panjang sebelum menjawab, "Jujur saja, saya sangat terkejut dengan wawancara itu. Brianna, tunangan saya, memang diadopsi oleh Lady Eleanor dari panti asuhan di East End. Panti asuhan tempatnya tinggal memiliki beberapa masalah, namun saya bisa memastikan bahwa Brianna tidak pernah melakukan hal-hal yang dituduhkan. Mengenai identitasnya, ia pun tidak mengetahui siapa orang tua kandungnya karena ia sudah berada di panti asuhan sejak lahir. Saya memahami kebingungan yang mungkin dirasakannya, karena sebagai anak yatim piatu, kami sering merasa rendah diri dan kebingungan jika ditanya tentang asal usul kami. Itu adalah sesuatu yang saya dan Brianna alami bersama."
Sang pembawa acara tampak terkejut dengan pernyataan Jonathan, "Maaf, Tuan Alden, tapi mengapa Anda menggunakan kata 'kami' untuk menggambarkan situasi tunangan Anda?"
Jonathan tersenyum kecil dan berpura-pura terkejut, "Oh, Anda tidak tahu? Saya juga seorang yatim piatu. Saya kehilangan keluarga saya saat bencana alam di pinggiran Eloise ketika saya masih berusia lima tahun. Saya terpisah dari mereka dan akhirnya dibawa ke panti asuhan yang dijalankan oleh sebuah gereja di desa itu, yang juga digunakan sebagai tempat pengungsian. Ibu saya sekarang, Isabella Alden, bersama dengan Lady Eleanor, datang berkunjung dalam rangka acara amal untuk membantu para korban bencana. Dari sanalah kehidupan saya berubah, dan saya menjadi seperti sekarang ini."
Jonathan berkata dengan penuh emosi, mengingat kebaikan ibu angkatnya. Sang pembawa acara berusaha menguasai keterkejutannya, karena tidak ada yang pernah tahu bahwa putra sulung keluarga Alden, cucu mantan perdana menteri, dan kini perdana menteri sendiri, adalah seorang anak angkat.
Saat acara hampir berakhir, pembawa acara meminta Jonathan untuk menyampaikan pesan penutup. Jonathan memandang kamera dengan serius dan tegas, "Saya akan mengambil langkah hukum terhadap pelaku penyebaran berita palsu ini atas kejahatan pencemaran nama baik. Saya juga berharap masyarakat Reveria lebih peduli terhadap anak-anak di panti asuhan. Jangan ragu untuk menjadi diri Anda sendiri, dan tunjukkan prestasi terbaik Anda, sehingga Anda dikenal sebagai individu yang berkarakter dan berprestasi."
Dengan ungkapannya, Jonathan tidak hanya membela Summer dan membersihkan namanya, tetapi juga mengorbankan privasinya sendiri untuk mengungkapkan identitasnya sebagai anak angkat keluarga Alden. Keputusan ini diambil dengan harapan untuk melindungi orang yang ia khawatirkan dan memperbaiki situasi yang semakin rumit.
*****
Setelah acara talk show yang disiarkan secara langsung selesai, Jonathan diajak oleh produser, pembawa acara, dan para kru untuk jamuan bersama sebagai ucapan terima kasih atas kesediaannya hadir. Mereka juga bersemangat karena acara tersebut meraih rating tertinggi malam itu. Namun, Jonathan dengan sopan menolak undangan tersebut, berjanji akan meluangkan waktu di lain kesempatan. Produser pun tidak memaksa, mengerti akan jadwal sibuk seorang perdana menteri, dan membiarkannya pergi.
Sebenarnya, Jonathan sudah tidak sanggup menahan sesak di dadanya. Rasa cemas dan ketidakpastian menguasai pikirannya, membayangkan konsekuensi dari pengungkapan dirinya di hadapan publik. Ia merasa seolah akan menjadi seorang anak tanpa keluarga lagi setelah ini. Dalam hatinya, ada dorongan kuat untuk segera menemui Summer. Tanpa menunda, ia meminta Norin mengantarnya ke kastil keluarga Meyer.
Sesampainya di kastil, Lady Eleanor dan Sir Reginald, yang telah menonton wawancara Jonathan di acara talk show, segera menghampiri. Mereka menyambutnya dengan pelukan hangat, memahami betapa berat langkah yang telah diambilnya.
Lady Eleanor merasa sedikit bersalah, "Jo, bibi meneleponmu bukan untuk membuatmu melakukan semua ini," ucapnya dengan nada lembut dan penuh penyesalan.
Jonathan menggeleng lemah, "Ini adalah jalan terbaik untuk menyelesaikan semuanya. Semoga setelah ini tidak ada lagi berita seperti itu. Aku akan menjelaskan semuanya kepada kalian, tapi bolehkah aku menemui Brianna dulu?" tanyanya dengan suara yang nyaris pecah.
Lady Eleanor dan Sir Reginald saling berpandangan, sedikit heran bahwa Jonathan tampaknya datang hanya untuk menemui Summer. "Tentu, tapi dia mungkin masih tidur," jawab Sir Reginald, menepuk bahu Jonathan dengan penuh pengertian.
Setelah diizinkan, Jonathan segera menuju kamar Summer. Di dalam kamar, ia melihat seorang pelayan sedang membantu Summer minum. Pemandangan itu membuat hatinya terasa hancur, Summer tampak benar-benar sakit, wajahnya pucat, pelipisnya dipenuhi keringat, dan tubuhnya begitu lemah sehingga untuk sekadar bangkit dan minum pun ia perlu bantuan. Setelah pelayan selesai, Jonathan memintanya untuk meninggalkan mereka berdua, ingin memberikan privasi kepada mereka.
Jonathan mendekat ke ranjang, dan mata mereka pun bertemu. Summer menatap Jonathan dengan mata sayu, penuh kelelahan.
"Hai, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Jonathan, lembut, sambil membelai pipi kanan Summer. Summer hanya menggelengkan kepala, mengisyaratkan bahwa ia belum sepenuhnya pulih.
"Bree, tenang saja. Aku sudah menyelesaikan masalahnya. Semoga semuanya segera membaik. Cepatlah sembuh, ya. Aku ingin mengajakmu menonton bioskop. Norin merekomendasikan itu sebagai ide kencan," ucap Jonathan dengan nada yang sedikit menggoda, mencoba mencairkan suasana.
Summer mendengus geli mendengar ucapan Jonathan, namun kekhawatiran muncul saat melihat wajahnya yang tampak murung. "Tapi, kenapa wajahmu murung seperti itu?" tanya Summer dengan suara lemah, berusaha menggapai pipi Jonathan.
Jonathan menangkap gerakan itu dan membantu tangan Summer mencapai pipinya, lalu dengan penuh kasih, ia mencium telapak tangan Summer. "Tidak apa-apa, aku hanya khawatir padamu. Aku akan menemanimu hari ini," jawab Jonathan dengan lembut.
Summer tersenyum tipis dan dengan nada menggoda berkata, "Nanti ayah bisa marah," menyindir skandal yang menimpa mereka dan bercanda bahwa Jonathan mungkin akan dimarahi lagi.
Mereka pun tertawa bersama, berharap bahwa hari esok akan membawa kebahagiaan yang mereka impikan.
Ya elah, masih bisa saling ngegombal aja nih 😏
Stay tuned untuk kelanjutan kisahnya ya!🤗
Terima kasih sudah mampir, jangan lupa vote, comment dan ❤️-nya ya 🙏🥰
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro