BAB XVI : Petunjuk Awal
De Alden Estate, Reveria, 2017.
Ethan mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju Mansion Jonathan Alden di tengah malam yang sunyi. Ia baru saja menemukan bukti baru yang mungkin mengubah arah perkembangan kasus Jonathan. Setibanya di depan gerbang, petugas keamanan segera membuka pintu, mengenali Ethan dari daftar yang sudah diberikan Jonathan—orang-orang tertentu yang boleh masuk tanpa konfirmasi langsung.
Ethan meninggalkan mobilnya begitu saja di depan pintu masuk. Begitu pintu utama terbuka, Fabio sudah siap menyambutnya. Pelayan lain yang berada di dekatnya segera mengambil alih kunci mobil dan mengarahkan Ethan menuju tempat parkir.
"Apakah Tuan Jonathan sudah beristirahat?" tanya Ethan pada Fabio, nada suaranya menunjukkan kecemasan jika ia datang di waktu yang tidak tepat.
"Belum," jawab Fabio. "Beliau masih sibuk membaca beberapa dokumen setelah makan malam. Ia sempat berbincang sebentar dengan Tuan Norin dan selesai sekitar pukul sembilan malam."
"Tolong sampaikan kedatanganku pada beliau. Ada hal penting yang ingin ku laporkan," ujar Ethan, matanya penuh fokus.
"Segera," kata Fabio, sambil menggiring Ethan menuju ruang kerja Jonathan. Setelah mengantarkan Ethan, Fabio masuk terlebih dahulu untuk menginformasikan kedatangan Ethan. Beberapa menit kemudian, Fabio keluar kembali dan menemui Ethan dengan senyuman.
"Tuan Jonathan mempersilakan Anda masuk," kata Fabio.
"Terima kasih, Fabio," balas Ethan dengan nada penuh penghargaan, sebelum melangkah masuk ke ruang kerja Jonathan.
Ethan pernah berada di ruang kerja pribadi ini sebelumnya. Interiornya sangat modern, dengan pintu kayu yang besar dan kokoh, lantai marmer yang bersih mengkilap, serta beberapa rak buku tua yang tampak terawat dengan baik, tanpa tanda dimakan rayap. Sofa di ruangan ini, empuk dan elegan, menunjukkan perawatan yang sangat baik. Meskipun ruangan ini dirancang dengan keanggunan yang mengesankan, Ethan selalu merasakan aura yang mengintimidasi. Namun, mungkin lebih tepat jika pemilik ruangan inilah yang menyebabkan perasaan itu.
Jonathan Alden, Tuan muda dari keluarga Alden, memiliki fisik yang sangat berbeda dari orang tuanya. Ibunya, Isabella Alden, sering berinteraksi dengan Ethan. Wanita itu dikenal anggun dan menunjukkan etiket sempurna sebagai seorang bangsawan. Meskipun demikian, ia selalu tegas, bahkan ketika menghadapi situasi pribadi yang rumit, seperti saat ia memerintahkan penyelidikan atas suaminya sendiri yang ia curigai berselingkuh. Tiga bulan setelahnya, Isabella meninggal dunia.
Sekarang, Ethan dihadapkan pada Jonathan Alden, yang aura dan sikapnya jauh berbeda namun tetap mengesankan. Jonathan memiliki mata biru yang menatap tajam seperti elang, dan meskipun tubuhnya lemah karena cedera, kewibawaannya tetap terpancar jelas. Ethan, yang tidak pernah tunduk pada klien mana pun dan tidak membiarkan dirinya tertekan atau terancam, merasa terhormat dan nyaman bekerja dengan Jonathan. Ada rasa percaya dan kekaguman yang mendalam pada pria ini, membuat Ethan merasa nyaman untuk melayani dengan sepenuh hati, meskipun Jonathan memiliki kemampuan untuk mengintimidasi dengan kehadirannya yang kuat.
"Ada apa Ethan? Aku yakin kau tidak akan datang di tengah malam jika itu tidak penting," ucap Jonathan yang mendongakkan kepala dari kumpulan berkas di meja dan menyunggingkan senyum di hadapan Ethan.
"Tuan, saya sudah menemukan koneksi Jessie di kantor pemerintahan."
Senyum Jonathan menghilang seketika, digantikan oleh rahang yang mengeras. Ia mengambil berkas-berkas dari tangan Ethan dengan gerakan yang menunjukkan betapa seriusnya informasi ini.
"Jessie berasal dari Folk West, sebuah desa terpencil di Kota Belsar. Dia adalah anak petani yang sangat cerdas. Setelah berhasil mendapatkan pekerjaan di kantor desa sebagai pegawai administrasi, Jessie membangun hubungan dengan anak kepala desa. Dari sana, dia memperluas jaringannya ke pejabat-pejabat desa lainnya. Tak lama kemudian, dia pindah ke kantor walikota Belsar. Tepat setelah pemilihan Anda, Jessie dipromosikan ke kantor Perdana Menteri hanya dua tahun setelah dia bergabung dengan kantor walikota."
Jonathan memperhatikan dengan seksama saat Ethan melanjutkan. Ethan melanjutkan dengan detail yang semakin mengungkapkan betapa rumit situasi ini.
"Sehari sebelum pengumuman Anda, Jessie menghadiri acara makan malam dengan pejabat dari kantor walikota dan beberapa anggota partai. Di acara tersebut, Jessie terlihat sangat akrab dengan Felix Darren, ketua staf kantor Perdana Menteri. Saya berhasil mendapatkan rekaman CCTV dan beberapa foto yang menunjukkan kedekatan mereka. Dalam gambar-gambar tersebut, Jessie duduk dekat Felix, tertawa bersama, dan ada foto Felix merangkul Jessie menuju sebuah mobil. Gambar terakhir menunjukkan mereka di lobi hotel, di lift, dan di depan sebuah kamar suite."
Jonathan memeriksa gambar-gambar tersebut dengan teliti, wajahnya semakin serius saat ia melihat setiap detail. "Kau sudah memverifikasi semua ini?"
"Ya, Tuan," jawab Ethan dengan nada tegas. "Rumah Jessie di Apartemen Eldoria Heights terdaftar atas nama Felix Darren. Saya juga telah mengonfirmasi bahwa Felix baru saja mengirim anak perempuannya untuk belajar di luar negeri. Dengan biaya tinggi dari unit yang ditempati Jessie dan situasi keuangan Felix, ada kemungkinan besar ia membutuhkan uang dalam jumlah besar."
Jonathan melemparkan foto-foto itu ke atas meja dengan frustrasi yang tidak bisa disembunyikan. "Cari tahu lebih dalam siapa koneksi Felix Darren yang membuatnya bisa terpilih sebagai wakilku. Aku ingin tahu hubungan apa yang ia miliki dengan pemilik Eldoria Heights, terutama mengingat betapa mahalnya unit yang ditempati Jessie. Felix jelas sedang menghadapi tekanan finansial yang besar. Kita perlu mengungkap siapa yang berada di balik semua ini."
Ethan menunduk hormat, menunjukkan bahwa ia memahami besarnya tanggung jawab yang diemban. "Baik, Tuan. Saya akan menyelidiki lebih lanjut dan melaporkan hasilnya segera."
Jonathan menghembuskan napas berat dan bersandar di kursinya. Ia yakin bahwa percobaan pembunuhan malam itu adalah bagian dari rencana yang matang. Dengan bukti-bukti yang semakin jelas dan pengakuan Jessie, gambaran yang tersisa di benaknya menjadi semakin terang. Jessie, yang selama ini ia anggap lemah dan rapuh, ternyata adalah wanita yang sangat licik. Ia berhasil memerankan perannya dengan sangat baik, menutupi kebohongan dan manipulasi di balik kesan bodoh dan menderita yang ia tampilkan. Tidak ada satu pun kebenaran dari cerita yang diceritakannya tentang keluarganya—tentang ayah yang pengangguran dan mabuk, atau kakak yang melakukan kekerasan sehingga ia harus dititipkan ke panti asuhan. Semua itu ternyata hanyalah kebohongan belaka.
Jonathan merasa terkejut dan marah oleh betapa licik dan rendahnya Jessie. Selama 35 tahun hidupnya, ia jarang bergaul dekat dengan wanita, kecuali ibunya, Lady Eleanor, serta anak-anak teman ibunya dan teman-temannya di sekolah—gadis-gadis bangsawan yang selalu menjunjung tinggi reputasi dan kehormatan.
Rencananya harus berubah—tidak ada lagi waktu untuk pemulihan selama enam bulan. Meskipun baru tiga bulan sejak insiden tersebut, Jonathan merasa harus segera kembali menjalankan tugasnya. Ia langsung menghubungi Norin, "Jadwalkan pertemuan dengan Yang Mulia Raja secepatnya, bahkan jika bisa besok."
Jonathan harus meyakinkan Yang Mulia Raja bahwa ia sudah siap untuk kembali bertugas dan menangani masalah negara yang kompleks. Meskipun fisiknya masih lemah, ia berhasil tampil di depan umum selama dua jam tanpa bantuan, meskipun setelahnya ia merasakan nyeri. Ia percaya semua itu akan sepadan jika ia bisa kembali ke pemerintahan. Tekad Jonathan untuk memulihkan stabilitas negara dan mengatasi masalah di kantornya lebih kuat daripada rasa sakit fisiknya. Ia tahu tanggung jawabnya sebagai Perdana Menteri sangat besar, dan ia tidak akan berhenti hingga pelaku di balik konspirasi ini ditemukan dan diadili.
*****
Kastil Keluarga Meyer, Reveria, 2017.
Summer merasakan campuran perasaan yang rumit—kecewa, marah, dan jengkel—setiap kali melihat berita tentang Jonathan selama dua minggu terakhir. Sudah sebulan sejak acara pertunangan mereka, dan komunikasi dengan Jonathan terputus. Jadwal kunjungan akhir pekan yang dijadwalkan tertunda karena Jonathan ingin beristirahat, dan dua minggu terakhir, sejak berita mengejutkan Jonathan kembali bekerja, kunjungan akhir pekan juga dibatalkan. Summer masih mengingat dengan jelas ucapan Jonathan di malam pesta pertunangan, yang meminta agar ia berakting senatural mungkin dan selalu ingat untuk berperan sebagai tunangannya. Namun, kini Jonathan tampak seolah-olah bukan tunangannya lagi; tidak ada kabar atau komunikasi dari dirinya.
Saat ini, Summer berada di dapur megah yang dipenuhi dengan peralatan masak canggih. Bersama ibu angkatnya, Lady Eleanor, ia sedang belajar membuat kue. Entah kekuasaan apa yang digunakan Lady Eleanor untuk memengaruhi Jonathan, banyak kelas yang sebelumnya diambil alih oleh Lady Eleanor, termasuk kelas memasak ini. Kini, Summer sedang bersama ibu angkatnya membuat biskuit coklat dan mempelajari cara menyeduh teh dengan benar. Sebelumnya, Summer hanya tahu bahwa teh bisa diseduh dengan air hangat, dan hal itu terasa sangat mudah.
"Hari ini, lebih tepatnya ibu ingin mengajarkan tentang tea manner dan ini bukan hanya sekedar membuat teh ya, Sayang," jelas Lady Eleanor saat mereka duduk di meja taman belakang.
"Iya, Bu," jawab Summer, mencoba mengikuti dengan seksama.
"Dalam acara pesta minum teh, tuan rumah biasanya akan menyiapkan set minum teh yang lengkap. Seperti ini ada cangkir teh, piring kecil atau alas cangkir, sendok teh, dan terkadang celemek. Gelasnya berbeda dari cangkir kopi. Di acara jamuan teh, tuan rumah menuangkan teh ke dalam cangkir, sementara para tamu dipersilakan menambah gula atau susu sesuai selera mereka. Cara mengaduk teh harus menggunakan sendok teh dengan gerakan dari depan ke belakang, bukan diputar-putar," kata Lady Eleanor sambil mempraktikannya.
Summer memperhatikan dengan seksama semua peragaan Lady Eleanor. Sungguh, menjadi wanita bangsawan yang dewasa terasa sangat rumit.
"Meja untuk minum teh biasanya lebih rendah daripada meja makan. Posisi duduk harus tegak, meskipun menggunakan kursi santai, dan celemek diletakkan di pangkuan. Saat minum, pegang pegangan cangkir dengan benar dan arahkan cangkir ke dekat mulut tanpa harus menundukkan kepala," lanjut Lady Eleanor. "Coba sekarang kamu peragakan."
Summer mengikuti instruksi Lady Eleanor dengan cermat, berusaha menerapkan setiap detail yang diajarkan.
"Wah, Brianna, ibu sangat senang melihat kamu cepat memahami materi. Sisanya, kamu bisa pelajari dalam buku tentang perjamuan teh ini. Dan sekarang, mari kita nikmati teh dan biskuit yang kita buat," ujar Lady Eleanor, senyumnya mengembang.
Summer tidak bisa menahan tawanya mendengar penjelasan ibunya. Sepertinya Lady Eleanor tahu bahwa materi ini bisa sangat membosankan dan menjelaskannya dengan cara yang unik. Selain mengajari cara membuat kue, Lady Eleanor juga menciptakan situasi di mana seluruh staf dapur tampak waspada, seolah-olah mereka sedang menghadapi situasi berbahaya.
"Apa kamu baru saja berdebat dengan Jonathan?" tanya Lady Eleanor, mengejutkan Summer. "Ibu belum melihat kamu mengunjungi rumah Jonathan lagi, dan anak itu juga tidak pernah berkunjung ke sini."
"Ibu tahu, Jonathan kembali bekerja dan jadi sulit dihubungi. Pasti banyak penyesuaian pekerjaan setelah ia kembali bekerja setelah tiga bulan," jawab Summer mencoba memberi penjelasan.
"Kau bisa mengunjungi kantor Jonathan jika tidak bisa menemukannya di rumah. Hubungi Norin dan tanyakan kapan jadwal kosong Jonathan. Ibu juga sudah mengajarkan beberapa menu makanan utama dan penutup. Mungkin kamu bisa membawakannya untuk Jonathan," jelas Lady Eleanor, senyumnya semakin lebar.
Summer merasa tidak perlu mendekatkan diri begitu jauh dengan Jonathan. Ide ibu angkatnya terasa tidak masuk akal bagi seseorang yang berstatus sebagai tunangan pura-pura Jonathan Alden.
Belum sempat melanjutkan pembicaraan, seorang pelayan datang dengan sedikit tergopoh-gopoh. "Maaf mengganggu waktunya, Nyonya Eleanor, Nona Brianna. Tuan Jonathan baru saja datang ke Kastil dan ingin menemui Nona Brianna."
Summer terkejut dengan kedatangan Jonathan, sementara Lady Eleanor terlihat antusias dengan berita itu. "Benarkah? Di mana dia sekarang?"
"Ada di ruang santai kamar Nona Brianna, Nyonya. Tapi... sepertinya wajahnya sedikit kesal."
Lady Eleanor terkekeh mendengar penjelasan pelayan. "Brianna, cepatlah temui tunanganmu. Sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik. Jangan lupa bawa biskuit yang kita buat dan minta pelayan untuk membawakannya bersama teh ke ruang santai."
"Baik, Bu. Kita lanjutkan obrolan kita setelah ini," kata Summer, merasa berat hati namun tetap menuju ke ruang santai untuk menemui Jonathan.
Dari tempat duduknya, Lady Eleanor terus menatap kepergian Summer dengan penuh harapan. Ia sangat berharap bahwa firasatnya benar, bahwa Jonathan memiliki ketertarikan pada anak angkatnya itu. Isabella Alden, sahabat baiknya, telah lama meninggal, dan hanya kedekatannya dengan Jonathan Alden yang tersisa dari kenangannya. Lady Eleanor berharap anak sahabatnya bisa menemukan kebahagiaan dan terus bersama dengan keluarga Alden.
.
.
.
.
.
.
Ada yang mau diajak kencan nih besok! 🤭
Terima kasih yang sudah vote, komen dan follow🙏🤗💞
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro