BAB I : Penghuni Panti Asuhan Butterfly
East End, Reveria, Tahun 2017.
BRAK!!!!!
Pintu lapuk itu terbanting dengan keras, menggetarkan seluruh ruangan bagai gempa kecil. Summer terpaku ditempat, jantungnya berdebar kencang. Tubuhnya lemas dan sedikit gemetar, mengingat apa yang baru saja pria tua di balik pintu itu lakukan padanya.
'Bajingan licik!'umpat Summer, nyaris meluncur keluar dari bibirnya. 'Harusnya aku tahu, sejak awal pria tua itu sudah busuk sampai ke akarnya!'
Summer menarik napas, berusaha menenangkan diri. Namun, amarahnya tak kunjung padam. Ia mengepalkan tangan, mengumpulkan kembali keberaniannya. Sepuluh ribu dolar yang ia kumpulkan dengan sudah payah, lenyap dalam sekejap mata. Uang yang harusnya ia gunakan untuk menyelamatkan panti asuhan , tempat yang telah menjadi rumah dan memberikan keluarga yang hangat.
Dengan langkah gontai, Summer berjalan menyusuri koridor yang remang-remang, menuju ke kamarnya. Di benarnya, ingatan tentang perjanjian dengan kepala panti asuhan terputar kembali.
'Bodohnya aku!' sesalnya dalam hati, 'bagaimana bisa aku percaya padanya? Sepuluh ribu dolar untuk mengambil alih panti asuhan, tanpa perjanjian tertulis?'
Pria tua itu dengan seenaknya menaikkan penawaran secara sepihak. Dua puluh ribu dolar, uang lagi yang ia butuhkan untuk ditukar dengan kebebasannya dan seluruh panti asuhan dari pria tua yang merupakan kepala panti asuhan yang licik itu. Summer mulai bimbang, dari mana ia bisa mendapatkan semua kekurangan itu. Kembali kepekerjaan lama? Pemikiran itu sudah membuat jantungnya berdetak cepat.
'Tidak!' tekad Summer dalam hati. 'Aku tidak akan pernah melakukan pekerjaan itu lagi!'
Summer harus mencari jalan keluar, seluruh penghuni panti harus selamat. Jika panti asuhan masih berada di bawah kendali pria tua itu, maka bisa dipastikan masa depan saudara-saudaranya akan suram.
*****
Keesokan harinya, Summer berusaha untuk bersikap tegar di depan saudara asuhnya. Ia tidak ingin, jika mereka melihat kekhawatiran dan ketakutan dimatanya. Summer harus menjadi kuat dan menjadi kakak perempuan yang dapat diandalkan oleh mereka.
"Sister Summer!"
Summer menghentikan aktifitasnya menjemur pakaian dan menengok ke sumber suara. Senyumnya merekah, kala melihat anak perempuan berambut kepang dua berlarian mendekati kearahnya.
"Kenapa kau berlarian, Spring?" tanya Summer pada adik asuhnya.
"Sister Summer, aku ingin membantu!" seru Spring dengan penuh semangat. "Aku sudah besar sekarang, aku bisa bekerja untuk membantu Sister Summer mendapatkan uang!"
'Dari mana anak tujuh tahun ini bisa mendapatkan pikiran seperti ini?' batin Summer.
Summer terharu mendengar perkataan Spring. Kepolosan inilah yang menyebabkannya tidak ingin meninggalkan panti asuhan dan membiarkan mereka di eksploitasi oleh kepala panti asuhan.
Dulu, Panti Asuhan Butterfly adalah tempat yang penuh dengan tawa dan keceriaan. Anak-anak disana hidup dengan layak. Mendapatkan makanan yang bergizi, Pendidikan baik formal maupun nonformal dan pakaian yang layak. Setiap musim dingin, mereka juga selalu mendapatkan bantuan selimut baru untuk menghangatkan tubuh.
Namun, smeua kebahagian itu sirna saat Mr.Morington, sang kepala panti, mulai menggelapkan dana operasional. Awalnya, ia melakukannya karena terdesak membiayai pengobatan anaknya yang mengalami kecelakaan parah. Tapi setelah anaknya sembuh, ia tidak juga berhenti mencuri uang.
Kejahatan Mr. Morington akhirnya terbongkat, saat Departemen Sosial Kerajaan melakukan sidak ke panti asuhan. Ia dipecat dari jabatannya, tapi ia tidak juga pergi. Para penghuni panti asuhan curiga, jika Mr. Morington menyuap para petugas Departement Sosial Kerajaan. Hal ini karena panti asuhan tetap beroperasi meskipun dana bantuan pemerintah sudah tidak turun.
Mr. Morington tidak peduli dengan masa depan anak-anak panti. Ia tidak pernah lagi mendaftarkan mereka sebagai anak asuh resmi, sehingga mereka tidak memiliki identitas dan nama yang jelas. Parahnya, mereka hanya diberi nama berdasarkan musim sesuai dengan tanggak mereka bergabung ke panti asuhan. Pemberian nama yang asal-asalan ini hanya digunakan untuk mengidektifikasikan umur mereka.
Mr. Morington menjadikan anak-anak panti sebagai alat untuk mencari donasi secara illegal, mereka juga dipaksa untuk bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji kecil dan tempat-tempat kotor yang tidak sesuai dengan usia mereka. Kehidupan di panti asuhan berubah menjadi neraka. Anak-anak kelaparan, kedinginan dan selalu dibayangi rasa takut. Setiap hari mereka berharap akan ada keajaiban yang datang menyelamatkan mereka dari cengkraman Mr. Morington.
Suara terikan keras dari dalam panti mengagetkan Summer. Spring berjengit terkejut dan langsung lari beringsut memeluk Summer. Inilah yang selalu mereka takutkan, suara kesakitan dan memohon pertolongan, karena pasti ada hal buruk yang terjadi pada salah satu dari mereka.
Summer langsung mengenali siapa pemilik suara teriakan itu. Suara itu milik Kennis Maple, salah satu penghuni panti yang menjadi sahabat dekatnya. Sahabatnya itu memiliki kepribadian paling nyentik. Ia bahkan dengan percaya diri mengganti nama dan mengumumkan pada semua orang bahwa ia telah memilih sebuah nama untuk dirinya sendiri. Ini karena Kennis benci dengan nama Winter yang diberikan oleh pengawas panti, parahnya nama ini juga dimiliki oleh 2 orang anak asuh lainnya.
"Spring, tetaplah disini! Aku harus menolong Sister Kennis," jelas Summer pada Spring yang hanya dibalas dengan anggukan.
Summer berlari menyusuri dapur dan lorong-lorong kamar. Berusaha mencari dari mana sumber suara itu berasal. Di ruang tamu panti asuhan, Summer sudah disuguhkan pemandangan yang mengerikan. Seorang pria berbadan besar yang seluruh lengannya dipenuhi oleh tato sedang memarik paksa rambut Kennis karena memberontak mengikutinya.
"Hentikan!" bentak Summer pada pria bertato itu. Summer mendekati dan berusaha melepaskan genggaman tangan pria itu dari rambut Kennis.
"Hei...hei... kau jangan seenaknya ikut campur! Kau tidak bisa memberiku uang sebanyak yang kuminta. Jadi, jangan berani mengatur apa yang terjadi di tempat ini!" ucap Mr. Morington yang seketika naik pitam melihat aksi Summer.
"Bukankah aku sudah meminta waktu untuk mengumpulkan kekurangannya?" tanya Summer mencoba tidak tersulut emosi dan lebih memprovokasi Mr. Morington.
"Hehh...," dengus Mr. Morington sambil menampilkan wajah meremahkan pada Summer. " Sepuluh ribu dolar kemarin saja, kau harus mengumpulkannya selama limas belas tahun. Apakah aku harus menunggu selama lima belaaasss tahun lagi. Mau diberi makan apa keluargaku? HAH!" bentak Mr. Morington.
"Tidak!" tegas Summer berusaha menyanggah ucapan Mr. Morington.
Semua yang dikatakan Mr. Morington memang benar. Summer memang mengumpulkan uang itu selama lima belas tahun. Sejak berumur 7 tahun ia sudah mulai bekerja sebagai buruh di pabrik selama 3 tahun dan setelahnya ia tanpa sadar terjerumus pada pekerjaan kriminal sebagai peniru identitas.
Saat ini, hal yang paling penting Summer lakukan adalah menyelamatkan Kennis dari pria bertato yang kemungkinan seorang dari pasar perdagangan manusia atau mucikari. Hanya orang dari profesi itu yang terpikirkan oleh Summer yang sempat mendengar rumor bahwa Mr. Morington bergaul dengan orang-orang itu di Bar.
"Satu bulan! Hanya satu bulan yang kubutuhkan untuk memberikan uang itu padamu," ucap Summer dengan spontan.
"Satu bulan ya?" ucap Mr. Morington yang diam sejenak berpikir.
Summer pun berasa bahwa ia berhasil meyakinkan Mr. Morington. Namun, sepertinya ia salah. Mr. Morington mundur beberapa Langkah dan memandangi Summer dari ujung kepala hingga kaki. Senyumnya juga tersungging miring, membuat bulu kuduk Summer berdiri.
" Aku pegang kata-katamu, namun jika kamu.... " Mr. Morington menunjuk jari telunjuknya dan mendorong kening Summer, " tidak menepati janjimu, bukan wanita ini yang akan kuseret ke Bar Kenshin. Tapi kau! Camkan itu!" ancam Mr. Morington kepada Summer.
Mr. Morington akhirnya mau melepaskan Kennis. Walaupun dirinya mendapatkan tatapan tajam dari pria bertato, yang setelahnya Summer tau bahwa pria itu adalah seorang mucikari dari Bar Kenshin. Bar yang paling terkenal di Reveria sebagai tempat berkumpulnya tindakan kriminal.
Kennis yang ketakutan akhirnya melepaskan tangisnya. Tubuhnya bergetar hebat di dalam pelukan Summer, yang hanya merasa kepedihan di hatinya. Semua tekad dan prinsip yang telah Summer bangun untuk meninggalkan pekerjaan kriminal itu kini harus runtuh. Dengan hati yang berat, ia tahu bahwa dirinya harus kembali ke jalan lama yang ingin ditinggalkannya.
Summer, kamu harus kuat ya !🤧
Guys, tetep support Summer kita ya sampai akhir cerita!
Tapi, boleh ya author juga minta di support. Hehehehe
Caranya gampang kok!
Jangan lupa follow, vote dan comment ya!🙏🤭
Thank You My Lovely Readers 😘
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro