Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32). Recovery

Pintu kamar VIP dibuka dari luar oleh seseorang dan Gara langsung sumringah saat melihat siapa yang datang menjenguknya.

"Hara, my sister!" teriak Gara sembari tersenyum terlalu lebar hingga matanya melengkung, persis seperti Hara jika dia mau mengikuti senyuman tersebut. Hanya saja, cewek itu jelas masih gengsi untuk sesantai itu di depan Gara.

Gimanapun, Hara masih mempunyai kekesalan yang tersisa untuk Gara.

"Ra, gue suntuk banget. Pengen balik ke sekolah lagi," keluh Gara sementara Hara meneruskan langkah dan duduk di bangku dekat brankar. Kondisi kakak kembarnya bisa dibilang telah mengalami perkembangan; perban yang semula tampak penuh di sana-sini, sudah tidak ada lagi dan satu-satunya yang tersisa adalah perban yang membalut gips pada kaki sebelah kanan milik Gara.

"Bagus. Kita bisa tukeran. Mau sekarang juga silakan," jawab Hara datar, membuat Gara sukses terkesiap.

"Ishhh, masih aja galak-galak," celetuk Gara. "Gue kira lo bakal melunak selunak-lunaknya setelah berinteraksi sama teman gue yang abnormal, terutama Vico. Ck! Dipikir-pikir gue kangen juga sama dia. Eh, Owen juga sih... hmmm, semuanya deh gue kangen. Ya gitu-gitu mereka kan--"

"Banyak bacot deh lo! Ck!" potong Hara tidak senang. "Gue nggak bakal lama di sini, gue ke sini cuma mau nanya sesuatu sama lo."

"Kenapa nggak video call aja? Lo tega nih selama dua bulan lebih sama sekali nggak hubungi gue, minimal chat via WA kek. Atau gue juga nggak keberatan sih kalo mau spam chat. Muehehehe...."

"Apaan sih?" tanya Hara risih. "Nggak penting juga. Bukannya lo juga lagi sakit gini, kan?"

Gara menggoyangkan jari telunjuknya dengan gaya sok, lantas berkata, "Gue ada kabar baik buat lo. Gue bakal diijinkan beraktivitas seperti biasa dua minggu lagi. Seneng apa seneng?"

"Kok bisa? Tulang kaki lo patah, kan? Setau gue, patah tulang terbuka terutama bagian kaki membutuhkan waktu penyembuhan lebih lama supaya terhindar dari risiko infeksi," jelas Hara yang sejenius itu untuk tahu informasinya.

"Itu syaratnya kalo gue recover pake jalur biasa," jawab Gara dengan nada terlalu happy. "Kakeknya Owen baik banget sampai datangkan secara khusus dokter spesialis tulang dari luar negeri. Bule-bule gitu, kan. Nah berkat dokter bule itu gue bisa sembuh lebih cepat. Gue juga dilatih sama tutor khusus buat belajar jalan lagi dan ada banyak serangkaian prosedur yang gue ikutin hingga gue dipastikan bisa sembuh total dalam waktu dua minggu. Dan lo tau kabar baik lainnya apa? Lo pasti bakal makasih sama oppa kembaranmu ini."

Hara menaikkan sebelah alisnya dengan tidak berminat, tetapi meskipun demikian, cewek itu masih mau merespons Gara. "Apa?"

"Kakek Owen udah tau semuanya. Gue denger ceritanya dari Pak Lukas. Lo inget kan Pak Lukas yang dulu pernah jadi satpam waktu kita SD? Yang biasa nemenin kita di pos sementara kita nunggu dijemput. Nah Pak Lukas ini tuh asisten pribadinya kakek Owen trus ngurus administrasi dan segala tetek bengeknya di rumah sakit ini. Trus kabar terbaiknya, Pak Lukas bakal ngatur lo tetap sekolah bareng sama gue di SMA Berdikari. Lo pasti seneng, kan? Ya kan? Kita bakal bareng lagi kayak dulu. Kita bakal lulus bareng-bareng, Ra. Makanya gue excited banget mau cepet-cepet kembali ke--"

"Gara."

"--kembali ke sekolah. Untuk sementara ngurus administrasi sama nunggu gue sembuh total, gue sepakat sama Pak Lukas kalo lo akan diresmikan jadi murid SMA Berdikari setelah gue check out dari rumah sakit. Gue jadi nggak sabar nunggu waktu itu tiba, ngeliat ekspresi Vico sama Alka pas tau gue punya saudari kembar dan selama dua bulan lebih udah berhasil nipu mereka mentah-mentah. Muehehehe.... Eh, si Galang sama Owen udah tau kan identitas lo? Gue denger itu semua dari Pak Lukas juga. Bener kan gue bilang apa? Owen pasti lindungin--"

"Ga," potong Hara dengan alis bertautan. Sebenarnya sedari tadi Hara memotong ucapan Gara bukan karena dia merasa risih dengan omongan panjang lebar-nya, melainkan karena merasakan firasat yang aneh. "Kakeknya Owen tau semuanya, tapi nggak marah atau setidaknya kesal karena kita bohongin beliau?"

Gara mengangguk. "Pak Lukas malah bilang kalo sedari awal kakek Owen udah tau, termasuk tau soal penyamaran lo."

"Lo nggak curiga?" tanya Hara yang masih saja gagal paham. "Gimanapun, kita lagi melakukan penipuan. Bukannya menghukum kita, tapi malah mendukung? Bahkan berencana untuk masukin gue juga ke SMA Berdikari? Do you expect me to believe all these?"

"Who cares?" tanya Gara dengan gaya tidak peduli. "Harusnya lo seneng dong dengan situasi ini. Kita sama sekali nggak dirugikan, malah semua fasilitas yang gue dapetin itu gratis. Beruntung banget kenal dekat sama Owen. Ruang VIP, dirawat sama dokter bule profesional, dan dibimbing langsung sama pakarnya. Mesin uang berjalan ternyata memang eksis ya, Ra."

"Papa sama Mama mana, Ga?" tanya Hara tiba-tiba, selagi Gara menggerakkan tubuh untuk mencari posisi nyaman.

"Kalo Papa lagi kerja seperti biasa di kantor. Kalo Mama, lo nggak ketemu tadi? Pas lo dateng tuh, Mama dalam perjalanan keluar dari sini. Katanya sih mau pulang bentar sekalian ngurus laundry. Kenapa, Ra?"

Karena ekspresi Hara agak berbeda sekarang, lebih tepatnya seperti sedang memikirkan sesuatu yang bebannya cukup berat. Namun ketika mendengar pertanyaan Gara, cewek itu seperti tersadar dan memilih untuk melupakan hipotesa yang terurai dalam pikirannya untuk sementara. "Nope. Nothing. Oh yeah, I'd like to ask you something important before I forget."

"What?" tanya Gara dengan gaya seakan dia adalah orang yang cukup penting.

"Gimana perasaan lo sama Kimmy?" tanya Hara terus terang.

"Kimmy? Kimmy Kimberly?"

"Emang ada Kimmy lain yang lo kenal?" tanya Hara yang mulai geregetan. Hampir saja dia menggertakkan giginya dengan geram.

"Ck! Gue kirain Kimmy Kimberley yang itu. Aktris sekaligus model dari Thailand itu, loh! Cakepnya kan aduhai, meski nggak mungkin bisa gue milikin."

"Gara Arganta! Bisa serius nggak sih? Gue pulang, nih!" ancam Hara, mulai frustasi.

"Iya deh iya! Ampun, Ndoro! Ngegas mulu kerjaannya," jawab Gara dengan frustasi meski dengan situasi yang berbeda. "Perasaan gue ke Kimmy? Hmm... maksud lo perasaan yang kayak gimana?"

"Nggak usah bertele-tele, Gara. Gue paling benci sama segala hal yang berkaitan sama bertele-tele! You know exactly what I mean!"

"Alright. Okay, calm down. I think nothing special about us, except--"

"Except what?"

"Except she has special feelings for me."

"If does, what will you do?" tantang Hara, menaikkan sebelah alisnya untuk mengecek reaksi Gara.

"Etdah! Kok makin ngawur sih? Nggak mungkinlah cewek jutek kayak gitu suka sama gue. Jangankan gombalin dia, gue isengin dia panggil 'Sayang' aja udah digetok sama dia pake buku tebal. Gila kali ya, dia. Kalo berani nyatain cinta sama dia mungkin gue bakal diadonin jadi odading punya Mang Oleh."

"Jadi lo suka sama dia?"

"Ck! Lo kenapa sih, Ra? Kok ngotot mulu?" tanya Gara yang mulai geregetan. Untuk pertama kali, ekspresinya yang geregetan persis seperti Hara.

Namanya juga kembaran, kan?

"Just answer me," perintah Hara dengan nada berbahaya.

"Ck! Yaaa... gue juga nggak tau sih gue sebenarnya suka dalam artian sebagai cowok ke cewek ke dia atau bukan. Gue nggak tau. Bagi gue, Kimmy tuh mirip sama lo. Gue ngerasa berinteraksi sama lo tiap ngomong sama dia. Dia satu-satunya cewek yang mau ladeni debatnya gue tiap gue gabut. Duduknya sama Vico juga kan, jadi biasanya gue sama Vico suka nistain dan ghibah-in dia."

"Dasar biang laknat ya lo berdua," hina Hara setelah mendengus keras. "Kalo gue bilang Kimmy suka sama lo sebagai cewek ke cowok, gimana?"

"Hah?"

"Hah lagi! Kenapa sih tiap ngomong hal sensitif gini, lo sama aja kayak Owen? Jadi gimana? Gue nanya serius loh."

"Karena itu sesuatu yang nggak mungkin, gue bakal jawab gue seneng kalo dia ternyata suka sama gue."

"Loh kok gitu?"

"Kenyataannya kayak gitu, Ra. Cewek kayak Kimmy nggak mungkin--"

"Kimmy suka beneran sama lo, Ga. Dia terus terang ke gue. Di saat gue menggantikan posisi elo."

"Hah?" Gara melongo sepolos-polosnya.

"Hah hoh hah hoh!" ledek Hara kesal. "Now, please answer me properly. She likes you. So, what will you do?"

"Okay, I will answer her by myself two weeks later," jawab Gara akhirnya setelah jeda beberapa saat. "Gimanapun pengakuannya ditujukan ke gue."

"Oh, oke. Bagus kalo gitu. Ternyata lo bisa jadi gentleman juga, ya. Gue kira lo bakal nyuruh gue yang jawab perasaan Kimmy."

"Oke. Sekarang gantian gue. Tadi lo ungkit tentang hal sensitif dan gue sama kayak Owen. Apa maksudnya lo juga punya hubungan spesial sama Owen?" tanya Gara dengan sebelah alis terangkat, menatap Hara dengan intens seakan tidak mau melewatkan sekecil apa pun ekspresi wajah kembarannya.

"Gue nggak bermaksud gitu," jawab Hara berpura-pura innocent.

"Just answer me," kata Gara penuh penekanan, gantian.

"Nggak ada hubungan spesial, Gara. Nggak ada."

"Atau jangan-jangan, Owen yang suka sama lo? Gue baru menyadari sesuatu dulu waktu lo pergi, Owen nangis terus dan akhirnya mulai senang ndusel-ndusel manja sama gue. Apa itu sebagai pelampiasannya karena anggap gue kayak lo?"

"Tumben otak lo nggak lemot," komentar Hara, tetapi itu sukses memberikan damage yang tidak main-main pada Gara.

"APA??? JADI BENER OWEN SUKA SAMA LO? SELAMA INI DIA NIPU GUE MENTAH-MENTAH DONG TENTANG DIA PENYUKA SESAMA JENIS!"

"Tumben lo marah. Perasaan lo pernah bilang lo nggak keberatan selama bisa porotin uangnya, kan?" komentar Hara lagi yang kali ini terdengar seakan-akan terhibur dengan situasi ini.

Entahlah, mungkin saja dia senang kalau Gara mencak-mencak begini. Anggap saja pembalasan dendam.

Gara mendengus keras hingga tertawa terbahak-bahak seperti orang gila. "Wahhh... meski seharusnya gue seneng karena Owen normal, kenapa gue merasa harga diri gue diinjak-injak, ya?"

Hara mengabaikannya, lebih tepatnya cewek itu menunjukkan senyum seringainya dengan leluasa pada Gara karena dia jelas sedang bersenang-senang.

Bersambung


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro