Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16). Try to Open Minded

"Gara, there's the key," kata suara Alka sembari melempar kunci lengkap dengan gantungan pada Hara yang menerimanya tepat sasaran.

"Your bedroom--it has done," lanjut Alka setelah tidak ada respons dari Hara selain menatap kunci tersebut. "Gue nggak mau kepo buat nyari tau alasan apa yang bikin lo mau pisah kamar dari Owen, karena sejak awal kamar itu adalah milik lo dan lo juga udah berbaik hati untuk membiarkan gue memanfaatkannya sebagai perpustakaan pribadi gue, jadi lo berhak untuk itu."

Bagi Hara ini kali pertama dia mendengar Alka banyak berbicara sehingga selama beberapa saat cewek itu bergeming.

Sedangkan Alka, dia memutuskan untuk kembali ke kamarnya tetapi langkahnya spontan berhenti saat mendengar suara Hara di belakang.

"Hmm, thanks ya, Alka."

Alka berbalik, lantas menunjukkan senyum tipisnya pada Hara secara tidak terduga. "Gue kira lo bakal bertahan dengan karakter tsundere lo seperti yang dibilang Vico dan yang lain, termasuk sulit mengucapkan terima kasih."

Hara sukses dibuat bergeming untuk kedua kali yang bagi cewek itu layak dianggap sebagai pemecah rekor karena dia tidak pernah sukses dibuat bergeming oleh seseorang seperti Alka. Gimana ya, biasanya justru dia yang selalu berhasil membuat orang speechless akan perkataannya.

Apakah ini karena karakter Alka mirip dengannya?

"Awalnya memang iya, tapi gue sadar gue nggak boleh memperlakukan semua orang dengan cara yang sama di saat gue lagi marahan sama satu orang. Ibarat menuangkan sepuluh gelas air murni ke dalam baskom, jika ada satu gelas yang keruh, nggak semestinya gue memaksakan untuk menuang gelas keruh tersebut jika tidak ingin airnya tercemar, kan?"

"I like your statement, better than before," puji Alka bersungguh-sungguh hingga menarik senyum di bibir Hara. "And I like your smiling face better than angry one."

"Okay, thanks for your compliment," respons Hara. "Sounds like Galang's opinion."

"Did you just call my name?" tanya Galang dari ujung ruangan yang tiba-tiba saja ikut nimbrung, membuat duo Hara dan Alka menoleh ke sumber suara sementara Vico yang baru saja selesai menapaki anak tangga, tentu tidak ingin melewatkan momen ini.

"Tumben rame gini," celetuk Vico. "Mau ngerumpi apa, nih?"

Alka memutar bola matanya jengah dan bisa dibilang Hara mulai mengerti mengapa dia berhasil dibuat terpaku oleh kata-kata Alka barusan.

Karena karakter Alka Orlando memang mirip dengan dirinya.

Meskipun demikian, Hara tahu kesannya terhadap Vico sama seperti kesan Alka pada Vico; ngeselin, tetapi ngangenin di saat yang sama.

Karena karakter Vico memang bisa meramaikan suasana meski kadang terkesan bawel dan heboh.

"Eh kita nonton film horor yuk," ajak Vico dengan mata penuh semangat, segera masuk ke dalam kamarnya yang berseberangan dengan kamar Galang dan keluar tidak lama setelahnya. Sebelah tangannya menggenggam sebuah plastik berisikan disc DVD dengan cover gelap. "Owen, kita ke kamar lo nonton, ya? Plis-plis-plis," lanjutnya pada pemilik kamar tergede yang baru saja keluar dari kamarnya yang berdekatan dengan posisi Hara berdiri sekarang.

"Nonton apa?" tanya Owen, menatap bingung Hara dan Alka karena kebetulan keduanya berdiri di dekatnya.

"Horror movie, I think it's not a good idea," jawab Alka sembari mengembuskan napas bosan.

"Bilang aja lo takut," cibir Vico sembari menatapnya datar. "Gue laporin ke Maya besok ah, biar dia makin ilfil sama lo. Katanya sempurna, tapi rupanya cemen. Ah payah!"

"Siapa bilang gue takut? Gue bahkan bisa nonton sendirian dalam gelap, plis deh," jawab Alka tidak terima dengan nada intonasi tinggi.

"Nggak minat bukan berarti takut, Vico. Gue juga nggak minat," timpal Hara yang segera diajak high-five oleh Alka karena keduanya sependapat, membuat Vico memanyunkan bibir dengan tidak puas.

"Yahhh... kok kalian nggak mau, sih? Ini terbaru loh dari Thailand, pasti seru. Plisss... Galang, lo ikut nonton ya?"

"Ih, males dah gue liatin muka hancur. Bagusan muka gue ke mana-mana," jawab Galang sembari membuka tutup lipbalm dan mengoleskannya ke bibir sesuai kebiasaan.

Hopeless, kepala Vico diarahkan ke Owen. "Wen, nonton berdua, yuk?"

"Tuh kan, lo takut nonton sendirian. Ngaku aja deh lo," cibir Alka sembari menyeringai. "Lo lebih cemen dari gue."

"Kalo gitu buktiin lo bisa nonton tanpa nutup mata, gue mau liat." Vico menantang. "Kalo lo berhasil, gue bakal comblangin lo sama Maya sampai berhasil. Gimana?"

"Ck! Gue bisa dapetin Maya dengan cara gue sendiri!" tolak Alka mentah-mentah.

Namun sepuluh menit kemudian, berbanding terbalik dengan kesepakatan awal, semua anggota duduk berderet di sofa kamar Owen, termasuk Hara.

Alka yang menempati sofa paling ujung, tampak menyesali keputusannya sementara Galang yang duduk di sebelahnya tampak pasrah dan berusaha menghibur diri kalau ini semata-mata demi kepentingan loyalitas antar anggota.

Hara harus puas duduk di antara Vico dengan Owen. Ekspresinya jelas datar dan menganggap acara nonton bareng ini tidak penting, sangat kontras dengan ekspresi Vico yang bahagia hingga tersenyum lebar.

Sedangkan Owen, dia menatap Hara dengan tatapan yang sarat akan kecemasan yang kentara.

"Kalo lo setakut itu, kenapa lo mau aja sih setuju sama kemauan Vico?" bisik Hara ke telinga Owen.

"Gue nggak bisa nolak, soalnya. Nanti gue tutup mata aja deh," balas Owen.

Vico menuang semua kerupuk kentang ke dalam ember plastik berukuran besar dan meletakkannya begitu saja ke atas paha Hara, yang balas menatapnya dengan tatapan mencela.

"Biar serasa nonton di bioskop, yekan?" kata Vico dengan cengiran lebar. "Gue jamin lo bakal ketagihan nonton bareng habis ini. Namanya aja nonton bareng, seru-seruannya juga harus bareng-bareng, yekan?"

Bagi Hara, nonton film horor tidak membuatnya setakut itu hingga menutup mata seperti Owen tetapi bukan berarti dia segentar Alka yang menonton tanpa berkedip hingga kesannya seperti melotot, juga tidak membuatnya merasa mengantuk seperti Galang yang sudah tertidur dengan kepala ditengadahkan ke atas padahal filmnya baru diputar tiga puluh menit pertama.

Kesan pertama Hara adalah bosan. Dia merasa ingin kembali ke ranjang dan tidur saja, tetapi tangannya ditahan oleh Owen saat dia hampir beranjak dari duduknya.

"Lo mau ke mana?" tanya Owen dengan nada gemetar. "Jangan pergi, dong."

Owen kemudian mengulurkan kedua lengan untuk memeluk sebelah lengan milik Hara dan menyembunyikan wajahnya di balik tubuhnya, persis seperti anak balita yang ketakutan karena kedua kakinya juga diangkat untuk membungkus tubuhnya sendiri.

"Yeee... bilang aja modus mau pelukan sama Gara!" ejek Vico seenak jidat, tetapi itu tidak berlangsung lama karena cowok itu berteriak histeris ketika ada wajah hancur yang di-zoom ke layar secara tiba-tiba, membuatnya segera memeluk sisi tubuh Hara satunya lagi, lengkap dengan membenamkan kepalanya persis seperti Owen. Bahkan kakinya juga diangkat.

Keduanya kini seperti bayi gede di antara Hara.

Hara memutar bola matanya, lantas berujar, "Ibarat maling teriak maling, lo ternyata sama aja, Vico!"

Vico terkekeh. "Muehehehe... lo wangi juga ya, Ga. Pantesan Owen suka ndusel-ndusel manja sama lo. Bau lo enak. Nanti malam tidur bareng, ya? Gue kayaknya bakal ngebayangin terus muka hancurnya deh."

"Enak aja!" protes Owen yang nadanya naik secara tiba-tiba, membuat Hara refleks menjauhkan telinga dari risiko meradang. "Siapa yang izinin lo tidur sama Gara! Gue nggak setuju!"

"Ceileh! Posesif rupanya, ya? Heh asal lo tau ya, gue sama Gara juga nggak kalah mesra sampai sering bertukar dalaman. Lo belum pernah, kan? Hayooo... jadi siapa yang lebih deket sekarang?" protes Vico tidak mau kalah.

"Diem kalian!" hardik Hara kesal. "Gue tidur sendiri, Alka udah kembalikan kuncinya ke gue, oke? Masalah selesai, kan?"

"Yahhh... gue belum pernah tidur bareng lo!" protes Vico lagi, bersamaan dengan protes dari Owen.

"Jangan pindah dulu dong, Gara! Gue takut tidur sendirian! Plisss...."

"Kalo gitu kita bertiga tidur bareng di kamarnya Owen ya, Gaaa!" saran Vico dengan tatapan memelas.

"NGGAK!"

Namun satu jam kemudian, ekspektasi tidak sinkron dengan realita. Alka tertidur di sofa milik Owen, sebelah kakinya terkulai lemas ke lantai di bawah sementara entah bagaimana Galang telah kembali ke kamarnya sendiri dan melanjutkan aktivitas tidurnya. Hara tidur telentang di ranjang, tetapi dia tidur di antara Owen dan Vico yang sama-sama memeluk sisi lengannya dengan gaya tidur seperti bayi; menghadap Hara dengan gaya yang meringkuk seperti janin dalam kandungan. Dengkuran halus terdengar dari ketiganya seakan mereka nyaman dengan posisi tersebut.

Hara menggeliat sedikit dari tidurnya, tidak sadar kalau dia mengubah posisinya menghadap Vico, yang secara alamiah mengangkat lengan hingga memeluknya, membuat keduanya berhasil nyaman dengan cara mereka sendiri karena saling memberikan kehangatan.

Namun seakan mempunyai radar dalam kepalanya, Owen terbangun sedikit dan ketika dia sadar kalau posisi tidur Hara membuatnya cemburu, cowok itu lantas menarik lengannya hingga lepas dari belenggu Vico dengan sekali sentakan. Sentakan tersebut cukup bertenaga untuk ukuran Owen yang baru saja terbangun dari tidurnya, demi melepas Hara dari belenggu Vico.

Hara tidak sekali pun tahu karena dia masih tidur nyenyak, tetapi dia menggeliat untuk mencari posisi nyaman lagi yang justru membuatnya berakhir masuk ke dalam pelukan Owen.

Owen tersenyum lebar sebelum kembali menutup matanya dan tidur. Dia yakin tidurnya akan jauh lebih nyenyak dan berharap waktu tidak secepat itu berlalu.

Good night, Hara. Mimpiin gue, ya.

Bersambung



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro