Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

XX

Andrea berdecak kagum melihat apartemen Kaia yang hampir dipenuhi oleh seisi lemari wanita itu. Kaia adalah fashionista, kesukaannya pada pakaian menjadikan Kaia sebagai penyuka koleksi pakaian mahal dan branded yang tak pernah Andrea pahami seberapa mahalnya baju-baju itu.

Kaia mengeluarkannya satu persatu. Dan Tuhan.. Lihat pakaian kurang bahan itu membuat Andrea bergidik ngeri melihatnya.

"For you," kata Kaia sambil menyerahkan satu ripped jeans yang sangat membuatnya kesal.

"Kai.. Ini terlalu besar robeknya." kata Andrea dengan gemas.

Kaia terkekeh pelan. "That's a style, coba deh, An. Kaki lo bagus kok, dan tenang aja ini acaranya bukan di klub-klub besar, cuman Bar yang disulap jadi tempat party aja."

"Iya, tapi celana ini—"

"Celana ini atau hotpants?" tawar Kaia.

Tidak ada yang benar. "Ini aja deh!"

"Good," kata Kaia dengan senang.

Kemudian ia mengambil salah satu kamisol berwarna putih yang masih terdapat label harga pada pakaian itu.

"Ini, masih baru, kulit gue nggak cocok pakai warna putih." kata Kaia sambil menyerahkan kamisol itu.

Kamisol dengan berenda tipis yang terdapat pada bagian pinggang, Andrea yakin.. Kulitnya akan menerawang memakai kamisol ini, dan lagi.. Tali tipis yang menjadi penyangga tubuhnya.

"An, jangan pakai bra! Kalau pakai bra lagi bakal kelihatan jelek, tenang aja.. Kamisol itu sudah punya potongan untuk menyangga payudara lo!" teriak Kaia dari kamarnya.

Andrea menatap ngeri pada kamisol itu. "Kai, aku nggak bisa pakainya!"

"Gue bantuin!"

Ck, bukan itu! Tapi sejak kapan Andrea memakai pakaian setan seperti ini?! Ah! Dia akan dibakar hidup-hidup oleh Ibunya.

"Be naughty tonight, Babe!" kata Kaia menepuk pundaknya.

Kaia sudah mengganti pakaiannya dengan dress ketat berwarna hitam yang memperlihatkan seluruh lekukan tubuhnya. Dan lagi, lihat bagaimana payudara Kaia yang terlihat sangat menantang itu.

"Mau mandi dulu?" tanya Kaia.

Andrea hanya melongo. "Aku.. Aku takut,"

Kaia tertawa melihat Andrea seperti anak kucing yang takut pada air. "Sana deh, lo mandi dulu nanti gue bantu makeup."

Kaia mendorong tubuh Andrea hingga toilet, ia melihat pakaian yang ada ditangannya dan sekali lagi hanya bisa membuang napasnya dengan kasar.

Do it now! Kapan lagi, Andrea? Hanya sekali.. Ujarnya berbicara pada hatinya sendiri.

Andrea memantapkan hati dan mandi, ia mengganti pakaian kerjanya dan memakai baju pilihan Kaia.

Niatnya tidak buruk kok, Andrea hanya ingin melihat kehidupan dari jendela yang berbeda. Kaia wanita bebas yang selalu melemparkan penat akibat pekerjaannya dengan cara yang berbeda.

"Gorgeous!" puji Kaia ketika melihat Andrea baru saja keluar dari kamar mandi.

Andrea menutup dadanya sendiri. Sementara Kaia terus menelisik tubuh Andrea dari atas hingga bawah.

"Mantep banget sih, An! Body lo!"

Andrea memutarkan bola matanya dengan jengah. "Aku pakai sweater aja deh!"

"Lo mau dikira orang sakit?!"

Andrea berdecak kesal. "Ya gimana dong! Ini seksi banget!"

"Nggak, An!" Kaia menarik lengan Andrea agar duduk di kursi meja riasnya. "Ini nggak keterlaluan kok, lo mau pakai heels atau boots?" tawar Kaia.

Andrea menggeleng keras. "Flat shoes aja deh."

Lagi-lagi Kaia menggeleng, ia membuat rambut panjang Andrea yang panjang sepinggul itu terurai, menyisirnya dan sedikit memblow agar terlihat bervolume.

Satu hal yang Kaia sukai, wajah Andrea yang mulus bagaikan porselen. "Gue mau buat lo yang lebih berani sekarang, by the way dimana kacamata lo, An?"

"Pecah,"

"Hah? Pecah beneran?" tanya Kaia terkejut.

Andrea mengangguk. "Iya,"

"Kok bisa?"

"Ada kejadian sial tadi."

Ah, sebenarnya bukan sial. Hanya saja hati Andrea terasa panas melihat pria yang ia... Benci setengah mati sangat baik hati pada setiap wanita.

Andrea menutup matanya dan membiarkan Kaia melakukan sesuatu pada matanya. Jadi, ia menganggap semua kekesalannya malam ini lari pada ajakan Kaia. Itu lebih tepatnya.

Setengah mati ia kesal pada Arya, pria itu tidak mengabarinya. Tidak mengirim pesan singkat, ataupun mengganggunya. Tidak ada Arya yang bawel dan menyebalkan!

"Buka mata lo," kata Kaia.

Ia membuka matanya dan melihat penampilan dirinya di cermin kali ini. Makeup bold, dengan tatanan yang lebih berani. Lipstik berwarna maroon itu membuat bibir Andrea yang tebal semakin tebal saja. Eyeliner pada matanya dibuat sangat runcing menampilkan kesan tegas dan berani.

"Kaia.. Kok muka aku jadi serem?" rengek Andrea.

Kaia menghela napasnya kesal. "Ini bukan serem, An. Udah deh, yang lihat kan orang lain! Bukan lo! Ayok cabut!" ajaknya.

Andrea berdiri dan melihat dirinya yang kali ini sangat berbeda. "Kai.."

"Sudah, jangan ngerengek terus kayak anak kecil. Barangkali, lo ketemu jodoh di party sana!"

"Mana ada jodoh ditempat kayak begitu?!" timpal Andrea.

Kaia mengangkat bahunya. "Who know? Sudah, pakai tuh heels keren banget dah teman gue!" puji Kaia.

Andrea hanya bisa menuruti Kaia. Ia memakai heels hitam sebagai paduan sempurna untuk kakinya. Entah kenapa, ukuran tubuhnya dan ukuran kakinya dengan Kaia memiliki ukuran yang sama. Seolah-olah, Tuhan sudah menakdirkan Andrea agar bersahabat dengan Kaia.

...

...

Bar yang Kaia maksud adalah tempat cafe yang sudah dirubah menjadi tempat untuk party merayakan ulang tahun teman Kaia yang baru saja berkenalan dengan Andrea.

"Hi, Kaia!" teriak temannya yang berambut pirang itu.

"Hi, Alexi.. This is my friend, Andrea." kata Kaia memperkenalkannya.

Andrea merasa tidak aneh melihat wajah Alexi yang ada di depannya. "Gue Alexi,"

"Aku Andrea,"

"Thanks udah datang malam ini." kata Alexi pada Kaia.

Kaia mengangguk dan merangkul bahu Andrea. "Jadi, An.. Lexi itu teman gue waktu kecil di Bali."

"Oh, ya.." balas Andrea canggung.

Alexi menepuk bahu Andrea. "Santai aja, nggak usah tegang, we're friend right now. Karena lo juga temannya Kaia."

Andrea tersenyum mendengarnya. "Thanks, Lexi."

"Mau minum apa? Champagne?" tawarnya pada Kaia.

Kaia mengangguk. "Non alcohol ya, Beb.. Teman gue anti alkohol." katanya menunjuk Andrea.

Alexi mengangguk paham. "Jadi, Andrea ini ketemu sama Kaia di kantor?"

"Technically, ya.. Kaia friendly banget dan aku bersyukur ketemu dia di FGM."

"Lebay banget lo," timpal Kaia malu.

Alexi tertawa. "Memang sih, Kaia itu friendly abis, lo nggak salah milih Kaia jadi teman lo, Andrea."

Andrea hanya tersenyum. "Di lihat-lihat, wajah kamu mirip salah satu influencer yang baru aja jadi bintang tamu di program aku lho!"

"Oh ya?" kata Alexi dengan semangat. "Pasti itu kembaran gue, Alexa."

Mata Andrea membulat tak percaya. "Jadi, Alexa itu kembaran kamu?"

Alexi mengangguk antusias. "Iya, dia saudara kembar gue. Dia sebentar lagi datang kok, wah.. Dunia sempit banget ya!"

"Iya, astaga.. Pantas saja, lihat wajah kamu rasanya nggak asing lagi."

"Dan Andrea, lo harus tahu," kata Kaia kali ini sambil memberikan white champagne untuk Andrea. "Dia ini vlogger terkenal, dan ini untuk lo non alcohol, Babe.. Aman."

Andrea terkekeh pelan dan menerimanya. "Thanks ya!"

"Alexa!" teriak Alexi yang baru saja memanggil saudara kembarnya.

Andrea menoleh sambil menyesap white champagne yang tengah ia coba dan sialnya ia tersedak.

Alexa datang bersama Arya Atmodjo yang tengah merangkul pinggang Alexa yang ramping sempurna itu. Mata Andrea membelalak tak percaya, jadi... Arya Atmodjo dan Alexa itu?

"Lexi! Happy birthday to you!" kata Alexa memeluk saudaranya.

Alexi menerima pelukan dari sang Kakak dan berkata. "Selamat ulang tahun juga untukmu!"

Andrea menelan champagne-nya dengan susah payah, Arya tengah menatapnya dengan tajam. Oh, sialan.. Pakaian yang Kaia berikan padanya, Andrea merasa ditelanjangi saat ini juga.

"Kaia?" kata Alexa terkejut. "Ini Kaia? Astaga.. Sudah lama sekali, long time no see!"

Kaia memeluk Alexa, di sini yang menjadi patung hanya Andrea saja. Bahkan ia tak berani mengangkat wajahnya kali ini.

"Oh ya, Lexa kamu tadi siang datang ke program Menajam Langit, kan? Dia kreatifnya!" tunjuk Alexi pada Andrea.

Alexa lagi-lagi mengernyitkan dahinya. "Andrea? Iya, kan? Astaga.. Iya bener, aku pangling banget lihat kamu yang, wow banget!" kata Alexa memuji Andrea.

Andrea hanya tersenyum sekilas sebelum membetulkan rambutnya yang terurai agar menutupi dadanya.

"Pak Arya? Kok sama Alexa? Jangan-jangan, Pak Arya uhm—kalian dating, ya?" tebak Kaia.

Alexa terlihat malu-malu, sementara Arya lagi-lagi tersenyum dan merangkul pinggang Alexa.

"Spekulasi kamu tidak salah," kata Arya menjawab pertanyaan Kaia.

Kaia menutup mulutnya tak percaya. "Astaga! Ini bakalan jadi berita paling heboh di kantor!"

"Kelihatan banget kan, lo biang gosip!" ledek Alexi.

Alexa dan Arya tertawa. "Aku ke sana dulu ya, Arya. Kayaknya ada teman kampusku dulu,"

Alexa mengecup pipi Arya sebelum meninggalkan pria itu. Alexi menepuk sofa yang ada disebelahnya. "Arya, duduk sini nggak apa-apa, kan?"

"Thanks sudah ajak aku bergabung," kata Arya dengan sopan.

Pria itu terlihat tampan malam ini meskipun hanya memakai jas hitam dan kaus hitam bertuliskan saint laurent. Andrea mengutuk dalam hati, kenapa pria berkaus hitam selalu terlihat tampan dimatanya? Atau hanya matanya saja yang salah?

"So Andrea, you so different tonight." kata Arya memulai percakapan.

Andrea tersenyum patah sebelum Kaia menyela dengan cepat. "Ini hasil karyaku lho, Pak." kata Kaia dengan bangga.

Arya menatap Andrea dari atas hingga bawah dan mengangguk. "Ya, bisa diakui. Ternyata, Andrea memiliki sisi liar juga." kata Arya dengan kurang ajarnya.

Andrea merasa malu, benar apa kata Ibunya. Laki-laki hanya melihat dari sisi fisiknya saja, Andrea ingin menangis sekarang dan menyesal karena telah mengikuti Kaia.

"Pak, jangan salah.. Andrea cuman melampiaskan rasa stresnya aja kok." bela Kaia.

Arya mengangguk singkat. "Stres ya, setahu saya Andrea penyuka pekerjaannya. Bukannya dia workholic?"

"Ya memang kenapa sih, Pak?" balas Andrea kini membuka mulutnya. "Ada yang salah kalau saya juga pengen hangout? Kaia bilang, saya bisa punya teman banyak, kenalan dengan banyak orang dan lagi.. Apa tadi, Kai? Dapat cowok, kan?" tanya Andrea dengan polosnya.

Kaia meringis kaku dan menatap Andrea aneh. "Eh, iya, An.. Ya, lo bisa dapat teman cowok."

"Nah, dan sekarang aku pengen dapat teman cowok!" timpal Andrea dengan semangat.

Kaia mengernyitkan keningnya heran dan memegang dahi Andrea yang bersuhu normal. "An, gue nggak kasih lo alkohol tapi kenapa lo jadi korslet gini?"

Andrea menepis tangan Kaia. "Kai, kamu yang ajak aku ke sini!"

"I-iya.. Gue ajak lo kan buat cari pengalaman." jawab Kaia.

Alexi tertawa. "Got it, gue kenalin sama kakak gue mau?" tawar Alexi.

Andrea mengangguk dengan antusias. "Boleh deh,"

Kening Arya berkerut, ia menatap Andrea yang bersikap aneh di malam ini. Dan Tuhan, lihat betapa gilanya pakaian yang Andrea pakai. Lupakan Andrea nerd dengan kacamata tebal hitamnya, tapi yang ada di depannya kini adalah Andrea versi wanita dari Matteo Lubis!

"Kak!" teriak Alexi memanggil salah satu kakaknya.

Andrea menelan ludahnya dengan gugup. Sial! Apa yang kamu lakukan sih, Andrea?!

Pria bertubuh besar dengan bola mata hitam dan rambut ikal yang tertata rapi itu datang mendekati meja mereka. Andrea bisa melihat potongan wajah Alexa pada pria itu, hidung yang bangir dan tubuh yang tegap membuat Andrea kalap.

"Ada yang mau kenalan, lo mau kan, Kak?" tanya Alexi kini.

Pria itu mengangguk. "Boleh, yang mana?" tanyanya.

Alexi menunjuk Andrea. "Dia Andrea, teman Kaia."

Pria itu tersenyum pada Andrea dan berkata. "Hi, Andrea gue Alexander kakak Alexa dan Alexi.

Andrea mengangguk dan menerima jabatan tangan Alexander. "Hi, Alexander."

"Manis sekali," puji Alex. "Kamu temuin dia dimana?" tanyanya pada Alexi.

Alexi memutarkan bola matanya. "Sudah kubilang dia teman Kaia."

Alex mengangguk dan menatap Andrea. "Mau gabung ke sana?" tunjuknya ke salah satu Bar. "Kamu bisa pesan minuman yang kamu mau di sana."

Andrea melihat Bartender yang tengah menyiapkan minuman di sana. "Bo-boleh." jawab Andrea gugup.

Andrea bangkit dari sofa dan tersenyum pada Kaia. "Have fun, An!" kata Kaia.

Andrea mengangguk, belum ia menerima genggaman tangan Alexander pinggangnya sudah di tarik oleh seseorang.

"Pulang," bisik Arya di telinganya.

Andrea membulatkan matanya dan menoleh pada Arya, ia berusaha melepaskan tangan besar pria itu yang ada di tangannya. Ini seperti dejavu bagi Andrea, Arya pernah menangkapnya ketika ia akan jatuh di restoran.

"Pak!" kata Andrea mengelak. "Saya mau pergi sama Alex,"

Pria itu mencengkram pinggangnya lebih kuat. Andrea bisa melihat wajah shock pada Kaia dan Alexi, terutama Alexander.

"Saya bilang kita pulang, atau saya seret kamu dari sini, Andrea." geram Arya di telinganya.

Lupakan semua orang yang tengah menatapnya, tangan Arya yang besar kini berada di pinggangnya dan memutarkan tubuhnya dengan mudah.

"Kaia, terima kasih sudah membawa Andrea ke sini. Dia pulang bersama saya." ujar Arya sebelum pergi.

Kaia mengangguk cepat, sementara itu Andrea merasa malu dan takut setengah mati.

"Pak!" jerit Andrea di dalam lift.

Arya tidak mendengarkannya, pria itu menelepon supirnya dan berkata. "Tunggu di loby, antarkan saya ke Pullman."

Arya memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku dan kini mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Andrea.

Andrea tak berani membuka mulutnya kembali, ia tetap mengikuti pria itu sampai mobil dan memasukinya dengan tergesa-gesa.

Arya menutup pembatas diantara kursi penumpang dan supir yang tengah mengemudi mobil pria itu.

"Pak," kata Andrea setengah mati ketakutan. "Ini mau kemana?"

Arya menoleh dan menarik tengkuk Andrea mendekati wajahnya. "Jangan banyak bicara, saya sudah menahan ini sejak tadi."

Andrea menatap mata abu gelap milik Arya dan berusaha agar tak membuat suara kembali. Tapi apa yang dilakukan pria itu adalah, mencium bibirnya dan membuat Andrea mengepalkan kedua tangannya.

Arya melumat bibir Andrea yang merah menantang, menghabisi semua lipstik yang melekat di bibir gadis itu. Menggigit bibir Andrea dan memaksakan lidahnya agar masuk ke dalamnya, meskipun reaksi yang Andrea berikan adalah sebaliknya—gadis itu takut padanya, dan Arya tidak bisa berhenti mencecap semua bibir gadis itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro