Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

VII

Pagi harinya di kantor, suasana para manusia di ruangan Tim Kreatif cukup horor. Mereka semua memandangi Andrea seakan-akan Andrea ini kuman yang harus mereka hindari. Tidak jauh berbeda dengan Kaia kasusnya.

Kaia dihindari karena gadis itu terlalu pemberani dan pintar, cara sosialisasi di kantor ini memang cukup buruk. Kurangnya ikatan emosional antar pekerja membuat mereka saling sibuk satu sama lain dengan kehidupannya, dan tidak ada yang mau menunjukkan sikap hangat.

Maka Andrea akan selalu merasa beruntung karena ia bisa mengenali Bagus dengan baik. Pria itu adalah penyelamat utamanya, dan Kaia adalah penyelamat keduanya. Bagus memang tidak pernah menunjukkan keresahannya dalam bekerja, pria itu akan tetap bersikap tenang dalam hal dan situasi apapun.

Tidak aneh, jika para bawahannya akan merasa segan dan kagum pada Bagus. Termasuk kali ini. Briefing pagi ini Bagus sudah terlihat tampan hanya dengan kemeja biru mudanya yang masih rapi, Andrea tersenyum diam-diam, ia menyukai apapun yang Bagus pakai dan akan terlihat sangat baik jika dipakai oleh pria itu.

"Okay, briefing kali ini membahas perpindahan tugas atau tanggung jawab Tim Kreatif acara Menajam Langit yang sebelumnya di handle oleh Andrea." kata Bagus membuka percakapan mereka semua.

Semua orang kini memandangi Andrea, termasuk Pak Hamid—Director paling ketus dan kejam yang pernah Andrea kenal.

"Memang ada apa dengan Andrea? Semua orang sudah mendapatkan job-nya masing-masing, bukan?" timpal Karmila si Floor Director yang tidak pernah mau tertinggal atensinya.

Bagus mengangguk. "Ya, maka dari itu saya mengumpulkan kalian semua di sini. Dan maaf Pak Hamid, sepertinya Anda sudah lebih dulu tahu daripada saya tentang pengumuman ini."

Hamid mengangguk sekilas dan melipat kedua tangannya di atas dada. "Anyway, apa dia memang jadi anak emas di sini, Bagus?" timpal Hamid dengan nada yang tidak bersahabat.

"Sori, Pak Hamid?" kata Bagus berusaha bersikap tenang.

"Everything is wrong in here, Bagus. And I don't accept it. You're Pak Arya friend I know you. But, Andrea? Dia bahkan belum lama bekerja di sini, Bagus."

Ruang meeting terbuka seketika, menampilkan penanggung jawab produksi program Menajam Langit yang baru masuk. Well, Hardianto Purnomo, pria itu datang dengan wajah yang masam bahkan sudah menunjukkan ketidaknyamanan pada semua orang.

"Debated again?" kata Hardianto atau yang kerap di panggil Hardi itu kini berdiri di sisi Bagus.

Bagus menghela napasnya dan memijat keningnya dengan bingung. "This is not my intuition."

"I know," balas Hardi dengan dingin, lalu setelahnya Hardi memandangi Andrea dengan lekat. "Orang-orang di Personalia menyukai kamu, Andrea." kata pria itu pada Andrea.

Andrea bingung harus bereaksi apa, itu kata pujian atau sarkas sebenarnya?

"Terima kasih, Pak." as usual, Andrea answer that's the poin.

Di seberangnya, Hamid tampak kesal dan pria tua itu seolah ingin menghabisi Andrea hingga tak bersisa.

"Dimana Arya Atmodjo? Harusnya dia ada di sini, kan?" kata Hardi dengan tegas.

Bagus mengangguk, namun setelahnya pria berpakaian rapi dengan jas hitam dan dasi berwarna navy itu menggemparkan ruang meeting. Di sana ada Arya Atmodjo yang baru saja datang bersama asisten pribadinya. Andaikan ini bukan timing yang buruk, Andrea akan mengajukan pembatalan atas tawaran yang pria itu berikan padanya.

Semua orang berdiri ketika Arya Atmodjo datang, dan suasana ruangan semakin mencekam dan tidak enak. Hardi masih menatap Arya Atmodjo yang statusnya lebih tinggi daripada pria itu dengan bingung.

Arya Atmodjo adalah CEO, dan penanggung jawab dari semua kegiatan yang berjalan. Andrea hanya bisa pasrah, meeting pagi ini tidak akan berjalan dengan mudah. Di depannya, ada beruang hitam—Hamid yang akan menerkamnya, di sisi lain ada Bagus yang berusaha menetralkan segala arahan, dan di seberang utara ada Arya Atmodjo yang tengah menatapnya dan akan memakannya dengan hidup-hidup.

"Sori saya telat," kata Arya Atmodjo tanpa rasa bersalah.

Andrea tidak tahu kalau pendelegasian tugas akan sebegini rumitnya. Mita, yang akan mengambil alih tugasnya hanya bisa menghela napas kecil di sisinya dan berbisik.

"Kalau lo nggak mau jadi sekretaris Pak Arya, tolong kuatkan argumen lo sendiri, Andrea." cetus Mita padanya.

Ini adalah interaksi pertama kalinya ia bersama Mita, gadis itu memang tidak memiliki tatapan hangat seperti Kaia. Tapi, dari saran yang Mita berikan padanya, sepertinya ini waktunya Andrea untuk speak up di depan semua orang.

"Jadi, coba Anda jelaskan maksud Anda, Pak Arya. Bagaimana bisa karyawan FGM yang diharuskan bertugas di divisi kreatif menjadi sekretaris Anda? Bukannya Anda sudah memiliki Pak Hanung sebagai asisten pribadi Anda?" tanya Hardi kali ini.

Andre memerhatikan wajah Arya yang kelewat santai, sementara ia sudah gugup dan keringat dingin terasa mengalir di punggungnya.

"Apa ada yang salah dari pilihan saya?" jawab Arya Atmodjo dengan lantang, "Saya melihat potensi yang ada pada anak itu," kali ini tunjuknya pada Andrea.

Semua orang kini menatap Andre, dan Hardi yang tengah berusaha menatap dalam padanya. "Andrea, kamu adalah tim kreatif di sini, jika kamu merasa terpaksa akan permintaan Pak Arya, kamu bisa mengajukan pembatalan kontrak dengannya. Kamu tidak bisa seenaknya mendelegasikan pekerjaan kamu pada yang lain." kata Hardi dengan tegas.

Andrea masih diam, ia menatap Bayu yang tengah menangkupkan kedua tangannya di atas meja seolah tidak akan membantunya.

"Kamu ingat, Andrea? Dari awal program Menajam Langit ada di di FGM-TV kamu adalah kreatifnya, saya pikir kamu yang tahu seluk beluk Menajam Langit sejak awal. Untuk biaya produksi bukan masalah yang besar, tapi kepercayaan penonton yang sudah nyaman dengan acara Menajam Langit. Apa kamu akan mengorbankannya, Andrea?"

Celaka dua puluh, Andrea! Teriaknya dalam hati.

Andrea berdiri dari kursinya dan berdeham sambil menatap semua orang yang ada di ruangan. "Sebenarnya ini juga bukan keinginan saya. Saya masih tidak tahu alasan pasti kenapa Pak Arya memilih saya sebagai sekretarisnya. Saya nyaman menjadi tim kreatif, dan saya jujur.. Saya pun tidak mau meninggalkan Menajam Langit dan mendelegasikan tugas pada teman satu divisi saya dan soal—"

"Cukup Andrea," potong Arya dengan berani.

Pria itu bangkit dan berjalan mendekati Andrea yang duduk paling ujung di ruangan meeting. "Saya hanya meminta kamu untuk menjadi sekretaris saya selama satu bulan, bukan? Itupun hanya percobaan, Andrea."

Andrea menundukkan kepalanya dan berusaha menormalkan napasnya yang memburu. Selama hidupnya, ia tak pernah berada di posisi mencekam ini. Di sidang oleh semua orang. Hanya Ibunya yang pernah melakukan ini, menginterogasinya setelah Andrea pulang malam karena membeli tiket bioskop dengan jam nonton pukul sembilan malam.

Oh Ibu yang Mulia.. Bantu Andrea.. Pintanya dalam hati.

"Saya tidak berusaha menyetujuinya pada saat itu, Pak. Saya sadar, saya punya tanggung jawab di sini." kata Andrea berusaha memberanikan dirinya.

Bagus kini sudah bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Andrea. "Andrea, this is your choice. Jika kamu memang tidak ingin, katakan saja."

Ah, triple sialan. Hanya karena perasaannya pada Bagus, siang itu ia seenaknya saja mengangguk mengikuti saran pria itu. Ia malah terjebak dalam suasana yang tidak mengenakkan ini jadinya.

"Pak, saya... Saya menolak untuk menjadi sekretaris Anda, maafkan saya." kata Andrea pada Arya Atmodjo yang berdiri di depannya.

Arya Atmodjo tampak menegang dan menahan amarahnya. Andrea tahu setelah ini ia akan mendapatkan masalah besar. Di pecat? Sepertinya hal itu akan terjadi padanya.

"Are you serious, Andrea?" kata Arya berusaha mengintimidasi Andrea.

Andrea mengangkat wajahnya dan menatap kedua mata abu-abu Arya. "Ya, Pak. Saya sangat serius."

Arya mengepalkan kedua tangannya, namun bibirnya tetap tersenyum menatap Andrea. "Saya tidak bisa menerima penolakan kamu, Andrea."

"Tapi Pak—"

"Pak Arya," kini Hardi yang bersuara di ujung seberang sana. "Jangan mempersulit semuanya."

Arya Atmodjo mengangkat bahunya seakan tidak peduli. "Kalau begitu, Andrea merangkap dua pekerjaan. Menjadi sekretaris saya dan tetap menjadi kreatif di Menajam Langit. Atau saya hapus program Menajam Langit tanpa berpikir dua kali.

Celaka dua lima, Andrea! Arya Atmodjo adalah definisi dari Bos Bajingan yang sebenarnya.

"Pak Arya?" tanya Hamid yang tidak percaya.

Arya Atmodjo sekali lagi tersenyum. "Saya tunggu Andrea di ruangan saya, jika acara Menajam Langit hilang hari ini, maka salahkan gadis yang kalian pertahankan ini. Saya permisi, dan terima kasih atas perhatiannya." kata Arya yang meninggalkan ruangan bersama asisten pribadinya.

Andrea menarik napasnya, ia menjatuhkan tubuhnya di atas kursi dan Bagus yang kini terlihat prihatin melihatnya.

"Andrea, I'm sorry about this. Pak Arya is the stubborn. Sekali lagi saya tanya, apa kamu sanggup, Andrea?" tanya Hardi dengan serius.

Mau tidak mau, bukan?

"Saya akan berusaha, Pak. Mungkin akan membutuhkan senggang waktu yang cukup dan membaginya diantara menjadi kreatif dan sekretaris untuk Pak Arya."

Semua orang di ruangan meeting tampak menghela napasnya lega, sementara itu Hamid lebih pergi dulu keluar dari ruangan tanpa basa basi.

Bagus di sisinya menepuk bahu Andrea dan berkata. "Do your best, I believe you, Andrea. Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa bilang sama saya."

Itu adalah kata paling manis yang pernah Andrea dengar. Entah kenapa jantungnya kini berulah lagi, tatapan Bagus dan cara Bagus menyampaikan ucapannya terasa menenangkan.

"Terima kasih, Pak." kata Andrea dengan senyumannya.

Bagus keluar dari ruang meeting menyisakan Andrea yang tengah berpikir keras bagaimana cara membagi waktu menjadi kreatif di Menajam Langit dan menjadi sekretaris untuk pria arogan itu?

"Astaga... Mau jadi pengangguran aja deh kalau gini caranya." gumam Andrea meratapi nasibnya kini.

...

...

Andrea baru saja menyetor naskah rundown untuk besok yang sudah disetujui oleh produser. Hari ini, Karmila langsung stand by di floor tengah mengarahkan sekaligus rehearsal para penonton untuk bintang tamu dengan yel-yel unik karena salah satu motivator Indonesia, Dokter kulit ternama Tarendra Hardjakusuma, SpKK yang datang. Jangan tanya berapa banyak fans sang dokter kulit itu. Dikabarkan, Dokter Tarendra yang kerap dipanggil Dokter Rendra itu akan melangsungkan pernikahannya dengan celebrity dari kalangan atas Nadia Pandhita.

Dokter Rendra terkenal karena ia adalah turunan dari keluarga konglomerat Hardjakusuma dan ia bagian dari triplet Hardjakusuma. Andrea merencanakan akan mengundang saudara kembar Dokter Rendra yang lain. Ya, tidak asing lagi, kesuksesan putra-putra Hardjakusuma sudah melambung tinggi. Pertama, Tanaka Javas Hardjakusuma adalah salah satu Profesor lulusan Harvard yang selalu menginspirasi mahasiswa kedokteran departemen cardiologist, yang terakhir ada Tanwira Wishaka Hardjakusuma the perfect lawyer in Indonesia. Dia sudah mengendalikan kasus terumit dan namanya semakin di kenal setelah menjadi Pengacara dari keluarga Zhou.

Kisah berat keluarga Zhou memang sangat panas di tahun lalu. Perlu menghabiskan satu tahun penuh hanya untuk mengurus kasus pembunuhan berantai keluarga Zhou yang dilakukan oleh kerabat mereka sendiri.

"Sudah siap?" tanya Karmila sekali lagi pada para tamu-tamu acara Menajam Langit.

MC program Menajam Langit, Hindia Yasha sudah stand by dengan senyuman yang khas. Ini lebih baik daripada Nathalia, pikir Andrea. Nathalia sudah tidak terdengar lagi, namanya seolah hilang melenyap entah kemana.

Produser sudah mulai mengangkat jarinya dan menatap monitor dengan serius. "One, two, three, action!"

"... Halo teman-teman Menajam Langit! Kembali lagi bersama saya Hindia Yasha di Menajam Langit hari ini! ..."

Teriakan para penonton di studio begitu riuh dan menghidupkan suasana di studio. Karmila, Floor Director tengah tersenyum puas, Andrea senang melihatnya jika semua berjalan lancar di awal.

"... Dokter mengatakan, tindakan adalah kunci dari segala kesuksesan. Siapa yang tahu? Ketika kita mendapatkan sebuah kejadian, intuisi manusia ketika melihat sebuah rumah sakit adalah tempat dimana sebuah tubuh sedang beristirahat dari masa sehatnya ..."

Andrea berhasil mengarang kata-kata itu dari idenya semalam yang ia pikirkan. Karena jantungnya berdebar-debar, ia malah menjelajahi google dengan cara yang tidak wajar.

"... Sebagai pasien, ketika kita masuk ke dalam ruang operasi, artinya kita mempercayakan dan menyerahkan segalanya pada Dokter. Tapi kali ini, berbeda. Ada yang tahu? Dokter yang tidak akan menyakiti kulitmu, tapi dia akan menyembuhkan kulitmu ..."

Suara riuh penonton studio lagi-lagi terdengar, Andrea memerhatikan bagaimana Hindia Yasha berhasil membawa daya tarik para penonton dibandingkan Nathalia.

"... Kalian tidak percaya, bukan? Maka dari itu! Mari kita sambut Dokter Kulit ternama yang selalu menginspirasi semua orang, Dokter Tarendra Hardjakusuma, SpKK saya persilakan untuk memasuki studio! ..."

"Woy!"

Kaia baru saja menepuk bahunya membuat Andrea melotot. "Lo jadi ambil tawaran Pak Arya?"

Andrea menggeleng. "Nggak,"

"Kok nggak?"

"Eh, aku terima, Kai. Aku pegang dua job di perusahaan ini." jawab Andrea sambil berbisik.

Kaia mengerutkan keningnya tak paham. "Maksud lo gimana ya, Mbak?"

Andrea ingin menyingkir, tapi ia tak mungkin bisa seleluasa itu. "Intinya, aku jadi sekretaris dia dan tetap jadi kreatif di sini."

Kaia membulatkan matanya tak percaya. "Eh, buset! Lo gila ya, An? Pasti tadi pagi meeting berantakan banget?"

Andrea mengangguk. "Hm, berantakan banget."

"Oh my Godness, untung gue nggak ada di TKP." celetuknya tanpa dosa.

Andrea memandang Kaia dengan malas. "Kamu kenapa nggak istirahat aja sih, Kai? Masih banyak waktu kan buat kamu ngerjain rundown besok pagi?"

"Gue mau traktir lo, Andrea Lubis!" kata Kaia dengan jumawa. "Gue baru aja dapat bagian warisan dari Papa."

Wah, tipikal anak kurang ajar memang Kaia ini. "Kok bisa?"

"Papa dan Mama gue memutuskan untuk bercerai, An. Mama gue Islam, dan Bokap literally Hindu."

Andrea menatap Kaia takjub. "Wah, keren banget itu."

"Jadi menurut lo keren?"

"Iya,"

"Andrea!"

Bagus baru saja memanggil namanya. Andrea meminta izin pada Kaia agar undur diri dan menghampiri Bagus.

"Iya, Pak?"

"Kamu ke ruangan Pak Arya sekarang, Andrea. Urusan di sini sudah kelar, Hindia bahkan hampir selesai." kata Bagus sambil menatap Hindia.

Andrea menelan ludahnya gugup, jadi Arya Atmodjo benar-benar membuatnya sebagai sekretaris pria itu?

"Baik, Pak." jawab Andrea pasrah.

Bagus mempersilakan agar Andrea meninggalkan studio. Kecewa, dengan respon Bagus yang tak sehangat tadi pagi. Apa pria memang selalu berubah-ubah? Tanya Andrea dalam hati. Ah, sekali lagi ia harus tanyakan pada pakar cintanya—Rani.

Ya, harus!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro