Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

IX

Ini adalah segmen terakhir dalam minggu ini, Hindia Yasha baru saja menutup acara dan melanjutkan pada kata-katanya yang berusaha menginspirasi banyak orang. Oh, Andrea ingat.. Dia membuat naskah secepat mungkin ketika pagi tadi baru saja datang ke kantor.

Seperti para penggila kerja lainnya, Andrea pun akan senang jika waktu weekend tiba. Hari jumat malam akan jadi hal yang menyenangkan bagi orang-orang di kantor. Termasuk Kaia.

Kaia adalah orang penikmat pesta, dia tidak akan pernah absen dalam satu minggu. Menurut Kaia, melepas penat karena pekerjaan sangat penting untuknya. Jika tidak, Kaia akan jadi orang yang sangat pemarah dan tidak bisa mengontrol dirinya.

"Sudah beres?" tanya Kaia yang baru saja datang dan beberapa lembar kertas di pelukannya.

Andres mengangguk dengan wajah bad mood. "Sudah, aku harus pergi sekarang."

"Kemana?" tanya Kaia heran.

"Kemana lagi kalau bukan Gala Charity Ball bersama Bos besar?"

Kaia tertawa saat ini, ah... Andrea... Terjebak di situasi yang sangat menguntungkan sebenarnya. "Semangat Baby! Kalau-kalau dia nyebelin, ya lo tinggal aja lah!"

Memang, memberikan saran akan terdengar begitu mudah. Namun, tidak semudah orang yang menjalankannya.

"Aku nggak bisa dandan, Kai. Itu yang bikin aku cemas!" kata Andrea pada Kaia.

Kaia baru mengingat akan hal itu, bagaimana bisa ia tidak peduli? "Astaga Andrea.. Kenapa lo nggak bilang, sih? Ya udah, dimana lo akan pergi? Dari kosan lo?"

"Iya,"

"Ya udah, gue sekarang ke kosan lo. Bantu lo makeup meskipun ya, seadanya yang ada di pouch gue, bagaimana?"

"Tapi.. Ini repotin banget, kan?"

"Andrea... There is nothing merepotkan itu disaat gue menolak tawaran lo. Sudah, sekarang jam berapa ini? Gue nggak sabar buat make over lo kalau gini caranya!"

Andrea menghela napasnya. "Baik lah, kita ke kosanku saja saat ini."

Kaia berdecak kagum melihat kamar Andrea yang rapi. Ini pertama kalinya bagi Kaia datang mengunjungi indekos Andrea. Berbeda jauh dengan kondisi kamarnya, kamar Andrea sangat girly dan aromanya adalah aroma Andrea sendiri.

Aroma tubuh Andrea jika dideskripsikan oleh Kaia seperti.. Wewangian teh hijau, yang dicampur namun lebih flowery yang fresh. Kaia ingat, bunga lily kesukaan Mamanya dan ini sangat sama dengan aroma tubuh Andrea dan suasana kamarnya.

"Ndre.." kata Kaia memanggil Andrea yang baru saja selesai mandi.

"Kenapa, Kai?

"Lo pakai parfum apa, sih?"

Andrea menatap Kaia dari cermin. "Aku nggak pernah pakai parfum, Kai."

Kaia membulatkan matanya tak percaya. "Serius lo?"

Andre mengangguk. "Iya Kai, kenapa memang? Penting sih memang buat perempuan pakai parfum, tapi aku memang alergi sama alkohol, kalau pakai parfum kadang, kulitku langsung ruam. Makanya aku pun pilih-pilih soal body lotion."

Kaia menatap pernak pernik Andrea yang ada di meja rias. Ya, bisa di lihat.. Lotion bayi, memang memberikan pengaruh apa?

"Tapi.. Wangi lo itu aneh, Ndre. Kayak wangi teh hijau yang baru diseduh air panas, campur bunga lily, ah entahlah gimana gue jelasinnya. Ini semua ruangan udah bau-nya lo banget!" komentar Kaia.

Andrea mengangkat alisnya. "Oh ya? Kok aku nggak sadar ya aroma tubuh aku itu kayak apa."

"Ya jelas lo nggak bakal bisa cium badan lo sendiri. Udah sini, astaga.. Body lo oke juga." kata Kaia yang kini sudah takjub melihat body Andrea dalam balutan dress merah itu.

Andrea malu, tentu saja. Ia sudah menyiapkan cardigan sewaktu-waktu cuaca malam akan berubah menjadi dingin.

"Aku belum pernah pakai baju sebagus ini sebelumnya.." lirih Andrea.

Kaia mulai memakaikan moisturizer pada kulit wajah Andrea. "Ndre, perusahaan nggak bakal rugi kalau anggarannya buat lo cantik begini, beuh! Gue yakin, pulang dari Ball nanti lo gandeng konglomerat ganteng satu. Pilih si pengusaha pesawat aja, Ndre. Ya nggak apa-apa sih, duda juga."

Andrea berdecak malas. "Aku tahu siapa yang kamu maksud. Anak calon Presiden Indonesia."

Kaia mengangguk. "Iya, eh sekali-kali undang lah dia ke Menajam Langit, Ndre. Gue pengen banget ketemu sama dia."

"Siapa sih, namanya? Adam, Adam Prananta, kan?"

"Yap! Dan Bapaknya Ken Maxwell Prananta yang terhormat. Gila ya, kandidat pilpres tahun ini beneran bakal panas banget, Ndre."

"Ah, untung aja Menajam Langit bukan program untuk membahas politik negara." gumamnya sambil melihat wajahnya yang tengah di poles sesuatu oleh Kaia.

Kaia tertawa lagi. "Well, program Eyes Talking itu sudah mencakup membahas soal negara, Ndre. Sudah lima tahun acara itu berjalan di FGM."

"Produsernya siapa?" tanya Andrea penasaran.

"Hmm, dulu sih.. Ada produser dari kalangan luar, Ndre. Tapi sekarang di ganti sama Zac Pradipta. Tahu, nggak?"

Andrea mengangguk sambil memejamkan matanya menunggu hasil akhir. "Tahu, pernah ketemu beberapa kali di lift."

"Cuman gitu doang?"

"Iya, memang kenapa sih, Kai?"

Kaia terkekeh pelan dan meminta Andrea membuka matanya. "Dia mantan gue, Ndre."

Andrea membulatkan matanya terkejut. "Apa?!"

"Nggak lama, kok." jawab Kaia santai sambil membuat matanya melebar karena maskara yang tengah diaplikasikan. " Cuman dua minggu, Zac itu the real bajingan. Tapi anehnya, cowok bajingan bakal selalu di kenang sampai kapanpun. Lo harus pinter pilih cowok ya, Ndre."

"Dih, aku sih nggak terlalu peduli soal cowok." balas Andrea.

"Lah, lo kan belum aja nyoba. Sudah, coba kita lihat hasil akhir. Sori ya, Ndre. Ini makeup simpel banget." kata Kaia yang baru saja selesai menutup lipstiknya itu.

Andrea menatap wajahnya sendiri di kaca dan ya.. Hasil polesan Kaia memang tidak tebal, namun hanya menambah rona di pipinya yang membuat wajah Andrea seakan hidup dan fresh.

"Thanks lho, Kai.. Ini hebat banget." puji Andrea.

"Ini belum seberapa, Ndre. Sudah, lo berangkat sana."

Andrea mengangguk. "Okay, kamu kalau memang mau tidur di sini nggak apa-apa kok, Kai. Cuman, aku nggak punya sediaan makanan aja."

Kaia terkekeh pelan sambil membaringkan tubuhnya di atas karpet. "Hei santai aja. Lagian, gue mau pergi juga kok."

"Hmm, okay deh.. Jangan sungkan kalau mau menginap di sini ya."

Kaia mengangkat tangannya menandakan setuju. "Sip, kalau gue hangover parah ya, Ndre."

Haish! Niatnya pun sudah aneh-aneh saja Kaia ini.

...

...

Andrea sudah tiba di halaman rumah Arya Atmodjo yang besar itu. Terdapat lima mobil yang bisa Andrea lihat tengah terparkir di carport, dan lagi.. Lihat betapa hitamnya aksen rumah Arya. Benar kan, apa yang Andrea pikirkan. Selain memiliki dark aura, Arya Atmodjo ternyata penggemar warna hitam.

"Bo nauw [1], cakap seperti itu di depan awak[2] Arya Atmodjo?! Kau macam pria tak berotak saja. Bisa-bisa kau bermain-main, kenapa kau setuju?!" teriak pria dengan bahasa tubuh yang berbeda.

Dari luar pintu, Andrea bisa melihat Arya Atomodjo yang baru saja turun dari atas memakai tuxedo hitam dengan dasi pita yang belum terikat.

"Bersenang-senang tidak ada salahnya, Michael." jawab Arya.

"Kau memang tidak punya hati!"

Andrea hampir saja mengetuk pintu besar itu sebelum pria dengan nama Michael itu membalikkan tubuhnya. "Amboi! Siapa yang ada di depanku ini?!"

Andrea terlihat gugup dan berusaha tersenyum. "Selamat malam, saya Andrea sekretaris Pak Arya."

Pria itu terlihat terkejut dan kini menatap Arya yang tengah memasang dasi pitanya. "Arya? She's here.."

Arya membalikkan tubuhnya dan pandangan matanya bertubrukan dengan milik Andrea. Jadi, gadis aneh itu benar-benar datang dan berubah dalam seketika? Sayangnya, kacamata ketinggalan zaman itu masih tetap Andrea pakai saja.

Arya berjalan menghampiri Andrea. Menatap Andrea dari atas hingga bawah. "Masuk lah," katanya pada Andrea.

"Terima kasih.."

"Bagus kamu datang tepat waktu." puji Arya.

"I-iya, Pak. Sesuai janji, Bapak meminta agar saya datang pukul tujuh malam."

Arya menatap Andrea dengan santai. "Kalau seperti itu, kita bisa pergi sekarang."

Arya mengambil kunci mobilnya dan berjalan menuju carport, Michael yang penasaran akan Andrea mengikuti gadis itu hingga ke pelataran rumah dan menepuk pundak Andrea.

"Aku yakin, awak smart. Pandai-pandai lah, Andre. Kau akan termakan bahaya ini sendiri." kata Michael berusaha memperingati Andrea.

Andrea tak paham. "Namaku Andrea."

Michael mengipasi dirinya sendiri dan terkekeh pelan. "Ah, ya, Andrea. Nama awak memang gentle sangat. Keren!" pujinya.

Andrea tersenyum kecil. "Terima kasih, Michael."

Michael terpana menatap Andrea. "You remember my name?" tanyanya dengan dialek Singlish yang kental.

"I mean, ya." jawab Andrea.

"Andrea! Cepat masuk!" teriak Arya.

Andrea segera berlari menuju mobil Audi R8 yang dipilih oleh pria itu. Menutup pintu mobil mahal itu dengan hati-hati, Andrea terkejut ketika ikatan rambutnya di tarik oleh Arya dan membuat rambut panjangnya tergerai begitu saja.

"Pak?!" teriak Andrea terkejut.

"Pakai sabuk pengaman kamu." cetus Arya dengan dingin.

Andrea memakai sabuk pengaman dan merapikan rambut panjangnya yang sudah terurai acak-acakan. "Pak! Kenapa seenaknya
menarik ikatan rambut saya?"

Arya menyetir dengan tenang dan berkata. "Di ikat lebih berbahaya."

"Kenapa?"

Arya menggeram kesal, Andrea tidak akan sadar seberapa berpengaruhnya Andrea hanya memperlihatkan tengkuk dan lehernya karena ikatan rambutnya yang tinggi itu.

"Lupakan! Kamu ini terlalu banyak tanya!"

Andrea mengunci rapat mulutnya. Ia tidak akan berbicara lagi, sepertinya mood Arya memang tengah berantakan.

Gala Charity Ball yang diadakan oleh Arana Anggrita, istri dari Pradipta Ratmono Atmodjo itu diselenggarakan di Ballroom Pacific Place, membahas angka kematian anak-anak yang meninggal karena kekurangan gizi. Ya, jangan tanya orang-orang yang menjadi pemberi sumbang amal di sini adalah orang-orang borjuis dengan nama besar keluarga yang mereka bawa.

Andrea tidak dapat melihat dengan jelas, pertama, Arya mengambil kacamatanya dan sudah disimpan di dalam mobil. Minusnya mungkin semakin parah, dan Andrea berharap ia tidak menabrak seseorang karena keburaman matanya.

"Cukup diam saja dan tersenyum jika ditanya." bisik Arya di telinganya.

Andrea mengangguk, ia berjalan mengikuti Arya. Pria itu lalu berhenti dan memberikan tangannya padanya.

"Kenapa?" tanya Andrea bingung.

Arya menggandeng tangan Andrea dengan cepat. "We should do this for this night."

Andrea ternganga, semua orang kini menatap mereka berdua yang tengah berjalan menuju orangtua Arya Atmodjo.

Astaga Andrea.. Kendalikan dirimu!

"Mam," kata Arya pada Ibunya.

Andrea bisa melihat kecantikan yang terpancar dari seorang Arana Inggrita beserta suaminya Pradipta Ratmono Atmodjo.

Wajah Arana tampak tersenyum pada Andrea sebelum bertanya pada anaknya. "Dia siapa, Sayang?"

"Andrea, dia kekasihku." jawab Arya Atmodjo tanpa rasa berdosa.

Andrea membulatkan matanya, Arana terlihat tersenyum dan mengelus wajahnya. "Hi, Andrea.. Salam kenal, senang bertemu dengan kamu.."

Andrea mengangguk kaku. "Senang bertemu juga dengan Tante."

"Dia bukan akal-akalanmu saja, kan, Arya?" tanya Pradipta Ratmono Atmodjo dengan tegas pada putranya.

Arya mengangkat kedua tangan mereka yang saling tertaut. "Apa terlihat seperti itu?"

"Sering-sering main ke rumah, Nak." kata Arana pada Andrea.

Andrea hanya tersenyum tipis, selanjutnya Arya dengan kurang ajarnya mencium pipinya dan berkata. "Itu hal mudah, Andrea akan datang ke rumah besok."

"Benarkah?" tanya Arana antusias.

Berbeda dengan Andrea yang tengah menahan amarahnya atas segala tindakan yang sudah Arya lakukan padanya.

"Andrea? Arya?"

Andrea menoleh melihat Indira beserta suaminya yang tak Andrea kenal tengah menyapa mereka. "I'm so glad to see you here!" kata Indira sambil memeluk Andrea.

Andrea mengangguk. "Aku pun.." jawabnya singkat.

Indira menatap Arya aneh, dan melihat tangan Andrea dan Arya yang saling tertaut. "Apa ada hal yang tidak aku ketahui?" tanya Indira pada semua.

Arya mengusap hidungnya dan berkata. "We're official, I'm with Andrea."

"Really?!" tanya Indira terkejut.

"Well, yes. I love her," katanya sambil menatap mata Andrea.

Andrea yakin setelah ini ia lebih baik fokus menjadi kreatif saja. Dasar Bos Bajingan! "Andrea.. Arya selalu membicarakan kamu, lho.. Nggak nyangka, usaha dia ternyata secepat ini." celetuk Indira.

Andrea tidak peduli, ia hanya ingin pulang dan bertanya apa maksud dari Bos Bajingan ini? Kenapa menempatkan Andrea di tempat sulit seperti ini?

Kekasih? Kekasih is gone!

───────────────────

[1] Tidak punya otak bahasa Hokkien.
[2] Kamu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro