Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TPD - 13. Fiance?

Selamat membaca!!

Gavin dan Sean serta undangan dibawah menatap Marcella dan Agatha bergantian. Gaun yang dibalut berlian yang mengkilap rancangan desainer terkenal juga make up natural mereka. Sempurna.

"Kau takkan bisa tidur malam ini Sean." Kata Gavin yang tanpa menatap Sean.

"Sebelum ngasih tau orang, lihat keadaanmu dulu Gav." Kata Sean membalas.

"Benar."

"Aku akan menghabiskan malam indah." Kata Sean tanpa ragu. Gavin memukulnya dengan kencang membuat Sean meringis menahan sakit.

--

Mereka berbincang dengan normal menutupi kekesalan masing-masing. Marcella yang kesal karena Sean lebih suka berjabat tangan dengan koleganya apalagi dengan kolega wanita rasanya ubun-ubun Marcella akan pecah.

Sedangkan Gatha merasakan kembali rasanya sekolah yang tak usai-usai. Sepertinya waktu sangat berjalan lambat karena bahkan untuk mengumpulkan tamu butuh waktu dua jam lebih.

"Jadi kapan kita pulang pak bos?" Tanya Gatha sambil berbisik.

"Mulai saja belum, mau pulang." Jawab Gavin ketus.

Gatha memanyunkan bibirnya. Tiba-tiba punggungnya merasakan sesuatu.

"Maaf nona." Seseorang dengan balutan jas mewah membungkuk untuk meminta maaf.

Gavin yang melihat itu menatap tajam pria yang sudah menjadi rivalnya sejak lama. Apapun yang dimiliki Gavin ujung-ujungnya akan dimiliki pria tersebut.

"Tidak apa-apa tuan." Kata Gatha sopan.

"Kenalkan, saya Dave." Pria tersebut mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Agatha.

Agatha yang tidak terlalu suka dengan pria tersebut karena sangat terlihat bahwa pria tersebut membenci bosnya.

"Agatha tuan." Agatha menerima jabatan tangan Dave dan tersenyum manis.

Dave tersenyum menatap Gatha dari atas hingga bawah. "Kau cantik."

Gatha tersenyum risih dan itu terlalu kentara bahkan jika dilihat melalui sedotan. Gatha sangat bisa mengontrol wajahnya jika orang tersebut tidak terlalu membuatnya geram. Namun, bukankah ini termasuk pelecehan dengan mata? Bahkan dipertemuan pertama sudah pegang punggung.

"Gatha, kesini." Kata Gavin sambil memegang tangannya.

Dave tersenyum kepada Gavin yang terlihat sangat menjaga Agatha.

"Dibayar berapa?" Tanya Dave dengan tiba-tiba. Dan yang paling menjengkelkan suaranya terlalu lantang.

Agatha melotot. Ia ingin mengambil garpu dan mencolok matanya.

"Kau pikir aku jalang, tuan?" Tanya Gatha dengan senyum manis.

Dave tersenyum, menyukai sikap wanita didepannya yang tidak takut sama sekali.

"Lalu?" Tanya Dave memancing jawaban Gatha.

Diluar dugaan, Gatha dengan cepat meraih tangan Gavin. Menggandengnya sambil tersenyum manis.

"Kami tunangan." Kata Gatha membuat Gavin bahkan Marcella menahan nafas.

"Gatha sangat frontal." Bisik Sean ke telinga Marcella.

"Aku berpikir berapa kali ia melakukan hal-hal diluar nalar dalam sehari?" Tanya Marcella balik.

Mereka mengacuhkan pertanyaan tanpa jawaban tersebut. Lebih baik menonton hal menyenangkan ini daripada berdebat tentang hal tidak penting.

"Kupikir kemarin kau bilang bahwa kau jalang." Bisik Retha dikuping Gatha. Ternyata ia juga mendatangi pesta ini.

Gatha tanpa perasaan gugup tersenyum manis ke arah Retha yang juga tersenyum manis.

"Ah, calon mertuaku." Kata Gatha sambil memeluk Retha yang tidak kaget sama sekali dengan keadaan tersebut.

"Bagaimana bisa mereka-, mungkin telepati." Gumam ayah Gavin.

Dave pergi dengan tawa yg dipaksakan. Tidak ada yang bisa menang melawan sang Gatha apalagi ditambah Retha.

"Jadi sayang,"

Gatha membungkam mulut Gavin yang bicaranya diluar kontrol. Ia hanya mengatasi situasi.

"Besok akan ramai bahwa sang billioner punya tunangan." Kata Retha dengan tawa yang dibuat-buat.

Gatha tidak berpikir tentang itu sehingga ia menyesalinya sekarang. Ia lupa bosnya ini, astaga luar biasa kaya.

Tamu yang terakhir mengalihkan pandangan mereka dari keributan tadi. Tak terkecuali Gatha.

Seorang pria tampan dengan rahang tegas dan mata tajam membuatnya sedikit terpesona. Sayangnya, pria tersebut datang dengan wanita yang sedang membenarkan sepatunya.

"Gatha, menantuku, ini minum." Ayah Gavin memberinya segelas anggur dan diterima Gatha dengan senang hati.

Gatha yang merasa seperti melihat sesuatu yang tidak asing pada tamu terakhir itu. Gatha mulai mengeceknya kembali dan masih tidak ingat.

Gatha berpaling untuk meminum anggur yang ada ditangannya. "Ah, sudah lama rasanya." Kata Gatha sambil membayangkan bar di hotelnya.

Gatha kembali melihat tamu tersebut dan melihat wajah yang terlihat cantik dengan pesona tersendiri. Bukan hanya Gatha namun semua tamu yang ada disana kehilangan akal dan menjadi batu.

"Sepertinya familiar." Kata Gatha sambil berpikir keras.

"Kyaaa!!! Huaa!!!" Teriak Gatha membuat semuanya berkedip dan memandang Gatha dengan tatapan bertanya.

Gavin yang bingung segera menenangkan Gatha yang terlihat antusias dengan binar-binar cinta dimatanya.

"Kau jatuh cinta sama dia?" Tanya Gavin.

Gatha menghiraukan Gavin dan memandang seseorang itu dengan seksama. Dia ada disana dan Gatha bertaruh bahwa dia akan memeluknya.

"Gavin, sepertinya aku serangan jantung." Gatha memegangi dadanya sambil tersenyum senang. Gavin makin menampakkan ketidaksukaannya.

"Maksud saya pak bos." Lanjut Gatha.

Pasangan tersebut berjalan menuju kearah mereka. Gatha menanti dengan harapan pasti dan Gavin yang makin tenggelam dengan emosinya.

"Dia punya pasangan." Nada sewot keluar dari mulut Gavin.

Mata Gatha tetap saja melotot melihat dengan pasti momen dimana seseorang itu memeluknya.

Namun, yang terjadi sungguh menyayat hati. Bahkan melihat bahwa Gatha disana pun tidak. Sungguh mengecewakan.

Gatha dengan semangat menghilangkan pemikiran tersebut. Gatha melihat mereka berpisah dan seseorang tersebut duduk di sofa yang telah disediakan.

"Hai." Gatha menghampirinya dan menyapa.

"Oh hai." Kata seseorang tersebut dengan bingung.

Gatha membawa rambutnya kebelakang telinga dan memaju-majukan wajahnya yang bertujuan supaya sang pujaan mengingatnya.

"Hai!" Marcella mengambil tempat duduk di samping Gatha dengan senyum yang merekah.

Mereka berbincang seolah tidak ada Gatha disana. Gatha merasa terkhianati dengan semua ini. Dunia terasa tidak adil.

"Tunggu, sepertinya kamu familiar." Kata seseorang tersebut sambil menatap Gatha dengan menyelidik.

Jantung Gatha hampir meledak karena berdebar. Akhirnya!

"Kau artis di drama itu ya?" Gatha menghembuskan nafasnya yang berat dan menggeleng.

Marcella pergi meninggalkan mereka untuk menyambut tamu yang mengenalnya. Gatha dan Mutia disana. Iya, Mutia yang melupakan Gatha. Sahabat hidup mati Gatha melupakannya.

"Agatha! Sini." Panggilan Gavin membuatnya harus meninggalkan Mutia.

"Permisi ya." Gatha dengan semangat yang sangat down pergi dari sana meninggalkan Mutia.

Agatha menjelaskan segalanya yang berkaitan tentang perusahaan Gavin. Sebelum rapat mulai ia harus menggaet hati beberapa kolega untuk mendukung ide bosnya.

"Hei!!" Teriak Mutia yang mengagetkan semua orang.

"Agatha!!" Mutia berlari kearah Gatha dengan semangat dan memeluknya.

Mereka berpelukan menumpahkan rindu yang memuncak. Mereka menangis, teriak, melompat tanpa melihat reaksi tamu lainnya.

Sungguh mereka sangat bahagia. Sedangkan tamu kembali fokus pada keributan tersebut. Gatha dan Mutia kembali duduk di sofa dan para tamu sudah kembali tenang.

"Yaampun Gatha." Kata Mutia sambil sedikit mengeluarkan air mata.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Gatha sambil memegang bahu Mutia. Mutia hanya mengangguk tanpa menjawab.

Gatha mengambil handphone nya, "Ayo kita selfie!" Mutia tersenyum senang.

"Akan kukirim ke instagram. Captionnya 'wanita cantik combo kembali eksis' hashtagnya wanita cantik, seksi, sukses, wanita bukan cabe, bidadari surga, jatuh dari langit."

Mutia terbahak memukul kepala Gatha dengan keras, "siapa yang menyangka kita akan bertemu seperti ini." Kata Mutia sambil meraih tangan Gatha.

Gatha mengangguk menyetujui Mutia.

"Gatha, masih ada kerjaan. Rapat di lantai atas." Kata Gavin menyeret Gatha.

"Tunggu disini. Jangan kemana-mana." Mutia hanya mengangguk karena tidak bisa berbuat apa-apa.
















Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro