Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

TPD - 11. Where you get the bitch?

Selamat membaca ^^

Gavin berjalan dengan langkah yang berat menuju mansion orang tuanya yang terlihat sedikit menyeramkan. Karena ia selalu didesak untuk melakukan apa yang tidak ingin ia lakukan.  Contohnya sekarang, ia membawa wanita yang dipilih oleh Agatha tadi sore.

"Bersikaplah baik." ucap Gavin tiba-tiba.

"Ya, aku akan bersikap sangat baik di depan calon mertua." jawab wanita tersebut sambil menempelkan dadanya ke lengan Gavin.

Gavin melihat wanita tersebut dengan mata yang tajam, memperingatkan. Ia tidak suka dengan wanita yang agresif, sepertinya kali ini Gatha salah memilih.

Mereka memasuki mansion dengan perasaan yang berbeda. Gavin yang sudah tegang mengingat Ibunya yang amat sangat teliti, sedangkan wanita disampingnya tersenyum seolah keluarga Gavin bukan apa-apa.

Gavin membuka mansion dan tercengang melihat ibu dan ayahnya di balik pintu dengan tatapan menyelidik.

"Astaga. Ya ampun kaget." Kata wanita tersebut dengan nada yang manja.

"Siapa ini?" Tanya ibu Gavin, Margaretha.

"Katanya suruh bawa calon." Ayah Gavin mengangkat salah satu jempolnya.

"Kamu hebat Gavin."

Ayah Gavin menatap manis wanita disamping Gavin, ibu Gavin saat ini sedang dalam masa ingin melahap semua orang. Gavin mengode dengan gerakan mata untuk memberhentikan ayahnya yang sangat menyukai wanita.

"Saya Lucy, salam kenal." Kata wanita yang dipilih Gatha kemarin dengan senyum senang.

"Jalang darimana?" Kata-kata tak berperasaan tersebut keluar dari mulut sang tuan rumah, Margaretha.

"Jangan dihiraukan, mari masuk."

Gavin membawa masuk Lucy dan meninggalkan Margaretha di depan pintu. "Minta dijambak." Gumam Retha.

Walaupun sudah berumur namun Retha masih seksi dan sangat cantik. Perawakan seperti model dan memang mantan model itu sulit ditolak pesonanya.

"Cantikan juga aku kemana-mana." Gerutu Retha yang masih belum berhenti.

"Iya mama yang paling cantik."

Retha memukul suaminya yang membuat hatinya tiba-tiba berubah menjadi berbunga-bunga.

"Tapi maaf ya pa, nggak ada jatah malam ini."

Retha melewati suaminya dengan menginjak kaki Derren, suaminya dengan sengaja. Decakan keluar dari mulut Derren.

Mereka berada di meja makan besar dengan gaya klasik. Makanan demi makanan keluar dengan beberapa orang yang menyajikan. Pelayan dengan seragam membuat Lucy sedikit kagum mengingat tempatnya bukan untuk pelanggan VIP.

"Lihat apa Lucy? Makan, nanti dingin." kata Derren sambil tersenyum.

Retha sudah muak dengan semua ini, suaminya berani main mata dengan jalang yang bersama anaknya. Ini berita buruk.

Gavin menatap mamanya dengan datar. Sudah dipastikan malam ini gagal.

Mereka mulai makan dengan tenang, Lucy mulai kebingungan dengan keadaan perutnya. Ia merasa mual.

Lucy menghentikan makannya. "Kenapa? Diet?" Kata Retha tiba-tiba.

Lucy yang bingung menjawab "Iya, Miss."

"Tapi bohong tuh, kau hamil? " semua orang yang ada di meja makan tersentak.

Lucy mulai kebingungan dan berkeringat, orang tua ini sangat membuatnya frustasi.

"Iya, saya hamil! Kenapa? Toh ini cucu anda."

Gavin terkaget dengan wajah datar. Ia cuma kaget, yang pasti bukan dia yang menghamili.

"Sini! Ku kasih tau."

Lucy mendekati Retha dengan berani. Retha menjambaknya dengan sekuat tenaga.

"Berani kau bicara tentang kesucian keluarga kami?! Gavin memang bajingan tapi pasti pakai pengaman tau?!" Pekik Retha heboh.

Derren akan berdiri menolong Lucy namun ditahan oleh Gavin. Takutnya jika ayahnya itu akan bernasib sial jika menolong salah satunya.

"Ma, udah."

Retha tidak mendengarkan siapapun, saat ini emosinya sudah di ubun-ubun.

"Siapa kamu?" Tanya Derren melihat seorang wanita yang berdiri dengan keadaan syok dengan penjaga mansion.

"Gatha?"

Gatha masih bengong melihat pemandangan mengejutkan dari dalam rumah bosnya ini. Handphone nya ketinggalan di mobil Gavin, jadi mau tidak mau ia harus mengambilnya langsung.

"Ma, udah, malu." Derren berusaha melepaskan jambakan maut istrinya.

"Tante, udah." Gatha dengan naluri lembutnya juga membantu melepaskan jambakan tersebut.

"Siapa kau? Jalang Gavin juga?!"

Gatha yang geram menutup matanya. Baru masuk sudah dipanggil jalang.

"Iya saya jalang!" Pekik Gatha menggelegar dan sontak menghentikan pergerakan mereka.

Bukan karena pengakuan Gatha namun teriakan yang menggema di telinga mereka sungguh dahsyat.

"Kenapa berhenti?" Tanya Gatha dengan bingung.

Mereka menyesuaikan cahaya kembali. Seperti habis dibius. Retha yang sudah sadar mendekati Gatha dengan berani. Gatha tak kalah beraninya dengan Retha.

"Ma, jangan sama dia." Peringat Gavin yang tak dihiraukan oleh Retha.

Derren menatap Gavin dengan tatapan bertanya. "Dia lebih berbahaya dari mama." jawab Gavin.

Derren tertawa keras, tidak mungkin ada yang melebihi istrinya. Namun melihat Gavin yang menatapnya dengan serius, bisa jadi mereka memang satu spesies.

"Cepat kita pisah mereka!" Teriak Derren.

Namun, terlambat sudah. Mereka sudah membuat keributan yang benar-benar menghancurkan mansion.

Baru saja mereka berpaling, Retha dan Gatha sudah berada dipojok dengan keadaan saling jambak dengan brutal.

"Bagaimana ini?" Lucy pun ikut panik.

"Pelayan! Bawa dia pergi!" perintah Derren untuk membawa Lucy pergi.

Gavin sudah bersiap melerai Retha dan Gatha, ia harus bersiap untuk tampil mengenaskan setelah ini.

"Apa kau, dasar wanita tua tak tau diri!" teriak Gatha didepan wajah Retha.

"Hey! Saya pastikan kau tak punya pekerjaan setelah ini!"

"Nggak takut! Dasar nenek lampir!"

"Kau! Beraninya!"

Ini kali pertama Gavin merasa keringat dingin melihat wanita. Ia berusaha sadar dan segera berada di tengah-tengah mereka.
"Cukup!"

Retha dan Gatha menatap Gavin dengan tatapan yang menegaskan bahwa mereka belum selesai.

"Pergi bangsat!" Teriak Gatha.

Retha menganga melihat apa yang dilakukan sekertaris anaknya yang tidak sopan ini.

"Pecat saja dia Gavin, wanita jelek, tak sopan lagi."

Mereka mulai saling menjambak lagi dengan kemarahan yang memuncak. Tidak bisa dihentikan lagi mereka.

Beberapa menit berlalu, Gavin dan Derren memilih menenangkan diri dengan meminum kopi dan menutup telinga mereka menggunakan kapas.

Retha dan Gatha tertidur terlentang di lantai. Gavin dan Derren hanya mengamati mereka. Beberapa menit suara tidak muncul barang sedikit. Gavin melihat dan ternyata mereka berdua tidur terlelap.

"Kuncinya adalah mereka akan berhenti sendiri saat kelelahan."

Gavin mengangguk setuju, "kukira hanya ada satu spesies."

"Jangan berurusan sama dia Gav, bahaya."

Gavin mengangguk kembali. Mereka masuk ke kamar masing-masing meninggalkan Retha dan Gatha.

**

Gatha terbangun dengan keadaan bingung dan sakit kepala yang luar biasa. Ia melihat disampingnya dan ternyata ia masih di rumah nenek sihir.

"Miss bangun." Kata Gatha sambil menggoncangkan tubuh Retha.

Walaupun mereka musuh namun Gatha berusaha tidak melupakan kodratnya sebagai bawahan.

Retha terbangun dengan bola mata yang berputar, seperti orang linglung.

"Saya harus pulang." Kata Gatha sambil berdiri.

"Siapa namamu?"

"Gatha Miss."

Retha berdiri dengan perasaan yang sama, pusing luar biasa.

"Kapan-kapan lagi ya Gatha, kamu seru orangnya."

"Siap Miss Retha."

Hanya satu kata yang ada di benak Gatha, membingungkan.









Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro