Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 7. Sebuah Bangunan


PRANG!!

Terjadi sudah apa yang ditakutkan oleh Ivana. Gaun panjang yang membuatnya susah berjalan itu akhirnya membuat sang pemakai tersandung hingga menabrak meja yang di atasnya terdapat hidangan untuk jamuan makanan. Untuk sesaat, semua orang membeku di tempat dengan keterkejutan mereka masing-masing. Sampai kemudian, terdengarteriakan dari salah satu sudut ruangan.

“LILIYA!” Savina berjalan terburu-buru dengan ekspresi marah.Dia nyaris tidak sanggup membayangkan, akan seperti apa rasa malu yang harus ditanggungnya nanti. Kemudian, tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun lagi, Savina menarik lengan Ivana dengan kasar.

Ivana yang masih terjebak dalam keterkejutannya pun hanya bisa terseret saat Savina menariknya. Otak Ivana masih berusaha untuk mencerna apa yang baru saja terjadi sampai rasa sakit mulai terasa pada lengan yang ditarik oleh Savina. Lalu Savina mendorong paksa Ivana agar masuk ke dalam kereta kuda.

“Liliya! Bisakah kamu berhenti untuk membuat malu?!” teriak Savina dengan tatapan mata kesal dan risih kepada Ivana–atau Liliya dalam pandangan Savina.

Tidak lama kemudian, George menyusul ke kereta kuda. PLAK! Satu tamparan keras langsung mendarat ke dalam pipi Ivana. Kemudian kereta kuda yang mereka tumpangi tersebut mulai bergerak entah ke mana, Ivana tidak tau. “Anak kurang ajar dan tidak tau diri, seharusnya aku membuangmu sejak kau lahir,” ucap George dingin.

Ivana tidak pernah membayangkan, bahwa seumur hidupnya dia akan mendengarkan kalimat sekejam itu dilontarkan kepadanya. Seumur hidup, orang tua perempuan itu di masa depan selalu menyayanginya. Dia mendapatkan cinta yang cukup dari kedua orang tuanya, pujian, afeksi, kebutuhan yang tercukupi. Jangankan ditampar, dibentak saja tidak pernah.

Mengingat dia diperlakukan dengan begitu kasar di sini, perempuan itu mulai mengeratkan giginya. Dia memandang Savina dan George secara bergantian dengan tatapan kesal. “Kalau begitu buang saja aku sekarang. Lagi pula apa yang aku lakukan tadi juga tidak sengaja,” ucap Ivana dengan berani.

“Baiklah kalau begitu,” ucap George. Akan tetapi, setelah itu tidak terjadi apa pun. George dan Savina mengalihkan pandangan dari Ivana. Mereka mengabaikan Ivana seolah Ivana tidak ada di sana.

Ivana mengerutkan dahi, dia berusaha menebak keterdiaman George dan Savina. Sayangnya, Ivana tidak bisa mengetahui apa yang mereka pikirkan sampai kereta kuda pun berhenti. George terlebih dahulu turun dari kereta kuda. Kemudian lelaki itu menarik Ivana agar turun dari kereta kuda. Sampai-sampai Ivana nyaris jatuh terjungkal dari kereta kuda. Tidak sampai situ saja, setelah turun dari kereta kuda, Ivana ditarik menuju belakang mansion Keluarga Floyd. Di sana terdapat sebuah bangunan tersendiri yang tidak terlalu besar. Mungkin hanya sebesar kamar Ivana.

Ketika dibuka, bangunan tersebut nyaris gelap total jika seandainya tidak ada cahaya masuk dari celah angin-angin yang menempel di atas jendela-jendela dan pintu. Kemudian Ivana didorong begitu saja dengan kasar masuk ke dalam bangunan tersebut. Sampai-sampai Ivana jatuh tersungkur. Setelah itu, pintu kembali ditutup dan dikunci oleh George dari luar.

“Diam di sini dan renungi kesalahanmu yang membuat diriku malu! Aku sedang tidak ingin mengotori tangan untuk menyiksamu,” pesan George sebelum menutup pintu

“Buka pintunya! Buka pintunya!” teriak Ivana sembari menggedor-gedor pintu di hadapannya setelah perempuan itu berhasil kembali berdiri. Akan tetapi, siapa yang mau peduli atau menolong? Savina sudah berpura-pura tidak mendengar suara Ivana. Sementara George juga tidak mau tau seberapa keras Ivana berteriak. Sedangkan tetangga lain? Mereka bahkan tidak akan bisa mendengar suara Ivana berkat lahan rumah Keluarga Floyd yang begitu luas dan dikelilingi oleh tembok.

“Buka pintunya, Brengsek!!” Ivana terus berteriak dan menggedor-gedor pintu selama beberapa saat. Sampai kemudian dia lelah sendiri dan menendang pintunya begitu saja.

Kemudian dengan kesal, Ivana mendudukkan diri dan menyandarkan dirinya di dekat pintu. Matanya menelisik ke seisi bangunan yang hanya mendapatkan bantuan penerangan dari cahaya rembulan. Tidak ada sekat di dalam bangunan itu, sehingga tidak ada ruang-ruang. Hanya ada satu ruangan dan satu bangunan.

Dindingnya berupa papan-papan kayu yang terdapat celah-celah kecil akibat pemasangan yang tidak terlalu rapat antar papannya. Terdapat sebuah lampu minyak tergantung pada salah satu sudut ruangan, tetapi percuma saja. Ivana tidak mengetahui cara menghidupkannya. Kemudian selain ranjang kecil, sepasang meja kursi, dan sebuah lemari, serta perlengkapan makan. Tidak ada lagi banyak hal lainnya di sana.

Ivana menghela napas. Dia merasa akan percuma juga berusaha menggedor atau mendobrak pintu. Tubuh Liliya terlalu kecil untuk membuka pintu secara paksa. Sedangkan keenam jendela yang terdapat pada bangunan itu, kesemuanya dipasangi jeruji besi pengaman. Ivana pun memilih untuk memejamkan matanya.

Menurut Ivana, bagaimana pun juga Liliya adalah anak dari George dan Savina. Akan setega apa mengurung Liliya sampai besok pagi? Mungkin sebentar lagi juga pintu di belakangnya akan kembali terbuka dan George mengeluarkannya dari bangunan ini.

Sayangnya, perkiraan Ivana salah besar. Saat malam mulai menuju pagi, udara mulai dingin. Ivana terbangun karena kedinginan. Tubuhnya menggigil karena kedinginan. Gaun Ivana yang kebesaran itu pun masih tidak cukup untuk menahan hawa dingin yang menusuk tubuh Ivana.

Ivana pun mulai bersin-bersin. Memeluk diri sendiri pun tidak berguna. Perempuan itu tidak lagi tahan, dia berusaha berdiri dengan kaki yang gemetaran karena saking dinginnya. Ivana kembali menggedor-gedor pintu bangunan tempatnya dikurung.

“Ayah! Bunda! Mama! Papa! Tolong buka pintunya! Buka pintunya! Aku kedinginan!” teriak Ivana sekenanya untuk memanggil kedua orang tua Liliya.

“Savina! George!” teriak Ivana yang dengan nekat memanggil nama kedua orang tua Liliya. Akan tetapi, tetap tidak ada jawaban atau bahkan tindakan dari mereka berdua.

Sekarang Ivana mengerti kenapa orang tua Liliya hanya membiarkan Ivana terkurung begitu saja. Beberapa jam setelah mulai dikurung, siksaan yang sebenarnya baru saja dimulai.

Kemudian, di tengah-tengah segala kedinginan yang membuat seluruh tulang Ivana terasa ngilu, perempuan itu pun mendengar suara dari luar. Awalnya suara itu tidak terdengar jelas karena kalah dengan suara teriakan Ivana. Lalu Ivana mulai terdiam dan berusaha untuk fokus mendengarkan suara yang datang dari luar.

“Liliya, Liliya,” panggil suara dari luar dengan setengah berbisik dan ketuka pelan pada jendela yang terletak tepat di samping kanan pintu.

“Liliya? Apa kamu di dalam? Aku membawakan selimut, roti, dan air minum,” ucap suara itu lagi dengan masih sama pelannya.

Ivana kini dapat memastikan bahwa suara dari luar adalah nyata dan bukan hanya khayalannya saja. Selain itu, suara itu tidak datang dari George maupun Savina. Dan dari suaranya, terdengar seperti seorang lelaki.

Setelah itu, Ivana pun buru-buru membuka jendela tersebut. Kemudian tampak seorang lelaki dengan wajah dan tatapan mata yang tegas, rambut bergelombang seleher, dan hidung mancung. Lelaki di hadapan Ivana benar-benar tampak menawan dan lebih lagi, Ivana merasa seperti familiar dengan wajah di hadapannya.

“Ini selimutnya pakai dulu,” ucap lelaki itu sembari menyerahkan selembar kain. “Dan ini roti, minuman juga.”

Ivana pun secara bersamaan menerima ketiga barang tersebut. “Sayang, maaf karena aku hanya bisa membawakanmu selimut, roti, dan minuman setiap kali ini terjadi padamu. Aku berjanji akan segera membawamu pergi saat aku memiliki kesempatan.”

Ivana terdiam sembari mengerutkan dahi. Sayang?

_____________

Jangan lupa untuk mendukungku di KaryaKarsa dengan username @mayleailaria. Kalian juga bisa membaca 4 bab lebih cepat di KaryaKarsa.

Oh, iya. Serta jangan lupa untuk mendukung karya teman teman yang lain, ya.

Bring Me Back oleh WindaZizty


Love After Hate oleh Yellow-Chocolate

Jika Mentari Kehilangan Sinarnya oleh Zeanisa_

Selamat menikmati♡
—May

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro