Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5. Si Wanita Aneh

“Hei! Kamu siapa? Berhenti menarikku?!”

PLAK. Sebuah tamparan mendarat tepat pada pipi kiri Ivana. Menyengat panas dan menyakitkan. “Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu kepada ibumu, Liliya?!”

“Ibu?” Ivana mulai berpikir, sejak kapan ibunya berubah menjadi wanita yang aneh dan begitu kasar seperti ini? Lalu sejak kapan namanya berubah menjadi Liliya?

Setelah itu, tanpa Ivana bisa melawan, si wanita aneh yang mengaku-ngaku sebagai ibunya itu menyeret Ivana agar duduk di depan meja rias. Setelah itu sang ibu tersebut melemparkan sebuah gaun yang baru saja dia keluarkan dari dalam lemari. Akan tetapi, saat Ivana mengamati dirinya di depan cermin rias, Ivana pun menyadari bahwa ada yang lebih mengejutkan dan membingungkan dari tamparan si wanita aneh tadi atau ruangan kuno tempatnya terbangun.

“Cepat berdandan dengan baik, pestanya akan segera dimulai!” setelah itu si wanita aneh pun keluar dari kamar tempat Ivana berada.

Namun, Ivana masih tidak beranjak dari tempatnya. Dia terpaku dan terlalu terkejut dengan penampilannya sendiri di depan cermin karena dia bukan hanya berpenampilan berbeda, tetapi wajah yang ada di depannya bahkan bukanlah wajahnya sendiri.

Ivana meraba-raba seluruh wajahnya sendiri untuk memastikan bahwa semuanya bukan hanya halusinasi perempuan itu saja. Saking tidak percayanya dengan segala hal yang Ivana hadapi, sampai-sampai dia mencubit dirinya sendiri. Akan tetapi, rasa sakit tidak membuatnya terbangun dari mimpi, tidur, atau bahkan halusinasi apa pun.

Lama, Ivana memandangi wajah di depannya untuk mencari tau wajah siapa itu. Jujur saja, Ivana merasa seperti mengenali wajah di depannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan di pantulan cermin itu memang sangat cantik dan tampak anggun. Saat Ivana berusaha tersenyum, senyuman itu tampak sangat manis.

“Siapa … .” Mendadak sesuatu lewat di dalam ingatan Ivana. Sebuah wajah dari lukisan. “The Smile You Gave? Liliya?!”

“Bagaimana bisa?!” pekik Ivana tidak percaya.

“Liliya! Sudah atau belum?!” sebuah teriakan kembali terdengar dan menyadarkan Ivana yang tadinya sibuk dengan isi kepalanya sendiri.

“Sialan!” maki Ivana kepada kondisi yang sedang dia hadapi. Kepalanya penuh dengan segala kebingungan yang terjadi, segala keanehan yang menimpa dirinya. Ivana berusaha memikirkan apa yang terjadi pada dirinya, tetapi pada sisi lain Ivana juga kembali teringat dengan tamparan tadi. Ugh! Itu sangat menyakitkan.

Sekarang, Ivana tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti kemauan wanita aneh tadi untuk segera memakai gaun dan juga riasan. Meskipun Ivana juga tidak paham bagaimana dia mau memakai riasan yang terdapat di depan matanya, bukan karena Ivana tidak bisa berhias diri. Akan tetapi, karena alat rias di depannya itu sama sekali berbeda dengan apa yang biasa dia pakai.

Akhirnya, Ivana hanya memakai riasan tersebut seadanya saja … dan sedikit-sedikit karena Ivana sebenarnya agak takut untuk memakai riasan yang berbau menyengat itu. Kemudian Ivana juga memakai sebisanya gaun panjang berwarna kuning dengan bagian bawah yang menggelembung itu. Tidak lama kemudian setelah selesai dengan segala riasan sebisanya, Ivana menatap pantulan dirinya–diri Liliya–di depan cermin.

“Aku sepertinya mengenali tampilan ini … aishh, seandainya aku bisa mencari informasi di internet, aku pasti bisa mengetahui apa pun yang kuhadapi sekarang,” gumam Ivana kesal.

“LILIYA!” Lagi-lagi teriakan itu. Ivana memutar bola matanya dengan malas.

Kemudian Ivana balas berteriak untuk menjawab teriakan si wanita aneh yang mengaku sebagai ibunya. “IYA!”

Setelah itu Ivana buru-buru berjalan menuju pintu. Ketika pintu terbuka, wanita aneh tadi sudah berdiri di depan pintu sembari berkacak pinggang dengan muka galaknya. “Astaga, Liliya!” pekik wanita itu setelah menatap dari atas sampai bawah tampilan yang Ivana buat pada tubuh Liliya.

“Tampilan macam apa ini?!” protes si wanita aneh dengan nada bicara yang melengking tinggi.

Kemudian, Ivana kembali ditarik menuju meja rias. Setelah itu si wanita aneh pun akhirnya turun tangan untuk meriasi putrinya serta “memperbaiki” penampilan putrinya. Tangan wanita itu dengan kasarnya bergerak menggambar wajah Ivana–sekaligus Liliya– lalu dilanjut dengan menarik tali korset ke sana kemari sampai-sampai membuat Ivana kesulitan bernapas.

“Bukankah ibu sudah mengatakan bahwa kita akan menghadiri pesta?! Setidaknya berpenampilan lah cantik. Mau jadi apa jika sampai orang-orang mempertanyakan kecantikanmu? Ah! Mempermalukan orang saja!”

Beberapa kali, Ivana sempat memekik kesakitan, tetapi ibu-ibu di depannya ini seolah tidak mendengar pekikan Ivana. “Sudah, sekarang keluar sana. Ayahmu sudah menunggu di kereta kuda. Meminta maaflah kepadanya karena bersiap terlalu lama. Ibu tidak akan bisa menolongmu jika Ayahmu sudah marah kepadamu,” ucap si wanita aneh itu dengan nada yang lebih lembut dari tadi serta tangannya yang bergerak membereskan meja rias.

Ivana tidak menjawab apa pun karena dia sendiri juga bingung mau menjawab apa. Sehingga Ivana keluar begitu saja. Sayangnya Ivana bingung harus kemana ketika sudah berada di lorong. Untung si wanita aneh tadi segera keluar menyusul Ivana. “Kenapa masih berdiri di situ saja?!” teriaknya lalu berjalan mendahului Ivana ke arah kiri.

Kemudian Ivana hanya mengikuti wanita itu menyusuri lorong, menuruni tangga dua kali kemudian keluar dari rumah besar yang Ivana perkirakan sebagai tempat tinggal Liliya. Ivana tidak sempat melihat seisi rumah dengan jelas karena dia berjalan dengan terburu-buru. Akan tetapi, sama seperti yang berada di dalam kamar, semua penerangan hanya berasal dari lampu minyak atau lilin. Perabotan-perabotannya pun tampak kuno.

Lalu Ivana, naik ke atas kereta kuda yang sudah terparkir rapi di halaman rumah. Di dalam gerbong kereta kudanya sudah terdapat seorang pria yang perkiraan Ivana berada pada kisaran usia empat puluhan tahun. Perawakannya cukup gagah dengan satu set jas serta celana yang bagian pinggangnya cukup tinggi.

“Cepatlah, kita sudah hampir terlambat,” ucap pria itu dengan nada suara rendah, tetapi jelas memberi perintah agar Ivana dan si wanita berpakaian aneh itu segera naik ke atas gerbong kereta kuda.

Setelah itu, mereka pun berangkat ke tempat pesta. Ivana tidak tau, berapa lama perjalanan yang sudah ditempuhnya. Selama perjalanan, kedua orang yang sepertinya orang tua Liliya itu hanya saling diam. Sementara itu, Ivana sibuk dengan pikirannya sendiri. Lalu tau-tau, si wanita aneh menyuruh Ivana untuk turun.

Untuk sejenak, Ivana terpaku dengan apa yang dilihatnya. Mungkin memang duania Ivana adalah dunia modern yang dipenuhi dengan teknologi canggih. Akan tetapi, bangunan-bangunan megah, kuno, yang menawan seperti ini sudah nyaris tidak ada. Pilar-pilar besar dengan pintu masuk yang ukurannya entah berapa kali lipat dari ukuran orang yang melewati pintu tersebut.

Orang-orang berlalu lalang keluar masuk dari pintu tersebut. Kemudian, tidak lama setelah Ivana dan kedua orang tua Liliya turun dari kereta, seseorang tampak menyambut mereka. Seorang pria yang mungkin dua puluh atau tiga puluh tahun lebih tua dari ayah Liliya, pakaian rapi, lengkap dengan tongkat di tangannya.

“Wah! Keluarga Count Floyd, kami sudah menantikan kedatanganmu.”

_____________

Jangan lupa untuk mendukungku di KaryaKarsa dengan username @mayleailaria. Kalian juga bisa membaca 4 bab (Bab 5-8) lebih cepat di KaryaKarsa hanya dengan 2K.

Oh, iya. Serta jangan lupa untuk mendukung karya teman teman yang lain, ya.

Back to Life oleh refyura

Yume No Naka oleh yappleich


Selamat menikmati♡
—May

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro