Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 21. Pertemuan Keluarga

"Nona, Keluarga Hinton sudah berada di depan," ucap Adrina memberi pemberitahuan kepada Ivana yang sedang duduk-duduk di tepi tempat tidur setelah selesai bersiap.

"Aku akan keluar sekarang kalau begitu," jawab Ivana. Dia antusias, sangat antusias untuk bertemu Rega.

Tunggu dulu, semuanya, jangan salah paham. Ivana antusias karena dia ingin menanyakan terkait korupsi kepada Rega ... ya, mungkin ada sedikit antusias juga karena Ivana akan bertamu Rega. Akan tetapi, semata-mata itu karena Rega sangat mirip dengan Vale. Tidak lebih.

Adrina mengantarkan Liliya ke ruang tamu. "Nyonya meminta Nona duduk dan menunggu di sini saja. Biar Tuan dan Nyonya sendiri yang menyambut Keluarga Hinton."

"Baiklah," jawab Ivana kepada Adrina sembari tersenyum. Adrina pun balas tersenyum. Perempuan itu ikut senang saat melihat senyum sumringah dari nonanya. Adrina juga bisa mencium bau orang kasmaran yang sangat menyengat.

Tidak lama kemudian, Ivana mendengar suara langkah kaki dan suara orang-orang semakin mendekat. Reflek Ivana mengecek penampilannya. Akan tetapi, Ivana segera tersadar dengan tindakannya. Kenapa aku harus peduli dengan penampilanku di depan Keluarga Hinton?

"Ah, lihatlah. Putriku sudah menunggu." Ivana menolehkan kepala ke arah pintu saat mendengar suara George. Pria itu berbicara dengan senyum lebarnya di hadapan Keluarga Hinton. Ew, rasanya Ivana nyaris bergidik ngeri.

Keluarga Hinton datang lengkap dengan Tuan dan Nyonya Hinton, serta Rega. Ivana pun berdiri untuk ikut menyambut mereka, lengkap sembari tersenyum tentu saja. Kemudian Tuan dan Nyonya Hinton duduk di sofa yang berhadapan dengan Ivana. Sedangkan kedua orang tua Liliya duduk di sofa yang terletak di samping kiri Ivana. Rega tentu saja mengambil tempat duduk di samping Ivana.

"Ah, sebelumnya aku yakin kita semua sudah saling mengenal satu sama lain. Akan tetapi, biarkan Ayah memperkenalkan kepadamu anggota Keluarga Hinton, Liliya," ucap George kepada Liliya–sembari tersenyum yang justru membuat Ivana takut sendiri.

"Ehm ... b–baiklah, Ayah," jawab Ivana dengan sedikit gugup bercampur takut.

George memperkenalkan Tuan dan Nyonya Hinton kepada Liliya. Lalu Nyonya Hinton memperkenalkan Rega kepada Ivana. Kedua sejoli itu tampak saling bertatapan dengan aneh, terutama Ivana. Mereka sudah saling mengenal tetapi harus berkenalan lagi seperti orang asing. Akan tetapi, pada akhirnya mereka tetap saling berkenalan satu sama lain dan menyebutkan nama lengkap satu sama lain.

Setelah itu nyonya dan tuan dari masing-masing keluarga pun saling mengobrol, membahas hal-hal yang tidak dipahami Ivana. Sementara itu, Rega sebenarnya memahami apa yang mereka bicarakan, tetapi dia memilih untuk diam. Hal ini karena Rega mengetahui bahwa para orang tua di depannya adalah sekumpulan orang tua yang tidak terlalu membutuhkan pendapat anak muda.

Amelia Ann yang menyadari bahwa sejak tadi Liliya dan Rega hanya diam dengan saling canggung pun kemudian mengusulkan sesuatu untuk mereka berdua. "Astaga, sepertinya para orang tua ini terlalu sibuk mengobrol, ya. Bagaimana jika kalian berdua menghabiskan waktu berdua sembari mengobrol di taman belakang rumah? Suasana sore di sana sangat nyaman ... kamu harus mencoba menikmati teh sembari menatap langit sore di belakang rumah kami, Rega."

"Ah, itu benar. Liliya, ajaklah Rega untuk meminum teh di taman belakang rumah," timpal George. Untuk sesaat Ivana bingung. Dia bahkan tidak mengetahui jika rumah ini memiliki taman belakang, tetapi tenang saja. Ada Adrina.

Namun, kemudian saat Ivana menatap Amelia Ann, perempuan itu sedang menatapnya tajam. Seolah memberi kode untuk segera mengajak Rega ke taman belakang. Jadi Ivana pun segera bertindak. "Baiklah ... Ayah, Ibu." Ivana beranjak dari duduknya sembari menatap Rega.

"Bagaimana jika kita pergi sekarang, Tuan Rega?" ajak Ivana dengan canggung. Rega menganggukkan kepala sembari tersenyum sebagai jawaban.

Amelia Ann tersenyum setelah melihat anggukan kepala Rega. kemudian Wanita itu beralih menatap Adrina yang sejak tadi berdiri di samping pintu. "Adrina, tolong layani mereka." Tentu saja seperti biasa, Adrina pun menuruti permintaan Nyonyanya dengan patuh.

Setelah itu, mereka berdua pun keluar dari ruang tamu diikuti dengan Adrina di belakang mereka. "Adrina, bisakah kamu berjalan di depan?" tanya Ivana untuk menutupi ketidaktahuannya atas letak taman belakang.

"Baiklah, Nona." Adrina juga menurut begitu saja tanpa bertanya apa pun. Ternyata mereka hanya perlu melewati pintu di samping dapur untuk sampai ke taman belakang.

Ternyata apa yang dikatakan Amelia Ann memang benar bahwa hawa sore di taman belakang Kediaman Keluarga Floyd sangat nyaman. Langitnya juga indah dengan warna biru yang dihiasi warna jingga. Selain itu, di sana juga sudah ada dua buah meja dengan sepasang kursi yang melengkapi masing-masing meja. Adrina pun langsung mempersilakan Liliya dan Rega untuk duduk.

Tidak lama setelah Ivana dan Rega duduk, seorang pelayan lain tampak datang untuk mengantarkan teh dan cookies. Kemudian Adrina mengambil langkah mundur untuk berdiri sedikit lebih jauh dari Ivana dan Rega agar kedua orang itu bisa mengobrol dengan lebih santai.

Ivana menghela napas. "Akhirnya tidak canggung lagi," ucap Ivana yang memulai membuka suara di antara mereka berdua.

Rega menganggukkan kepalanya setuju. "Bagaimana kabarmu, Nona?" tanya Rega basa-basi.

Ivana menganggukkan kepala. "Baik. Oh, iya. Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu."

"Apa itu?" Ivana tidak yakin sebenarnya, apakah Rega mengetahui tentang korupsi yang mungkin dilakukan oleh orang tua mereka. Akan tetapi, tidak ada salahnya mencoba.

Ivana sedikit mendekatkan kepalanya ke arah Rega. "Apakah kudeta yang dilakukan orang tua kita ada sangkut pautnya dengan korupsi?" tanya Ivana sembari berbisik karena perempuan itu tidak mau sampai Adrina mendengar sesuatu.

Pada awalnya, Ivana dapat melihat ekspresi wajah Rega tampak terkejut. "Nona mengetahui tentang korupsi itu?" tanya Rega balik. Mereka pun saling mengobrol dengan berbisik-bisik, sementara mata Ivana sesekali melirik ke belakang, ke tempat Adrina berdiri.

"Jadi benar jika ada korupsi untuk mendukung kudeta itu?" Ah, sial. Rega baru menyadari bahwa dia salah menyusun kalimatnya. Seharusnya dia tidak bertanya begitu kepada Liliya. Padahal sebelumnya Rega sudah berhasil untuk tidak bercerita banyak mengenai 'kudeta'.

"Ah, maksud saya. Saya tidak mengetahui itu, Nona," ralat Rega yang jelas itu sudah terlambat.

Ivana menghela napas. Lalu perempuan memberikan lirikan tajam kepada Rega. "Tolong katakan yang sebenarnya, Rega. Kamu mengetahui sesuatu terkait korupsi bukan?" tanya Ivana sembari menggenggam lengan Rega. Sentuhan itu berhasil membuat Rega nyaris tidak bisa mengontrol detak jantungnya. Belum lagi posisi wajah mereka yang terlalu dekat.

"Eee ... saya ... tidak bisa menceritakannya di sini. Kecuali kita berdua saja," jawab Rega yang sudah dipenuhi dengan kegugupan.

Ivana menghela napas sekali lagi. Kemudian menjauhkan dirinya dari Rega untuk menolehkan kepala ke belakang. "Adrina, bisakah kamu tinggalkan kami berdua untuk mengobrol secara pribadi di sini. Aku akan memanggilmu jika membutuhkan sesuatu," ucap Ivana sembari tersenyum lebar.

Adrina yang salah paham pun segera tersenyum. Dia pikir Nona Muda Floyd dan Tuan Muda Hinton itu ingin menghabiskan waktu bermesraan sendiri. Membayangkan apa yang akan terjadi di antara sejoli itu saja sudah berhasil membuat Adrina salah tingkah. "Baiklah, Nona. Selamat bersenang-senang," jawab Adrina dengan gestur yang menurut Ivana sedikit aneh. Akan tetapi, itu tidak penting karena yang terpenting Adrina meninggalkan Ivana dan Rega untuk mengobrol berdua saja.

"Sekarang kita sudah tinggal berdua." Ivana kembali menatap Rega. "Cepat ceritakan yang kamu ketahui."

"Baiklah, saya memang mengetahui tentang korupsi. Mereka melakukan korupsi untuk mendanai kudeta yang akan mereka lakukan. Untuk mendapatkan tentara, senjata, dan banyak hal lainnya. Korupsi itu sudah terjadi sejak cukup lama," jelas Rega.

Ivana menggelengkan kepala heran. Dia tidak habis pikir dengan ambisi orang-orang tua ini. Bisa-bisanya mereka melakukan korupsi dan menggunakan uang itu untuk melakukan kudeta. "Bagaimana bisa orang seperti mereka lolos begitu saja?"

"Mereka adalah orang-orang dengan kekuasaan besar, orang-orang yang mengetahui tindakan mereka juga tidak bisa melakukan apa pun," ucap Rega pasrah.

Ivana mengerutkan dahinya. "Tidak juga ... kamu. Kita, bisa melakukan sesuatu, Rega."

"Nona, posisi kita serba salah. Di satu sisi, tindakan mereka memang salah. Akan tetapi, di sisi lain, mereka juga orang tua kita." memang benar bahwa posisi Rega serba salah. Begitu juga dengan posisi Liliya dahulu. Mereka jika mundur kena, maju pun semakin menjadi. Mereka mengetahui bahwa tindakan orang tua mereka salah, tetapi mereka bisa apa? Hidup mereka juga akan ikut terancam dan diburu jika sampai orang tua mereka tertangkap.

Ivana menghela napas. Benar juga apa yang dikatakan oleh Rega.

"Tenanglah, Nona Liliya. Kita hanya perlu mengikuti alur mereka dan kita akan baik-baik saja," ucap Rega sembari mengelus-elus kening Ivana yang sejak tadi masih dikerutkan.

Ivana segera menatap Rega. Sekilas, Ivana tiba-tiba melihat bayangan Vale bergantian dengan wajah Rega.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro