Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Episode 6 - Reason

A/N : Kali ini fic Kageyama kali ini bakal ada banyak fakechat, jangan lupa di zoom untuk membaca lebih jelasnya. Lalu mulai dari chap ini alur cerita akan fokus mengikuti dari dua serial universe fic Haikyuu, yaitu L-N-F-I-L-W-Y-A || Oikawa Toru by Ichirisa dan My Only One | Miya Atsumu by HanaLN_25

Happy Reading ^^

=====================

Sudah hampir 3 minggu, Kageyama tak pernah melihat sosok si gadis orange, awalnya Kageyama hanya berpikir gadis itu sibuk dengan kehidupannya dan mungkin juga menghindari dirinya.

Kageyama sendiri hampir tidak pernah membalas chat dari Azusa, ia terlalu malas hanya bertukar kabar dari aplikasi chat itu, tapi jujur saja si setter kebanggaan Adlers ini sedikit rindu dengan suara riang milik si gadis orange itu.

Apalagi kondisinya saat ini sedang menjalani masa karantina untuk persiapan pertandingan pra-musim Liga V yang akan diadakan pertengahan Desember nanti, Kageyama sudah masuk ke dalam lingkar asrama, tidak bisa sembarangan keluar-masuk dan harus jaga stamina.

Terakhir ia bertemu dengan si gadis orange itu beberapa waktu lalu, ketika ia sedang mengunjungi mini market untuk membeli kebutuhan pribadinya, dan tidak ada yang berubah dari sosok si gadis orange itu, tetap tersenyum cerah layaknya matahari. Namun, hanya saja Kageyama tak pernah terpukau dengan senyumnya Azusa, si gadis orange.

Saat ini Kageyama tengah beristirahat di asrama Schweiden Alders, ia sedang berada di kamarnya bersama rekan sekamarnya, Hoshiumi Korai.

Netra safir kageyama menatap layar gawai miliknya sambil tidur-tiduran di ranjangnya, melihat sebuah pesan singkat yang belum sempat ia balas.

Bahkan grup chat-nya pun belum ia buka sama sekali, netranya mendelik tajam kala melihat grup alumni karasuno, khususnya klub voli putra.

"Kujo-san menikah? Dengan siapa?" gumam Kageyama pelan, ia perlahan membuka pesan di dalam grup chat itu. Setter Adlers itu hanya mengescroll puluhan chat itu, ia bingung harus menimbrung seperti apa. Toh, berita pernikahan salah satu kakak kelasnya itu bukan hal aneh menurutnya, malah wajar.

"Oh, Kujo-san ternyata mau menikah dengan Kuroo-san, toh. Pasti Minami kaget jika tahu Kujo-san akan menikah, aku harus memberitahunya." gumam Kageyama.

Lalu, Kageyama menutup grup chat tersebut, ia berpindah membuka pesan dari Azusa yang telah lama dikirim oleh gadis bersurai orange itu, Kageyama membaca sejenak pesan singkat itu, dan membalasnya.

Awalnya balasan dari Azusa sangat awkward, tidak seperti biasanya. Tentu saja, Kageyama tak begitu memusingkannya, ia tetap membalasnya dengan sewajarnya.

Kageyama juga tak lupa mengabari soal pernikahan mantan kakak kelasnya itu kepada Azusa, karena Kageyama tahu gadis bersurai orange itu sangat akrab dengan kakak kelas mereka, Kujo Tsukasa.

Sesuai dugaan Kageyama, Azusa terkejut mendengar berita pernikahan kakak kelasnya itu, bahkan Azusa sampai bertanya dua kali kepada dirinya tentang kabar pernikahan mantan kakak kelas mereka itu untuk mengkonfirmasi kebenarannya.

Diam-diam Kageyama tersenyum kecil saat chat dengan Azusa. Entah mengapa mungkin ia diam-diam sedikit merindukan sosok gadis bersurai orange itu? Semua itu hanya Kageyama yang tahu.

"Ah ... tumben kenapa Minami cuma ngeread chat aku aja?!"  gumam Kageyama pelan.

Chat mereka berakhir ketika Azusa tidak membalasnya, Kageyama sedikit kecewa. Lalu ia membuka pesan dari Miya Atsumu, lelaki yang di
cintai oleh Kaede. Atsumu tiba-tiba saja mengirimkan chat kepada dirinya.

Ada rasa amarah, tertantang, dan tidak terima ketika Miya Atsumu dengan sombongnya menyatakan perang untuk memperebutkan adik perempuannya Ushijima Waktoshi di lapangan voli nanti.

Tentu, Kageyama membalas chat itu dengan arogannya, ia tak mau kalah, dan tak akan mengalah demi cintanya kepada Ushijima bungsu itu.

Kageyama Tobio dikuasai amarah karena cinta, untung saja ia tidak membanting ponsel mahalnya itu. Ia hanya bisa melampiaskan amarah di kasur miliknya.

"Hoi, Kageyama? Lu kenapa dah? Udah gila, ya?! Bukannya tidur sana udah malem juga!" tanya Hoshiumi yang berada di kasur seberang, sambil menatap Kageyama heran.

Kageyama bangun dari tidurnya, dan duduk di atas kasurnya, ia langsung menggeleng cepat, "Bukan apa-apa, Hoshiumi-san."

"Serius?" Hoshiumi bertanya lagi, ia penasaran dengan Kageyama yang tumben-tumbenan kehilangan ketenangannya.

Kageyama mengangguk cepat, mencoba menyakinkan rekan setimnya itu. "Un."

"Cih, dasar aneh!" Hoshiumi hanya berdecih sebal, ia kecewa karena tidak mendapatkan jawaban yang sesuai keinginan dia.

.

.

.

Azusa terdiam sejenak ketika melihat chat terakhir dari Kageyama.

Gak salah, nih, Tobio-kun bilang kayak gini? Beneran dia nyuruh aku dateng? Azusa bertanya-tanya di dalam benaknya. Gadis bersurai orange ini menjadi sedikit berharap dengan perasaannya Kageyama terhadapnya.

Plak!

Azusa memukul kedua pipinya kencang. "Sadarlah, Azusa!! Kau ini jangan kegeeran dengan sikapnya Tobio-kun."

Azusa menaruh ponsel pintarnya di atas nakas kayu berwarna putih, di sebelah tempat tidurnya. Ia berguling-guling sejenak, lalu ia menatap langit-langit kamarnya.

"Chotto ... Tsukasa-san mau menikah dengan Kuroo-san? Lalu bagaimana dengan Oikawa-san?" Azusa kembali mengambil ponsel pintarnya yang ada di sebelahnya.

Anak ini langsung mengescroll media sosial miliknya, melihat berita paling ter-up to date tentang mantan kakak kelasnya itu.

Benar saja, ternyata di akun media sosial Kujo Tsukasa terpampang nyata postingan tentang pernikahannya dengan Kuroo Tetsuro.

"Ah ... Oikawa-san patah hati dong, ya?Kasihan banget." Azusa memasang wajah sedih.  "Jadi ... Tsukasa-san menikah dengan Kuroo-san? Yah, mereka berdua cocok, sih." gumam Azusa sambil terus mengescroll akun milik mantan kakak kelasnya itu.

Setelah melihat-lihat akun sosial media dari mantan kakak kelasnya, Azusa pun mengechat Aiha. Ia merasa Aiha harus tahu kabar mantan kakak kelas mereka yang akan menikah.

Pasti Hime bakal heboh banget! batin Azusa sambil mencari kontak chat-nya dengan Aiha. Setelah Azusa menemukan kontak Aiha, ia mengechat sahabatnya itu.

Azusa menggembungkan kedua pipinya, ketika membaca chat dari Aiha. Ia sedikit kesal dengan respon Aiha saat gadis itu tahu jika dirinya ingin curhat tentang pangerannya.

Lalu, Azusa pun memberi tahu tentang kabar pernikahan mantan kelas mereka, Kujo Tsukasa.

Azusa pun sudah menduga dengan respon Aiha yang seperti itu, karena ia sendiri juga kaget dengan kabar penikahan kakak kelasnya itu. Bahkan Aiha saja masih menebak jika Tsukasa akan menikah dengan Oikawa, karena mereka berdua pun tahu bagaimana hubungan Tsukasa dan Oikawa di masa lalu. Yah, biarpun hubungan Tsukasa dan Oikawa telah kandas tujuh tahun silam.

Azusa pun jadi ikut berpikir tentang chat-nya dengan Aiha. Apa benar ya Tsukasa-san nikah sama Kuroo-san karena MBA? Tapi masa sih?! batinnya bertanya-tanya. Namun, Azusa ragu untuk menanyakan kebenaran itu kepada mantan kakak kelasnya, Tsukasa.

Akhirnya Azusa hanya bisa menyimpan rapat-rapat kegelisahannya, ditambah ia juga kepikiran tentang Kageyama yang menanyakan dirinya akan datang ke Tokyo untuk menonton pertandingannya atau tidak.

Azusa masih menatap layar ponselnya.

"Dateng gak, yaaa??" Azusa berguling-guling ke kanan-kiri di atas ranjangnya sambil menatap ponselnya, ia sedang kebingungan saat ini, apakah ia harus datang atau tidak?

"Aaarrghhhh! Pusing! Dateng atau enggak, ya?? Tapi kalau gak datang, Tobio-kun menanyaiku. Terus kalau seandainya datang, aku belum tiketnya, aargghh!!" Azusa mengacak-acak surai orange miliknya dengan frustasi.

"Aahhh ... bingung aku mesti gimana dong?!!" Azusa bermonolog, ia berusaha mencari jawabannya sendiri hingga ia tidak tidur semalaman.


.

.

.

Matahari telah terbit, kini Azusa masih menatap langit-langit kamarnya.

"Yabeee, nerarenai!!"

Netra hazel milik Azusa terlihat sayu, semalaman ia sulit tidur akibat meratapi kegalauannya.

Tok ... tok ... tok ...

"Azusa, okita no?" tanya Nyonya Minami dari luar.

Suara milik ibu dari Azusa ini langsung mengalihkan fokus Azusa.

"H-hai ... okitan yo, Okaa-san." jawab Azusa dari kamarnya.

Azusa pun mulai bangun dari ranjangnya, ia berjalan menuju cermin besar yang ada di kamarnya. Azusa pun menatap dirinya, terutama wajahnya.

"Yabee ... kantong matanya besar banget." Azusa memegang wajahnya. "Apa aku nanti harus pake concealer, ya?"

Azusa pun beranjak menuju kamar mandi untuk melakukan ritual cuci muka dan sikat gigi, serta memakai routine skincare-nya. Setelah selesai melakukan urutan ritual pagi harinya, Azusa memakai pakaiannya.

Rencananya, hari ini Azusa akan memakai kaos turtle-neck warna cream dipadu dengan celana jeans warna broken white, tak lupa pula Azusa merias wajahnya secara natural, dan sekarang ia sudah siap untuk berangkat kuliah.

Ia mengambil tas ransel dan mantel warna hitam miliknya. Lalu, ia keluar dari kamarnya, berjalan menuju ruang makan.

"Ohayou, Okaa-san, Otou-san!" sapa Azusa, gadis bersurai orange ini menarik kursi makannya.

"Ohayou, Azusa." sapa Tuan Minami duduk di kursi makan sambil membaca koran harian.

Sedangkan, Nyonya Minami yang tengah menata hidangan di meja makan. "Ohayou, Azusa."

Azusa menaruh mantel dan tasnya di kursi makan. "Biar aku bantu, Okaa-san." Azusa pun ikut membantu ibunya menyiapkan sarapan pagi ini.

Keluarga Minami pun memulai sarapan bersama dengan tenang. Setelah selesai sarapan, Azusa pun langsung pamit kepada kedua orangtuanya untuk berangkat kuliah.

"Otou-san, Okaa-san, ittekimasu." pamit Azusa sambil memakai mantelnya di gekkan.

"Un, itterasshai, Azusa."

Lalu, Azusa berangkat ke kampusnya, dan seperti biasa ia pergi ke kampusnya menggunakan transportasi umum. Azusa pun kembali menjalani rutinitas sehari-harinya sebagai seorang mahasiswi sekaligus parttimer.

.

.

.

Di sisi lain, waktu telah menunjukkan pukul enam sore waktu setempat. Terdengar jelas suara decitan sepatu, dentuman bola voli, serta teriakan pemain yang tengah bermain saat ini di lapangan voli indoor.

"Nice toss, Kageyama!" seru Romero dari ujung lapangan.

Kageyama menggangguk cepat. "Hn."

Tim Schweiden Adlers saat ini tengah berlatih untuk persiapan pertandingan pra-musim Liga V di Tokyo nanti. Semua pemain pun berlatih dengan keras, termasuk Kageyama.

Pria bersurai raven itu dengan penuh semangat melakukan semua sesi latihan, mulai dari toss, receive, spike, bahkan hingga diving. Ia berjuang keras demi mendapatkan pujaan hatinya, Ushijima Kaede.

Bahkan Hirugami pun sampai heran, anak ini berlatih seperti orang kesetanan. Biarpun pria bersurai hazel ini tahu bahwa Kageyama Tobio ini seorang maniak voli seperti Ushijima.

"Oi, Kageyama! Jangan terlalu ngepush dirimu banget!" Hirugami mencoba memperingati Kageyama dari benchwammer sambil meminum botol minumannya.

Kageyama melirik sejenak, lalu mengangguk cepat. Namun, ia tetap melanjutkan berlatih toss bersama Hoshiumi.

"Kageyama, left!" seru Hoshiumi yang tengah mempersiapkan kuda-kudanya, laki-laki yang memiliki surai mirip shuttlecock itu langsung melompat ke sisi ujung net.

Kageyama dengan cepat melakukan toss kepada Hoshiumi, dan mengenai sasaran.

"Nice Kill, Hoshiumi-san." puji Kageyama

"Tentu saja, aku ini kan memang hebat!" ujar Hoshiumi bangga.

Kageyama melirik Ushijima Wakatoshi sejenak. "Sekarang, giliran Ushijima-san." ujar Kageyama

Ushijima pun mengangguk, lalu bersiap untuk berlatih toss dengan Kageyama. Keduanya pun kembali berlatih dengan menu latihannya tetap sama, yaitu; berlatih toss dan spike.

Priiittt!!!

Bunyi peluit yang ditiupkan oleh Coach Suzaku menggema di dalam gedung olahraga, seluruh anggota tim pun berkumpul.

"Latihan hari ini selesai. Lusa, kita akan berangkat ke Tokyo untuk persiapan pertandingan pra-musim Liga V." ujar Pelatih Suzaku

"Osu!"

"Minna-san, otsukaresama." Pelatih Suzaku mengakhiri sesi latihan hari ini.

"Hai, kantoku. Otsukaresama, arigatou gozaimasu."

Lalu seluruh pemain pun membubarkan dirinya masing-masing, mereka mulai mengambil tas mereka di benchwammer sebelum kembali ke asrama.

Berbeda dengan Kageyama, ia kembali mengambil bola voli itu dan menyusun botol-botol kosong di sepanjang sisi net. Kageyama berencana untuk melakukan sesi latihan mandiri untuk mengasah ketajamannya.

Aku harus bisa melakukan toss yang sempurna, aku harus menang dari Atsumu-san. Aku tidak boleh kalah dari Atsumu-san! batin Kageyama sambil memegang bola voli dengan erat.

Tanpa Kageyama sadari ada dua pasang netra yang memperhatikan gerak-geriknya, mereka adalah Sokolov dan Heiwajima.

"Oi, Heiwajima." panggil Sokolov sambil meminum botolnya.

Heiwajima yang tengah duduk di benchwammer itu, lalu melirik Sokolov sejenak. "Hn?"

"Kageyama itu dia kenapa?" tanya Sokolov heran.

Heiwajima menatap Kageyama yang tengah berlatih mandiri itu. "Entahlah ..." ujar Heiwajima sambil menaikkan kedua bahunya.

"Dia seperti orang kesurupan." tandas Sokolov

"Bukannya memang selalu begitu? Monster seperti Kageyama atau Ushijima biasanya suka seperti itu." tambah Heiwajima

"Tapi dia lebih gila dari biasanya, Heiwajima." Sokolov mulai menambahkan argumennya, ia merasa jika si bungsu dari tim Adlers ini tengah kesurupan. "Sepertinya, Hirugami-san harus menyuruhnya berhenti berlatih."

Heiwajima mengambil tasnya, ia bangkit dari duduk di benchwammer. "Ah ... sudahlah, aku mau kembali ke asrama." Heiwajima melirik Kageyama sejenak. "Biarkan saja dia berlatih. Toh, nanti dia capek sendiri."

Sokolov menatap  Heiwajima. "Chotto, kau mau ke mana?"

"Baliklah." jawab Heiwajima cepat.

"Tungguin dong!" Sokolov langsung bangun dari duduknya dan buru-buru memasukkan handuknya ke dalam tas.

Kedua pria itu beranjak keluar dari gedung olahraga, sebelum mereka keluar. Keduanya pun menatap Kageyama. "Oi, Kageyama!! Buruan balik! Jangan kelamaan berlatih!" seru Sokolov

"Iya, buruan balik! Jangan terlalu ngepush! Nanti cidera, lho!" timpal Heiwajima

Kageyama sesaat menghentikan sejenak latihan voli mandirinya pun langsung mengangguk cepat. "Hn, setelah selesai ini aku akan kembali ke asrama, Heiwajima-san, Sokolov-san."

Sokolov dan Heiwajima adalah orang terakhir yang keluar dari gedung olahraga, menyisakan Kageyama yang masih terus berlatih seorang sendiri.

.

.

.

Sudah hampir dua jam Kageyama masih berlatih secara mandiri, ia bahkan tidak berniat mengakhiri sesi latihannya itu. Kageyama terus mengasah keakuratannya dalam melakukan toss, spike maupun serve, ia harus bisa menguasai ketiga itu jika ingin mengalahkan Miya Atsumu.

Secara garis besar, kekuataan Kageyama sendiri sedikit di atas daripada Miya Atsumu. Namun, Miya Atsumu lebih pandai menguasai ritme permainan tim dibandingkan dirinya, dan Kageyama pun mengakui itu.

Maka dari itu ia terus berusaha untuk mengasah kemampuan individunya, guna menutupi kekurangannya. Sepertinya serve dan toss-ku lebih akurat daripada biasanya. Aku yakin dengan kekuatanku sekarang, aku bisa mengalahkan Atsumu-san. batin Kageyama sambil membetulkan posisi botol yang bergeser dari tempatnya.

"Oi, Kageyama!" seru seorang pria bersurai hazel dari daun pintu gedung olahraga.

Kageyama menoleh. "Hirugami-san?"

Hirugami Fukuro bersender di sisi pintu. "Kenapa kau belum kembali juga ke asrama, Kageyama? Cafetaria bentar lagi tutup!"

Kageyama hanya terdiam.

Lalu, Hirugami berjalan mendekati Kageyama yang masih terdiam. Pria bersurai hazel itu satu per satu memungut botol bekas air mineral kosong yang digunakan Kageyama sebagai titik toss ataupun serve.

"Hirugami-san, biar aku saja." Kageyama meminta botol-botol yang dipungut oleh Hirugami.

"Don't mind." Hirugami menolak halus tawaran Kageyama.

"Sankyu, Hirugami-san." Kageyama akhirnya memungut bola voli yang berserakan di lantai dan memasukkannya ke dalam keranjang bola.

Lapangan voli indoor kembali bersih dalam waktu singkat berkat kerjasama Kageyama dan Hirugami yang membereskannya.

"Ayo, kita ke kembali ke asrama, Kageyama." ajak Hirugami yang sudah menunggu Kageyama di pintu keluar gedung olahraga.

Kageyama mengangguk cepat. "Hn." lalu ia memasukkan handuk dan botol minumnya ke dalam tas.

Namun, netra safir Kageyama menatap ponsel pintar miliknya. Ia mengambil ponsel pintarnya dan membuka aplikasi chat-nya.

Air mukanya terlihat sedikit kecewa, ternyata chat yang ia kirimkan kepada Kaede beberapa waktu lalu belum juga dibalas oleh si bungsu Ushijima.

"Apa Kaede ngambek denganku, ya?!" gumam Kageyama pelan.

"Oi!! Kageyama buruan!! Mau dapat makan malam di cafetaria gak?!!" seru Hirugami dari depan pintu gedung olahraga.

Kageyama menoleh. "Ha-hai ... Hirugami-san!" lalu Kageyama pun berlari ke arah Hirugami dengan menenteng tas miliknya di bahu, sedangkan tangan kanannya masih memegang gawai miliknya.

Di sepanjang perjalanan dari gymnasium menuju ke asmara Schweiden Adlers yang jaraknya tidak sampai 100 meter, alias kepeleset dikit langsung sampai ke asrama. Hirugami sedikit memperhatikan gerak-gerik Kageyama yang agak aneh ketika berjalan dengannya, tangan kanan Kageyama memegang gawainya sambil menatap cemas layar itu.

"Kau kenapa menatap hpmu seperti itu, Kageyama?"

"Bukan apa-apa, Hirugami-san."

Hirugami melirik sejenak. "Menunggu pesan dari Minami-chan?"

Kageyama menggeleng.

"Lalu dari siapa?" tanya Hirugami penasaran.

"Dari Kaede." jawab Kageyama yang masih menatap layar ponsel pintarnya.

"Souka."

Keduanya masih berjalan beriringan menuju asrama, tapi tiba-tiba saja Hirugami menanyakan soal Kaede kepada Kageyama.

"Kau menyukai adiknya Ushiwaka, Kageyama?" tanya Hirugami penasaran.

Wajah Kageyama memerah mendengar pertanyaan dari Hirugami, ia berusaha tenang agar tidak terpancing kapten timnya ini.

"Kenapa diam?" tanya Hirugami lagi.

"Bukan apa-apa, Hirugami-san."

"Lalu, kau menyukainya? Si Ushijima bungsu itu?"

Kageyama mengangguk pelan. "Hn."

Hirugami menepuk bahu Kageyama pelan, "Berjuanglah."

"Ha-hai."

Hirugami berjalan mendahului Kageyama, ia pun menoleh ke arah Kageyama sejenak. "Aku duluan ke kamarku, ya, Kageyama! Kau jangan lupa makan ke cafetaria!"

"Hn." Kageyama pun langsung berjalan menuju cafetaria yang ada di lantai dasar.

Di setiap langkahnya menuju cafetaria, pikiran Kageyama terus melayang, ia memikirkan sosok Ushijima Kaede yang belum membalas chat-nya sejak dua hari yang lalu.

Aku harap Kaede tidak marah denganku. Ayolah, Kaede cepat balas chat-ku! Kageyama terus berharap jika Ushijima bungsu ini membalas chat darinya.

Kaede adalah alasan bagi Kageyama untuk mengalahkan Miya Atsumu, pria bersurai raven ini hanya ingin membahagiakan gadis yang ia sukai, ia ingin Kaede terus tersenyum.

.

.

.

TBC...
Episode 6 - Reason

=====================

Aloha, minna-san!! Apa kabar semuanya??

Ichi is back!!

Adakah kalian yang merindukanku?? Atau merindukan kisah Azusa dan Kageyama??

Aku juga sangat merindukan kalian 😭😭😭

Doakan, ya, fic The One I Love | Kageyama bisa kembali update rutin tiap bulannya mulai tahun depan, Aamiin.

Terima kasih semuanya yang udah sempetin baca dan terus menantikan fic ini 😭😭😭

Jangan lupa terus support aku dengan cara vote dan komen 🥺🥺🥰🥰

Atau bisa juga support aku melalui, trakteer.id/ichirisa

Dadah!! 👋👋

Sampai ketemu bulan depan, semuanya!! 💕💕

With Love,

Ichirisa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro