Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 7: Inddy

Kami kembali ke mobil dengan raut sendu. Terdapat Steffa dan beberapa orang timnya yang sedang berbicara serius di depan mini market.

"Apa mereka mendapatkan sesuatu?" Tanya Sani terlihat penasaran. Dengan santai gadis itu melangkah mendekati Steffa dan timnya lalu membungkuk berpura-pura mengikat tali sepatunya yang tidak lepas. Kami memperhatikan saja tingkah Sani yang selalu diluar dugaan.

"Kamu ngapain disitu? Nguping ya?" Tanya Steffa menghampiri Sani dengan raut kesal.

"Buta mata kamu? Tidak lihat aku lagi ikat tali sepatu ku. Makanya otak itu dipake jangan cuman mikirin untuk curi ide orang lain," tajam Sani lalu masuk ke dalam minimarket tersebut.

"Skak mat!" Komentar ku tertawa mengejek ketika Steffa menatap ke arah ku. 

"Ayo masuk mobil," ajak Sani saat keluar dari minimarket dengan 4 botol air mineral ukuran sedang.

"Jadi, apa yang kamu dapatkan?" Tanya Sasa ketika kami sudah masuk ke dalam mobil.

"Ayo jalan. Aku ceritakan dalam perjalanan," pintah Sani membagi air mineral tersebut lalu meneguk miliknya.

"Jadi?" Tanya Andrew ketika kami sudah menjauh dari minimarket tersebut.

"Warga melihat Daffa menyusuri lorong yang kita lewati tadi bersama seseorang."

"Hanya itu?" Tanya Sasa.

"Iya. Seandainya Steffa tidak menyadari keberadaan ku mungkin aku bisa mendengar semuanya."

"Putar balik, ndrew. Kita ke rumah Natasha," pintaku.

"Kenapa? Natasha pasti tidak tahu apa-apa, dia kan baru kembali ke tempat itu bahkan belum pindah," protes Andrew.

"Sudah, kamu ikuti saja permintaan ku."

Andrew langsung memutar balik arah. Mobil kami memasuki area parkir minimarket sedangkan mobil Toyota hitam milik Steffa keluar dari parkiran.

Aku keluar dari mobil diikuti oleh yang lain. Kami menyusuri lorong kecil tersebut, berpapasan dengan ibu-ibu komplek dan akhirnya sampai di rumah Natasha. Natasha terlihat sedang menata bunga-bunga yang ada di pekarangan rumahnya. Jika di bandingkan dengan rumah lain, rumah Natasha adalah rumah yang cukup luas dan besar untuk ukuran rumah diarea sekitarnya.

"Ada apa?" Tanya Natasha menghampiri kami.

"Kamu tahu gosip masyarakat sini soal Daffa Anggara yang baru-baru ini melewati komplek kalian dengan seseorang?" Tanyaku to the point.

"Aku tidak tahu!" Ketus Natasha lalu kembali sibuk dengan bunga-bunga yang tengah ia ganti potnya.

"Anggap saja balas budi karena aku sudah menolong mu tadi," ucap Andrew membuat Natasha menghentikan pekerjaannya.

"Waktu itu jam 9 malam Daffa dan seseorang dengan pakian yang begitu tertutup melewati komplek ini. Tidak ada hal yang mencurigakan sebab Daffa beberapa kali menyapa warga dengan begitu santai. Itulah kenapa tidak ada warga yang melaporkan ke polisi karena itu tidak seperti penculikan."

"Kamu tahu mereka lewat kemana?" Tanya Sasa.

"Tidak tahu. Mereka hanya menyusuri lorong ini. Hanya itu yang aku tahu."

"Berarti sekarang kita harus menyusuri lorong ini sekali lagi," ucapku.

"Tidak perlu. Jangan melakukan pekerjaan dobel. Polisi sudah menyusuri kampung ini dan tidak menemukan apa-apa," ucap Natasha lalu kembali sibuk dengan bunga-bunganya.

"Terima kasih untuk informasinya, Natasha.  Kami pamit," pamit Andrew lalu menggandengku pergi diikuti oleh Sani dan Sasa.

"Bagaimana kamu bisa tahu kalau Natasha tahu sesuatu tentang kasus ini?" Tanya Andrew.

"Karena aku mengamati. Tadi, saat kita masuk ke rumah Natasha, terdapat beberapa makanan yang diletakkan di atas meja ruang tamu. Itu artinya ada warga sekitar yang menghampiri Natasha. Natasha adalah warga lama yang baru kembali, aku yakin akan ada banyak ibu-ibu yang mengunjunginya. Jika ibu-ibu sudah berkumpul dalam satu tempat maka mereka akan membahas banyak hal salah satunya Informasi tentang Daffa," jelasku.

"Good job, nddy." Sasa memberikan dua jempol ke arah ku.

"Terima kasih, Sa." Aku tersenyum ke arah Sasa lalu berahli menatap Andrew "makanya jeli bukan cuman jeli ketika cewek butuh bantuan. Perasaan itu meja tidak tinggi-tinggi amat harus kamu bantuin turun." Aku menarik tanganku dari genggaman Andrew.

"Wait. Ada apa ini? Aku mencium aroma-aroma cemburu," goda Sani dengan godaan tidak masuk akalnya.

"Jangan ngawur kamu. Ayo, aku punya strategi baru yang harus kita bahas di studio."

To Be Continue...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro