BAB 18 : INDDY
"Bisa kita bertemu di studio ku, Detektif Ezra?" Tanya ku kepada detektif Ezra yang berbicara kepada ku melalui telpon seluler. Aku melirik ke arah Andrew yang mentapaku tidak senang karena aku membagi informasi yang dicarinya untuk ku kepada orang lain.
Begitulah Andrew yang aku kenal selama ini, apa yang dia perbuat atau berikan jangan pernah membaginya dengan orang lain. Aku tidak tahu kenapa dia seperti itu, tapi aku yakin dia berpikir aku tidak menghargai usaha dia.
"Bagaimana?" Tanya Sani dan Sasa bersamaan.
Kedua orang itu sekarang tenang-tenang saja setelah meninggalkan ku dengan Andrew kemarin demi kucingnya yang sakit. Melihat raut wajah mereka datar seperti biasanya aku yakin kucing itu telah sembuh.
"Detektif Ezra akan datang sebentar lagi," jawab ku. Aku melirik kursi kosong yang ada di samping Andrew dan melangkah hendak mendudukinya namun sekilas ingatan kemarin itu muncul membuat ku berpindah duduk di samping Sasa.
"Ada apa?" Tanya Sani.
Dasar si pengamat. Dia tidak ada kesibukan lain kah selain mengawasi setiap gerak-gerik ku? Dia memang orang yang sangat jeli, itulah mengapa dia ingin menjadi seorang sutradara. Seorang sutradara memang perlu itu untuk mengawasi setiap scene. Namun, sungguh mati aku tidak ingin Sani memanfaatkan kemampuannya itu untuk mengawasi hidupku. Aku benci itu. Aku tidak bisa menyembunyikan apa-apa dari gadis itu.
Ingin sekali aku menjitak dahi lebarnya yang tersembunyi dibalik poni. Orang-orang mungkin akan menganggapnya imut dengan gaya rambut dan cara berpakaiannya, namun jika mereka sudah mengenal Sani, aku yakin mereka akan menarik kembali anggapnya. Sani sungguh menyebalkan walaupun kadang-kadang dia sangat berguna.
"Kalian tidak sedang marahan 'kan saat kami meninggalkan kalian kemarin?"
Syukurlah dia tidak mengarah ke hal it...
"Atau, ada suatu hal spesial yang terjadi kemarin?" lanjutnya membuat ekspektasi ku sukses jatuh terbentur di lantai. Aku babak belur.
Aku melirik ke arah Andrew yang tersenyum penuh arti membuat Sasa yang sejak tadi sibuk membaca berita online di i-pad nya dan melirik ke arah Andrew tersenyum seolah-olah mengerti arti senyum dari Andrew. Kenapa aku harus terlibat dengan dua anak kembar menyebalkan ini? Satu suka mengamati, menganalisis, lalu frontal saja mengumumkan hasilnya. Satu lagi, diam tapi sekalinya berbicara menyertakan fakta yang tidak akan terbantahkan. Sama-sama menjadi orang yang sangat jujur namun menyebalkan jika kejujuran itu berfungsi disaat yang tidak tepat. Lebih tepatnya, kejujuran mereka tidak mengumumkan rahasia orang lain.
Melihat reaksi Sasa, Sani langsung menatapku penuh selidik. Reaksi Sasa seperti itu meyakinkannya bahwa kemarin telah terjadi sesuatu dan melihat tatapan Sani ke arah ku, aku yakin dia membutuhkan jawaban yang lebih detail. Lebih baik aku keluar dari ruangan ini sebelum wajah ku semakin memerah.
"Eits. Mau kemana? Cerita semuanya secara lengkap." Paksanya dan aku hanya bisa pasrah.
"Tidak terjadi apa-apa. Saat kalian pulang aku hanya menemani Andrew melacak lokasi akun Twitter smnth yang membuat tweet itu," aku mengangkat dua jari di udara "suer."
Memalukan jika kejadian kemarin diketahui oleh orang lain apa lagi dua makhluk berwajah sama namun beda karakter tersebut. Walaupun beda karakter mereka sama menyebalkannya jika menyangkut laki-laki yang menyukai ku atau pun laki-laki yang aku suka.
"Bukannya berbohong itu tidak baik, nddy?" Tanya Sasa dan aku tidak bisa berkutik lagi.
Dasar si kembar ini.
Aku melirik Andrew meminta bantuan, namun cowok itu hanya tersenyum seolah-olah dia menginginkan kejadian kemarin harus diketahui oleh Sani dan Sasa.
"Andrew jangan senyum-senyum saja di sana, jelasin apa yang terjadi kemarin." Aku menatap datar Andrew.
"Benar apa yang diberitahukan Inddy. Kemarin dia menemaniku melacak lokasi akun Twitter itu," ucapnya dengan raut wajah datar lalu kembali sibuk dengan layar monitor yang menampilkan peta satelit dengan titik merah yang kedap kedip.
Aku melangkah mendekati Andrew.
"Tuh dengar. Tidak terjadi apa-apa kemarin. Tahu kalian calon sutradara dan jurnalis tapi jangan berimajinasi hal yang tidak mungkin."
Aku tersenyum penuh kemenangan melihat reaksi kecewa Sani namun tidak dengan Sasa, perempuan itu masih dengan senyum penuh arti.
Aku mengambil tempat disamping Andrew membuatnya langsung menoleh menatapku. Tatapannya terlihat datar. Kecewa kah dia? Aku balas menatapnya namun yang terlihat hanyalah rautnya yang sangat serius. Aku tidak pernah melihat raut seperti itu selama ini. Sekecewa itu kah dia? Manik mata hitam legamnya menusuk ku hingga jantung.
"Seperti kata Inddy, Suer tidak terjadi apa-apa," ucapnya membuat tanda kutip di udara pada kata 'Suer' lalu kembali sibuk namun bukan dengan layar monitor melainkan ponselnya.
"Jangan bohong kalian!" Tegas Sasa membuat ku tak bisa berkutik lagi.
"Okay," ucap aku dan Andrew bersamaan dan sukses membuat Sani bertepuk tangan kegirangan.
Andrew meletakkan ponselnya di atas meja lalu memutar kursinya hingga sejajar dengan sofa yang diduduki Sani dan Sasa. Aku memperbaiki cara duduk ku agar lebih nyaman dan menggeser kursi ku agar lebih dekat ke arah Andrew namun laki-laki itu malah menggeser kursinya membuat aku malah semakin jauh darinya.
"Aku dan Inddy kemarin..." gantung Andrew. Aku menatap ke arahnya dan mata kami langsung bertemu. Ia mengisyaratkan agar kami menjawabnya secara bersamaan. Aku tersenyum ke arahnya lalu mengangguk. Senyum ku tak di balas olehnya.
"Ciuman," ucapku.
"Jadian," ucap Andrew bersamaan dengan ku.
"What?" Sani dan Sasa terlihat syok begitu pun dengan Andrew, sedangkan aku tidak tahu bagaimana harus berekspresi.
Aku menutup mulutku dan berusaha menahan malu. Sani dan Sasa memelototi kami berdua seolah-olah sedang melihat hantu, sedangkan Andrew menatapku dengan ekspresi yang masih sama syok.
Aku membongkar rahasia ku sendiri. Astaga. Ini memalukan. Rasanya aku ingin menghilang dari tempat ini saja. Aku tidak ingin berada di tempat ini. Sungguh.
"Kalian kenapa?" Tanya detektif Ezra yang berdiri di depan pintu masuk studio.
"Andrew dan Inddy..." Gantung Sani.
"Kenapa mereka?"
"Ciuman."
"Jadian."
Jawab Sasa dan Sani bersamaan.
Shit!!!
Hope you like it
Jessie Toji
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro