Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 55: Crumbled Defense

Alvin's View

"Ahh, Alvin..?"
Kenny tampak terbelalak saat dia melihat ke arahku. Aku meliriknya sejenak, kemudian segera membenamkan kepalaku kembali ke komik yang sedaritadi aku baca.

"Pagi banget kamu datang! Biasanya kamu kalo ga telat pasti datangnya semenit sebelum lonceng!"
Dia membelalakkan matanya sambil menatap ke arahku.

Aku merasa risih, tapi tetap saja aku tidak mengacuhkannya dan kembali sibuk dengan bukuku.

Memang apanya yang aneh kalau aku datang sedikit lebih pagi?
Yahh, memang terlalu pagi sih, aku sudah sampai di sekolah tadi pukul setengah 7 pagi, sedangkan kelas baru akan dimulai pukul 8 pagi.

Alasanku datang lebih pagi adalah karena aku mendadak terbangun terlalu pagi karena mimpi buruk, kemudian aku memutuskan untuk mandi dan berangkat ke sekolah.
Jadi, alasanku untuk sekarang berada di sekolah lebih awal bisa diterima, ya kan?

Kenny meletakkan tasnya di depanku, kemudian duduk menghadap ke belakang sambil memeluk senderan kursinya.

"Ada apa kamu datang pagi banget?"
Kenny membuka sebatang cokelat kemudian menggigitnya dan menyodorkan sebuah cokelat baru padaku.

"Kamu mau...?"
Aku mendongakkan kepalaku, menatap ke arahnya yang tersenyum manis bagai tanpa dosa.

"Gak, jangan makan cokelat terus nanti gigimu bolong..."
Kenny mendengus, kemudian memanyunkan bibirnya sambil menatap sebal ke arahku.

"Gak ya! Aku kan selalu sikat gigi tiap hari! Lagipula ini kan coklat dari Kevin, jadi kan gapapa kalo dimakan..."
Aku berusaha keras mengulum tawaku, menahannya agar tidak memunculkan mimik lucu yang nanti mungkin akan merusak raut muka cool yang susah payah aku pahat diwajahku.

Mana ada kalo coklat pemberian pacar ga ngerusak gigi!
Anak satu ini kayaknya salah satu kabel di kepalanya pasti ada yang salah colok waktu di kandungan.

"Namanya coklat ya sama aja, nanti gigimu bolong..."
Dia mendengus semakin sebal, kemudian segera menarik tangannya yang tadinya menjulurkan coklat ke arahku.

"Yaudah ga usah aja!"
Huh...
Kenny kemudian menggigit lagi cokelatnya dengan sebal.

"Aw!"
Raut wajahnya berubah menjadi sangat kesakitan, dan memegangi pipi kanannya.

"Tuh kan, gigimu bolong...?"
Aku melirik ke arahnya.
Aku berusaha keras menahan tawaku
Geli rasanya!

"Enggak ya! Ini cuma coklatnya keselip di..."
Aku menaruh komikku, kemudian menatapnya.

"Di?"

"Engg.... Di..."

"Di...?"

"Di lobang gigi..."
Dia menunduk lemas, kemudian aku menatapnya dengan tatapan remeh.

"Tapi ga lubang gede! Cuma garis kok! Kata dokter juga ga perlu di tambal"

"Bohong, ayo ke dokter gigi pulang sekolah, gimana?"
Komikku kembali kuletakkan, kemudian mendelik ke arahnya.

"Gamau...."
Dia kembali menunduk lemas, membuatku harus berusaha keras menahan geli di dadaku.

"Alvin...? Eng..."
Aku melirik dari balik komikku, dia sejenak menatap ke sekeliling, kemudian dia kembali menatap ke arahku.

"Lord Arsais, tentang apa yang kita bahas malam itu..."
Aku meletakkan komikku, membuka kedua headsetku, kemudian menatapnya tajam.
Aku tahu, dia pasti akan membahas sesuatu yang penting sampai harus memanggilku begitu di dunia nyata.

"Kenny, sudah kuingatkan, jangan memanggilku begitu di dunia "Siang", karena itu namaku pada "Malam"..."
Aku menatapnya tajam, dia sejenak tampak takut, tapi dia kembali membalas tatapanku.

"Haruskan kita melakukan itu?"
Aku sejenak tertegun, aku mengerti kemana arah pembicaraannya.
Aku segera meletakkan kedua tanganku di atas meja.

"Kupikir, dengan keadaan seperti ini, besar kemungkinan ketakutanku jadi nyata. Satu satunya jalan hanyalah dengan melakukannya..."
Kenny menundukkan kepalanya, kemudian menarik nafasnya berkali kali.

"Tapi, kenapa harus begini? Bagaimana dengan seluruh mimpi dan rencana kita?"
Aku tersenyum, wajahnya sejenak memerah saat menatapku.

"Kenapa mukamu memerah?"
Dia menggeleng kuat.

"M..Maaf! Hanya saja, kamu manis banget kalo lagi senyum..."
Sial.
Aku langsung menatapnya dengan tatapan dingin, membuatnya tidak berani menatapku.

"M..maaf..."
Dia menarik nafas lagi, dan dalam sekejab tatapannya diarahkan kembali tepat ke arahku.

"Haruskah ini semua dirahasiakan dari Sir Caesar..?"
Aku mengangguk mengiyakan kata katanya.

"Yeah, kalau dia tahu, dia tidak akan tinggal diam..."
Aku menghela nafasku, Kenny juga melakukan hal yang sama.
Tampaknya dia sangat keberatan dengan masalah ini.

"Kau tahu, sejak dia pertama kali bergabung denganku, kesetiaannya padaku tidak dapat ditandingi siapapun. Karena itulah dia ga pernah mau beranjak dari sisiku. Kalau dia tahu, mungkin akan jadi masalah..."

"Tahu apa?"
Aku menoleh, Kevin tampak menatapku dengan tajam dari balik kacamatanya.

Sial.

Kenny tampak sama terkejutnya.
Dia tampak ternganga lebar sambil melotot.

"Hei? Kalian kenapa? Siapa tahu apa?"
Kenny segera membekap mulutnya, sial, tanpa aku sadari saat kami terlibat pembicaraan barusan, ternyata Kevin datang dan sudah masuk ke dalam kelas.

Aku berpikir keras.
Harus ada sesuatu yang bisa mengalihkan pembicaraan kami.
"Soal kemarin, kau tahu? Stevan dan Linguine terbunuh pada perang kemarin. Kita sedang membicarakan pengganti untuk mereka."
Kevin sejenak mengangguk angguk.

"Yeah aku tahu, sungguh mengejutkan mereka bisa terbunuh di perang kemarin, sekarang unit serangan depan dan panah jadi kehilangan captain. Kau sudah membicarakan penggantian mereka?"
Kenny tersenyum lega, aku sendiri pun diam diam menghela nafas menenangkan detak jantungku yang berpacu karena barusan.
Syukurlah dia tidak menyadarinya.

"Sudah aku pertimbangkan, tapi aku belum menemui calon yang cocok. Yang lain tampaknya belum cukup mantap untuk menggantikan mereka..."
Kevin mengangkat bahunya.

"Linguine dan Stevan sudah menghubungiku kemarin, mereka menitipkan salam padamu, dan meminta maaf karena tidak bisa membantu lagi..."
Aku mengangguk angguk.

"Hmm... Aku punya calon yang cocok..."
Kenny tiba tiba berbicara, membuat jantungku hampir melompat karena aku tadinya sedang benar benar berkonsentrasi.
Kevin juga menatap ke arahnya dengan pandangan ingin tahu.

"Siapa?"

"Siapa?"
Aku dan Kevin bertanya berbarengan, kami kemudian bertatapan.
Kenny mengedipkan sebelah matanya sambil tersenyum.

"Nanti, aku akan perkenalkan pada kalian di perang, aku yakin dengan kemampuan mereka, karena aku sendiri pernah bertempur dengan mereka..."
Ujar Kenny sambil tersenyum, kemudian segera membalik kursinya ke depan.
Aku dan Kevin bertukar pandang penuh kebingungan.
Siapa yang ditunjuk oleh Kenny?
Apa aku mengenalnya?

"Kok bisa dia tiba tiba punya kenalan sehebat itu? Freelance yang cukup kuat untuk memimpin pasukan? Langka banget..."
Kevin bergumam sambil menaruh tasnya di hadapanku.
Aku kembali memasang headsetku dan menatap ke arah luar lewat jendela.

"Alvin...?"

"Hmm?"
Aku melirik ke arah Kevin yang tadi memanggilku.

"Kamu kenapa?"

"Maksudmu?"
Kenny yang mendengar pembicaraan kami kembali membalik kursinya ke belakang. Saat ini keadaan kelas sudah mulai ramai oleh anak anak, tampaknya banyak yang belum menyelesaikan tugas mereka seperti biasa dan tradisi pinjam meminjam pr sudah mulai berlangsung di kelas.

"Yeah, Alvin akhir akhir ini terus murung, Kamu ga kenapa kenapa?"
Kenny berbicara ke arahku dengan mulut tersumpal lolipop.
Aku menoleh ke arah Kevin, yang menatapku dengan serius sambil mengangguk anggukkan kepalanya.

"Ga ada apa apa, memangnya ada apa?"
Kevin menunjuk ke arah headset ku.

"Jangan bohong, kamu ga ndengerin apa apa di headset itu, itu bukti kamu sedang memikirkan sesuatu, ya kan?"
Aku tersentak.
Mereka memperhatikan kebiasaanku?
Aku menjaga raut wajahku agar tetap tanpa ekspresi seperti biasanya, membuat Kevin mendengus sebal.

"Kalau kamu ada masalah, kamu bisa membaginya dengan kami..."
Sekarang giliran Kenny yang ikut menganggukkan kepalanya sambil memajukan bibir depannya dengan ekspresi yang lucu.
Aku menggeleng pelan, dan tersenyum ke arah mereka.

"Ga kok, ga ada apa apa..."
Aku kembali tersenyum di akhir kata kataku, menunjukkan kalau aku baik baik saja.
Kenny dan Kevin tampak terkejut, tapi kemudian segera bertukar pandang satu sama lain.
Mereka kembali menatapku dengan senyuman manis.

"Baiklah, syukurlah kalau ga ada masalah..."
Aku mengangguk, kemudian kembali membuang pandanganku jauh keluar kelas.

Tampaknya aku kurang bisa menutupi emosiku akhir akhir ini?
Mungkin.
Mereka memang benar, ada sesuatu yang mengganggu pikiranku.
Jyo...
Semenjak pertemuan di Midlake terakhir, tak sebuahpun pesanku yang dibalas olehnya.

Apa dia berhenti bermain?
Tidak mungkin begitu tiba tiba.
Kami juga tidak ada selisih pendapat.
Tidak ada masalah yang terjadi juga
Kenapa dia tidak menggubrisku?

Aku sudah berkali kali datang ke Midlake Village, tapi tampaknya dia tidak pernah berada di sana.
Apalagi semenjak perang.
Tak seujungpun kabar darinya aku dapatkan.
Dadaku tiba tiba berdesir, luka di dadaku kembali terluka.
Apa kamu bohong? Kamu akan meninggalkanku?
Atau kamu juga hanya mempermainkan perasaanku selama ini?
Tubuhku terasa sangat panas.
Berbagai pikiran buruk memenuhi pikiranku.

Sret

Sebuah tangan terasa menyentuh wajahku.
Kenny?
Dia menyeka segaris air yang mengalir di pipiku.
Sial, mereka melihatku menangis.
Aku menatap ke arah Kevin, dia hanya melihatku tanpa berkomentar apapun.

"Matamu perih ya? Memang cuacanya agak kering..."
Kevin berkomentar di sela sela kesibukannya mengunyah sebungkus keripik kentang.
Kenny hanya tertawa kecil, kemudian kembali tersenyum ke arahku sambil memberikan sebuah tissue.

"Jangan kelihatan yang lain, nanti malu! Jangan biarkan pikiran buruk menguasai pikiranmu, Semangat! Optimis!"
Benar juga, aku tidak boleh berpikiran buruk.

Aku tidak membencinya.

Aku hanya.
Sangat sangat merindukannya...
Aku tersenyum ke arah kedua sahabatku, kemudian mengangguk lembut.

Kevin tersenyum simpul, sedangkan Kenny memamerkan seluruh deretan gigi yang dimilikinya.

"Thanks.."
Kenny mengangguk, kemudian menyodorkan sebatang cokelat kepadaku.

"Sekarang mau...?"

"Enggak."

보고싶다

아무리 기다려도 난 못가 
바보처럼 울고 있는 너에곁에
상처만 주는 나를 왜 모르고 
기다리니 떠나가란 말야
보고싶다~~보고 싶다~~
이런 내가 미워질만큼~~
울고 싶다~~내게 무릎 꿇고 
모두 없던일이 될수 있다면
미치듯 사랑했던 기억이 
추억들이너를 찾고 있지만
더 이상 사랑이란 변명에
너를 가둘수 없어
이러면 안되지만,,
죽을만큼 보고 싶다.

보고싶다~~보고 싶다~~
이런 내가 미워질만큼~~
믿고 싶다 오른 길이라고
너를 위해 떠나야 한다고
미칠듯 사랑했던 기억이
추억들이 너를 찾고 있지만
더 이상 사랑이란 변명에 
너를 가둘수 없어
이러면 안되지마
즉을만큼 보고 싶다.

죽을 만큼 믿고 싶다...

Merindukanmu

Aku tak akan pergi, aku akan menunggumu
Aku menangis bagaikan orang bodoh
Yang hanya menyakitiku tanpa kau sadari
Apa kau memintaku untuk meninggalkanmu?

Aku merindukanmu, Aku merindukanmu
Hingga aku membenci diriku sendiri
Aku ingin menangis, berlutut dihadapanmu
Andai semuanya tidak terjadi

Membuka kembali ingatanku saat aku tergila gila mencintaimu
Ingatan itu menghantuiku
Tapi aku tidak bisa sembunyi dari perasaan ini lebih lama lagi
Aku tidak seharusnya melakukan ini.
Aku sangat merindukanmu

Aku merindukanmu, Aku merindukanmu
Hingga aku membenci diriku sendiri
Aku ingin menangis, berlutut dihadapanmu
Andai semuanya tidak terjadi

Membuka kembali ingatanku saat aku tergila gila mencintaimu
Ingatan itu menghantuiku
Tapi aku tidak bisa sembunyi dari perasaan ini lebih lama lagi
Aku tidak seharusnya melakukan ini.
Aku sangat merindukanmu
Aku sangat ingin melupakanmu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro