CHAPTER 53: Dark Rune Of Harmonia
Arsais View
"Akhirnya kalian tiba juga..."
Aku memain mainkan kompas kecil yang sedaritadi masih berada di telapak tanganku, aku menatap datar ke arah empat orang yang barusaja memasuki kemahku.
"Hmm, Ga ada senang senangnya ngeliat bala bantuan ehh?"
Aku hanya mendengus, kemudian kembali mengarahkan pandanganku ke arah mereka.
"Duduklah, kita harus membahas rencana penggabungan tentara kita."
Arvyn, Greg, Wyatt, dan Pixel segera beralih dari pintu kemahku, kemudian masing masing mengambil kursi dihadapanku dan duduk melingkar mengelilingi meja di hadapanku.
"Seperti biasa? General Arsais dari 1st Harmonian Shrine Guardian akan memimpin pasukan?"
Greg memulai pembicaraan kami.
Ketiga orang lain yang duduk di hadapanku mengangguk dengan cepat menyatakan persetujuannya.
"Yeah, kalau begitu aku akan mengambil alih komando utama, tapi kalian harus memimpin divisi kalian masing masing."
Arvyn melipat kedua tangannya kemudian menaikkan kedua kakinya ke atas meja.
"Aku tidak mengerti apa yang sedang mereka pikirkan. Dari segi jumlah dan kekuatan, jelas Aronia tidak akan mungkin mampu menyaingi Harmonian Shrine Guard.... Apalagi sampai dibantu Temple Guard...."
Aku mengangguk.
"Memang, kecuali kalau mereka punya ahli taktik jenius yang mampu membalikkan arah angin di perang ini."
Sesaat kemahku kembali hanyut dalam kesunyian, tak ada seorangpun berani berbicara.
"Dan kamu tahu? Jumlah Mercenary di sekeliling Central distric semakin meningkat, dan mereka menarik diri mereka mundur ke perbatasan central distric, membentuk cincin mengelilingi central. Apa analisamu, Arsais?"
Pixel bertanya kepadaku sambil menggaruk garukkan kuku telunjuknya pada peta yang terhampar di hadapan kami.
"Aku masih belum mengerti ada apa sebenarnya di Central. Dan Lord Marty yang menolak untuk pergi berperang atau meninggalkan Central, itu sungguh membuatku bingung."
Aku bergumam sendiri mengutarakan isi pikiranku, keempat bishop lain hanya termagu magu tanpa mampu berkata apapun.
Pixel menghela nafasnya jengah.
"Kupikir ada sesuatu yang ganjil. Kumpulan mercenary, Lord Marty yang menolak pergi, serangan dari sebuah negara yang jelas lebih lemah dari kita, semuanya terlalu ganjil.."
Pixel kembali mendudukan dirinya karena tadi dia berbicara sambil setengah berdiri dan menopangkan tangannya ke meja. Wajah tampannya tampak tertekuk karena kebingungan.
"Kau juga menyadarinya sampai kau turun tangan langsung menyelidikinya, Arsais?"
Aku menekuk daguku.
"Maksudmu?"
Arvyn mengangkat bahunya.
"Sekarang malah berpura pura tidak tahu? Mata mataku sering melihatmu berjalan keluar masuk One Temple, kediaman Lord Marty..."
Aku mengernyitkan dahiku.
"Aku? Di Central...?"
Pembicaraan kami mendadak terhenti oleh suara gaduh tak jauh dari tenda kami.
"Suara apa itu? Ada yang berkelahi?"
Aku segera mengenakan sarungtanganku dan mengambil sepasang pisauku, kemudian melesat keluar dari kemahku.
"Ada apa ini?"
Aku menatap ke kerumunan orang yang bergerombol di hadapan kami.
"Ada orang berkelahi di dalam..."
Aku menatap wajah tentara yang sedang berbicara kepadaku, wajahnya tampak kebingungan.
"Sir Caesar sedang bertempur dengan seseorang..."
Dia menekuk raut wajahnya, sebelum melanjutkan perkataannya.
"Dan orang itu adalah kau..."
Axel tampaknya barusaja sampai ke kemah saat dia menatap bingung karena kemahnya menjadi pusat perhatian orang banyak.
"W,,,Woa ada apa ini! Ada apa ini!"
"Axel?"
Aku tidak membuang waktu lagi, aku segera menyeruak masuk ke dalam tenda Axel.
"Alvin! Hentikan! Apa yang kau lakukan!"
Aku melihat Caesar bergumul dengan seseorang, dan seseorang itu.
Aku...
Apa?!
Aku?!!
Aku segera melesat dan menendang orang yang sedang menekan pedangnya ke leher Caesar.
"SIAPA KAU!"
=======================================
Axel's View
Aku menyeruak dengan susah payah masuk ke dalam tendaku.
Hufhh, jadi Lord Arsais enak ya.
Tinggal set set set
tiba tiba dia udah nyerobot sana sini.
Hufhh...
Aku menyibak pintu kemah yang terbuat dari kain, dan langsung melongo menatap ke hadapanku.
"Egh? Ada dua Lord Arsais?"
Keduanya tampak terkejut menatap ke arahku, tapi satu dari mereka kemudian segera menyeringai dan menyerang ke arahku.
Woah!
Sebelum dia sempat menyentuhku, Arsais yang lain sudah lebih sigap dan segera mengaitnya hingga terjatuh, dan menyeretnya kembali ke hadapannya.
Aku melihat Sir Caesar
Alias Kevinkyuuwwhh
(Writer View: Alay lo (==")
Ulangi lagi deh kata kataku.
Aku ngeliat Sir Caesar tampak ternganga menatap pemandangan di hadapanku.
Ini kejutan emang brutal banget.
Aku sendiri sebenarnya ga kalah terkejut melihat ke arah depanku.
"Eh eh eh?"
Aku menoleh ke belakangku, Lord Arvyn!
Dia sudah tiba disini ya?
"Ehh?!"
"Woah?!"
"Hah?!"
Keempat bishop nampaknya satu persatu memasuki tenda dan menampilkan keterkejutan mereka dengan reaksi yang berbeda beda.
Bishop bishop kita sungguh heterogen....
=_=
"Kita harus tolong dia!"
Aku baru akan maju saat tiba tiba Lord Greg menghalangiku dengan tangannya.
"Jangan..."
Aku masih ga ngerti apa yang sebenarnya dimaksud Lord Greg, sampai akhirnya aku hanya terpekur menatap pertarungan kedua Bishop didepanku.
Habis aku liat liat.
Yang asli cuma ada satu, sedangkan yang satunya tampaknya bukan Bishop, dia menggunakan skill skill yang biasa digunakan Sir Caesar.
Dengan kata lain, dia Knight!
Hmm...
Lord Arsais tampaknya bisa dengan mudah mengimbangi pertarungan ini, sedangkan Si Bishop gadungan tampaknya kerepotan meladeni gerakan Lord Arsais yang bisa dikatakan cepat untuk kategori Magician.
"Dark Necrofist!"
Tangan kanan bishop gadungan itu bercahaya, mendadak ratusan tangan dari bawah tanah muncul dan menyeruak, menerjang maju ke arah Bishop Arsais.
"Eghh, Eakhh!"
"HJyaaa!! Lord Arsaiss!!"
Aku terpekik pelan saat tubuh Lord Arsais berubah menjadi ungu, saat ratusan tangan tangan tembus pandang itu menerjangnya.
"Gawat! Ayo kita tolong..."
Aku menarik narik tangan Bishop Greg, tapi tampaknya dia memandang dengan terpana kearah Bishop gadungan itu, begitu juga dengan ketiga bishop lainnya.
Ada apa ini?
"Lord Wyatt! Heal Lord Arsais!"
Bishop Greg barusaja sadar dari keterkejutannya, kemudian segera memerintah Lord Wyatt
Lord Wyatt segera mengangkat tangannya dan setetes air segera terjatuh, dan cahaya kebiruan segera bersinar dan mengangkat racun dari tubuh Lord Arsais.
Lord Arsais tampak sudah sembuh, tapi tampaknya gerakannya menjadi lambat.
"Serang dia!"
Keempat bishop yang lain segera melesat maju tanpa senjata, dan mengangkat tangan mereka.
"Cih, pengganggu. Stagnation Rune! SPHAERA STAGNANT!"
Aku terpekik pelan, saat mendadak sebuah kubah kehitaman menelan semua orang yang ada di tenda.
umph...!
================================
Caesar's View
Mendadak semua orang diselimuti kegelapan, tidak ada langit, tidak ada tanah, hanya kegelapan, dengan sebercak pola kemerahan berputar di sekeliling kami.
kelima bishop lain tampak sangat terkejut, mereka tampaknya begitu mengenali serangan ini.
"Tidak ada rune berbasis MP yang bisa digunakan disini sekarang"
Ucap Pria berbaju biru dengan wajah mirip dengan Arsais.
Aku bergidik saat mendengar kata katanya.
Sejenak mirip dengan cara bicara Arsais, tapi tampak kosong, tidak ada emosi dalam kata katanya.
Aku merasakan tubuhku memberat, aku berusaha keras mengangkat tubuhku, tapi tampaknya ada kekuatan aneh yang memaksa kami tetap berada di tanah.
". . . . . . . ."
Secara aneh, Bishop palsu itu, tampaknya tidak terkena dampak dari keanehan yang dirasakan setiap orang.
Dia melesat dengan cepat, menghunuskan pedangnya ke Axel.
"Satu, Mati! Egh..."
Dia hampir saja menebaskan pedangnya ke Axel yang berusaha keras berdiri, saat tiba tiba setumpukan pasir membungkus tubuhnya dan mengangatnya ke udara.
"M..Mustahil, True Rune mu bisa digunakan disini...?"
Kami semua mengarahkan pandangan kami ke Arsais, yang sekarang berusaha keras menahan badannya dengan kedua kaki dan sebelah tangannya, sementara sebelah tangan lainnya meremas genggamannya di udara.
"Stagnation Rune, Arghh..."
Arsais meremas pergelangan tangannya, dan saat itu juga, gumpalan pasir yang menyelubunginya langsung mengeras dan meremas tubuhnya dengan kuat, sementara tangan Arsais tampak bergetar hebat, dan setitik cairan merah kembali menetes dari tangannya.
"True Rune ku, menggunakan tubuhku, bukan MP, kau belum beruntung..."
Arsais melepaskan genggamannya, dan gumpalan pasir itu berjatuhan bersama tubuh Bishop palsu itu ke tanah.
Aku merasakan tubuhku kembali meringan, bersamaan dengan menghilangnya kubah kehitaman yang mengelilingi kami.
Aku berdiri dan melihat ke sekujur tubuhku.
Kekuatan apa itu? Baru kali ini aku melihat Rune dengan kekuatan sekuat itu!
Aku menatap ke arah mayat yang sekarang teronggok di lantai.
Tubuh itu.
Bukan lagi serupa dengan Arsais, tapi berubah menjadi sosok seorang lelaki dengan pakaian compang camping dengan sebuah pedang besar di pinggangnya.
"Ini..."
Arvyn membalikkan tubuhnya, sebuah lambang berbentuk dua buah lingkaran tampak terukir jelas di dadanya, menyisakan bekas luka kehitaman seakan terbakar.
"Circle Rune.."
Arsais bergumam pelan, disusul dengan anggukan dari bishop Pixel.
"Dan Stagnation Rune? Itu kan turunan dari Circle Rune..."
Ujar Wyatt kembali sambil terus menatap kearah onggokan mayat dihadapannya.
"Yeah...
Kelima Bishop bertukar pandang sambil diam seribu bahasa, kemudian mereka saling mengangguk, dan memberikan tanda bagiku dan Axel untuk mengikuti mereka.
"Ikut kami..."
Sepotong kalimat datar dari Arsais, sebelum dia menapakkan kakinya pergi menjauh, pulang kembali ke kemahnya.
"Axel.."
Axel mengamit perlahan tanganku, merengkuhku lembut.
"Kamu ga kenapa kenapa kan? Aku khawatir..."
Axel berbicara kepadaku sambil terus merengkuh tubuhku dengan kuat, suaranya tampak bergetar dalam ketakutan.
Aku merangkul tubuhnya, sambil mengelus pelan rambutnya.
"Yeah, aku ga kenapa kenapa..."
Aku memegang kedua bahunya, kemudian melepaskannya dari tubuhku, dan menatap tajam ke arah kedua matanya.
"Jangan kuatir lagi, oke..."
"M..Maaf, aku seharusnya berada di sampingmu selalu, tapi tadi aku lengah. Hmphh..."
Kedua matanya tampak terbelalak saat aku mendadak menangkap kedua bibirnya dengan bibirku, membungkamnya untuk sementara waktu, karena aku tidak mau mendengarnya menyalahkan diri sendiri lagi.
"Tidak ada yang salah oke..."
Aku kembali merangkulnya, tidak perduli kalau dia belum sadar dari keterkejutannya, tapi akhirnya dia membalas pelukanku dengan dekapan hangat.
"Yeah, syukurlah kamu ga kenapa kenapa..."
Aku mengangguk sambil tersenyum.
"Ayo, kita pasti sudah ditunggu..."
Aku mengamit tangannya perlahan, membawanya mengikutiku berjalan menuju tenda Arsais.
"Kenapa tadi kamu bisa ada di kemahku?"
Axel masih menggandeng tanganku saat dia mendadak menoleh dan bertanya kepadaku.
"Umm, itu..."
Aku melihat matanya semakin melebar saat dia menanti jawabanku.
"Aku pikir akhir akhir ini kita terlalu sibuk sama perang ini, dan aku juga jarang bawa kamu jalan, jadi, maksudku, umm.."
Aku menggaruk belakang kepalaku yang bahkan tidak terasa gatal sama sekali.
Axel tampak melebarkan matanya sejenak, kemudian segera terkekeh pelan.
"A..Apa..??"
Aku merasa grogi saat dia tertawa sambil menatap kearahku.
"Hmm..."
Dia tiba tiba memeluk tangan kananku dengan kedua tangannya.
"Kalau begitu, ayo kita jalan berdua setelah perangnya selesai! Gimana kalau ke restoran riverbank yang dulu pernah kamu ajak aku?"
"Seriuss?"
Aku menatapnya penuh tanya, dan dijawab dengan anggukan dan senyuman manis darinya.
"Yeah!"
Dia menjawabnya dengan yakin, membuatku tersenyum.
=Srek=
Aku menyibakkan pintu kemah, dan lima pasang mata segera menatap ke arah kami, membuat Axel segera melepaskan pelukannya.
Arsais sejenak menatap tajam ke arahku, kemudian segera memberikan kode untuk segera mengambil kursi.
"Wah wah, tampaknya lebih serius dari yang aku pikirkan ya?"
Bishop Arvyn mengangkat kedua bahunya, sambil menggelengkan kepalanya.
"Mungkin ini akan jadi perang serius, kalau benar apa yang menjadi ketakutan kita jadi nyata, mungkin kita dalam masalah besar..."
Aku mengernyitkan dahiku.
Apa yang sebenarnya mereka bicarakan?
"Caesar, kita tidak bisa meremehkan mereka, kemungkinannya, kita akan diserang dari dalam oleh mereka. Adanya Circle Rune Incantation yang seharusnya hanya dimiliki Lord Marty, menunjukkan keterlibatan Central."
Pixel menggelengkan kepalanya.
"Wah wah wah, jadi lebih serius dari yang dipikirkan eh? Central terlibat? Bisa jadi LORD MARTY terlibat..."
Ujarnya dengan penekanan di bagian Lord Marty, kemudian tertawa pelan.
Arsais menatapnya dengan pandangan tajam.
"Lucu sekali seorang kepala negara menyuruh negara lain untuk menghancurkan negaranya? Kita tetap tidak bisa melepaskan perlindungan kita dari Central, karena mungkin justru itu yang mereka inginkan dari kita. Mengadu domba kita dengan Central. Tapi ukiran Circle Rune itu, dan serangan Stagnation Rune itu..."
Wajah semua orang tampak benar benar kebingungan, tanpa tahu apa yang bisa dikatakan, mereka semua tampak larut dalam pikirannya masing masing.
"Yang pasti, kita tidak bisa menganggap mereka remeh. Sekarang kita istirahat, esok Bishop Greg akan melakukan Organizing saat aku tidak online. Aku baru bisa OL sepulang sekolah, jadi kepemimpinan aku serahkan pada Lord Greg, seperti biasa."
Arsais menatap ke sekeliling meja, kemudian menghela nafasnya dan segera menyandarkan tubuhnya kembali ke kursi.
"Silahkan beristirahat..."
Keempat bishop lain segera pergi meninggalkan kami, aku baru akan berdiri bersama Axel, saat tiba tiba Arsais memanggilnya.
"Axel, aku perlu bicara denganmu, berdua. Caesar, bisakah kau pergi dari sini?"
Sejenak aku menampakkan raut wajah tidak setuju, tapi dari raut wajah Arsais, tampaknya dia jelas sekali ada sesuatu yang serius dalam perkataannya.
"Baiklah..."
Aku kemudian segera menapakkan kakiku, dan memutuskan untuk menunggu di depan kemah Arsais.
Apa yang mereka bicarakan?
Tak sampai 30 menit, Axel akhirnya keluar dari kemah Arsais, dan segera mendapatiku.
"Axel, sudah selesai?"
Axel mengangguk perlahan, kemudian segera mengambil posisi disampingku.
"Malam yang indah..."
Aku mengangguk, menyampingkan tubuhku saat dia berusaha menyandarkan kepalanya di bahuku, agar dia merasa nyaman.
"Tapi esok pasti perang besar sudah menunggu kita... Aku takut..."
Aku mengernyitkan keningku.
Ini bukan Axel yang biasa!
"Apa yang tadi kalian bicarakan? Kenapa kau terlihat murung?"
Axel tersenyum, kemudian mengedipkan sebelah matanya.
"Tidak ada, hanya rencana B dari strategi perang barusan...!"
Dia kemudian kembali menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Sir Caesar..."
"Hmm?"
Axel mendekap bahuku perlahan, aku merasakan dia membenamkan wajahnya di bahuku.
"Padahal kita tidak pernah membuat permusuhan dengan negara lain, kenapa kita harus menghadapi hal seperti ini?"
Aku membelai rambutnya lembut.
Dia lelah, sama seperti semua orang disini.
Lelah untuk terus terjaga dan kuatir, apakah mereka akan selamat esok, atau mungkin akan gugur esok? Kehilangan karakternya? Kehilangan hak untuk bermain lagi?
Semua orang dilanda keraguan, bagai mimpi buruk yang menghantui tidur malam mereka yang damai.
"Aku tidak tahu, Axel..."
"Padahal Lord Arsais hanya menginginkan kedamaian, tapi kenapa selalu perang yang harus kita hadapi setiap hari? Apa memang tidak ada kedamaian disini?"
Aku sejenak berpikir, kembali berpikir ke saat awal aku bergabung dengan Alvin sebagai seorang musuh baginya.
"Menurutmu Lord Arsais tidak berusahakah?"
Axel segera menegakkan tubuhnya, menatapku dengan tatapan bersalah.
"Tidak, bukan begitu, hanya saja..."
Aku menatap dalam ke arah matanya, aku melihat seraut kesedihan di matanya.
"Kupikir Lord Arsais terlalu baik untuk menerima semua ini, dia bukanlah orang yang pantas memikul semua masalah ini."
Aku mengangguk perlahan, kehilangan kata kataku, hanya mampu mengiyakan apa yang saat ini didoktrinkan padaku oleh Axel.
"Aku bangga dia menjadi pemimpinku..."
Axel akhirnya mengakhiri pembicaraannya, kemudian kembali menyandarkan tubuhnya di bahuku.
Aku merengkuh tubuhnya lembut kemudian menariknya agar mendekati tubuhku.
"Aku juga bangga orang itu adalah sahabatku..."
Aku hanya memandangi kelebatan api yang ada di hadapanku, sementara Axel masih belum bergerak dari sisiku.
Esok, semua kedamaian ini akan berganti.
Jeritan dan Lolong kemarahanlah yang pasti akan mengisi tempat ini esok.
Bukan lagi kedamaian dan kesunyian seperti saat ini.
================================
Silver's View
Ruangan lebar itu tampak berkelebat, Arsais tampak duduk termenung menatap ke arah lilin.
Wajahnya terlihat berpedar karena cahaya lilin itu berada sangat dekat dengan wajahnya, dia termenung sendiri, jauh dari ketentraman pasukannya yang sudah terlelap di kamar mereka masing masing.
Dari wajahnya tampak jelas dia sedang memikirkan sesuatu yang begitu mengganggunya.
"Marty... Haruskah, sekali lagi...?"
Arsais meremas keningnya dengan jengah, kemudian mengantamkan genggamannya ke meja, meninggalkan sebuah dentuman teredam dari meja kecil itu.
"Kau salah... Aku kembali bukan untukmu, melainkan sahabat sahabatku...!"
Arsais bergumam sendiri dengan penuh amarah, dia meremas kuat genggamannya, tapi tak lama kemudian wajahnya kembali melunak, dan dia merogohkan tangannya ke pinggangnya.
Arsais mengambil sebuah benda dari dalam tas kecilnya, dan menaruhnya di meja.
Sejenak sinar hitam segera berpedar dari benda itu, menelan kilatan cahaya lilin yang berusaha menerjangnya.
Sebuah tiara merah dengan sinar pekat tergeletak di atas meja.
Arsais mengambil tiara kecil itu, kemudian meremasnya pelan, dia meletakkan kedua tangannya yang meremas tiara itu di dadanya.
"Aku merindukanmu, apa kabarmu...?"
Sinar lilin itu sejenak berkelebat, menari nari di sekeliling kemah, dan membuat bayangan bayangan hitam di wajah Arsais.
Arsais tampak tidak terganggu, dia tetap memejamkan matanya, asyik dengan pikirannya sendiri, tangannya masih tergenggam erat di dadanya.
Raut kesedihan dan kesepian tampak sangat jelas di wajahnya. Mungkin karena merasa sendirian, dia merasa begitu bebas menunjukkan ekspresinya.
". . . . . . . . . . ."
Arsais masih tetap diam tak bergeming, tak terganggu dengan apapun, bahkan saat seberkas angin mencuri masuk kedalam kemahnya, dan membunuh cahaya benderang dari lilin di atas mejanya, meninggalkan kegelapan pekat yang penuh dengan keheningan.
"Sampai di saat terakhir, aku bahkan belum menyatakan perasaanku dengan benar kepadamu..... "
================================
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro