CHAPTER 38: Desperation, Realization
Kenny's View
"Ehh! Kenny?!"
Dia tampak masih belum sadar sepenuhnya, mulutnya melongo melihat kearahku.
Ini orang kenapa sih.......
("= 3=)
"Sendirian Kev...?"
Kevin mengangguk pelan kemudian kembali menatap ke arah luar. Idih, ni anak daripada ke Mall lebih baik ke gunung kek! Ngapain ke mall kalo yang diliat malah pemandangan!
"Hmm...."
"Sroot sroot..."
"Hmm...."
"Sruuuuuuttt..."
"Ken, itu udah habis...."
Ups~!
Aku menghentikan sedotanku dari gelas plastik yang tadinya berisi teh susu, kemudian kupamerkan deretan gigiku ke arahnya.
Kevin melirikku sejenak, kemudian menghela nafas dan kembali asik menatap ke arah luar.
"Kamu mau...?"
Aku menghunjukkan sebatang cokelat yang tadi aku bawa dari rumah.
Dia menatap sejenak, kemudian kembali mengalihkan pandangannya dari hadapanku
"Ihh! Ga sopan! Masa daritadi buang muka terus dihadapanku!"
Menyebalkan! Humph!
Aku menggelembungkan pipiku, sambil masih menggerutu aku mengupas cokelat yang tadinya aku mau kasih ke dia lalu kukunyah dengan kencang.
Nyutt~!
Aduhh! Gigiku ngilu!
T_T
"Aduhh aduhh... gigiku..."
Aduhh! Sakit banget! ngilunya masuk ke dalam gusi rasanya!
"Pfft.. Bhahahahahaha!"
Akhirnya Kevin membuka mulutnya dan tertawa melihatku.
Aku kembali menggelembungkan mulutku.
Nyutt!
"ADUUHH"
Sakit banget! Setetes airmata keluar dari pinggiran mataku karena rasa sakit yang menusuk gigiku.
"Ahehehehehe..."
Kevin berjalan pergi dari hadapanku sambil terus tertawa. Aku masih menjilati gigiku yang sakit untuk menghilangkan bekas cokelat.
Aduhh Sakit bangett
T_T
"Nih, minum..."
Kevin menaruh sebuah gelas karton biru di hadapanku, kemudian kembali duduk didepanku. Apaan nih? Obat ya?
Hmm...
Tanpa pikir panjang aku langsung menyedot kuat sedotan yang terhunjukk ke arahku.
"PANAASS!"
Panas! Isi kartonnya ternyata teh panas! Bibirku terasa merekah karena teh panas itu segera membakar mulutku. Lidahku pun jadi mati rasa karena panasnya.
"Aduh! Dasar bodoh! Jangan langsung diminum begitu! Sedikit sedikit sambil dikenain gigi yang ngilu nanti pelan pelan hilang!"
Kevin terlihat panik sampai dia segera melepaskan gelas soda yang dibelinya bersamaan dengan teh hangat ini
"Kamu ga bilang! Panas tauk!"
Aku memanyunkan bibirku dan mengikuti petunjukknya. Perlahan lahan aku menghisap minuman panas itu dan melewatkannya di gigiku yang sakit.
"Ehh! Hilang...!"
"Wahahahahah!"
Kevin yang sedaritadi memperhatikanku langsung pecah dalam tawanya.
"Kenapa lagi sih kamu!"
Aku meletakkan minumanku dan segera membuang muka dari hadapannya.
"Ahahah! Aduh, aduh, kamu tadi lucu banget. Ya nggak sih, kamu emang selalu lucu daridulu! Aneh!"
What! Aneh? Kamu ama Alvin tuh yang aneh! Kok bisa aku dibilang aneh! Tapi ya udahlah! daripada dia murung kayak tadi, kalo sekarang kan udah lebih baik!
Akhirnya aku memutuskan untuk memasang cengiran lebar daripada manyun manyun. Lagipula, kata dokter kan kalo senyum bisa lebih awet muda!
"Nahh, gitu dong, kan lebih enak daripada mukanya ditekuk tekuk!"
Kevin nyengir lebar, kemudian memperhatikan sekeliling. Kayaknya dia lagi cari bahan obrolan yang cocok buat kami.
Gruyukkk~!
"Ehh.."
Perut begoo! Bikin maluu!
Aku tutupi perutku dengan tanganku untuk mencegahnya bunyi lagi. Aku kemudian mengalihkan tatapanku ke arah Kevin.
Dia tampak melongo ke arahku, tapi ga berapa lama kemudian
"Bhwahahahahahah!"
"Keviin!"
Kevin memegangi perutnya sambil tertawa lepas, dia menyeka airmata yang muncul di tepian matanya.
"KEVIN AHH! GA LUCU TAU!"
Kevin kemudian kembali memasang cengiran lebar sambil melihat ke arah sekelilingnya.
"Kamu laper ya?"
Aku mengangguk lemah. Ya iya lah! aku ga ada makan apapun daritadi siang! Cuma coklat doang dua bungkus sih.
"Yaudah ayo kita makan! Tapi jangan disini! Lagipula, daritadi kita ribut bikin semua orang pada ngeliat kesini! Ga enak kan!"
Aku melihat ke sekeliling, hampir semua orang, baik pengunjung maupun penjaga stand melihat ke arah kami.
>,<
Kayaknya tadi aku teriak terlalu kencang ya?!
"Yaudah deh, ayo kita makan..."
Kevin ketawa kecil, dengan suara dipelankan supaya ga semakin menarik perhatian.
"Aduh, Kenny, kamu terlalu konyol! Ayo kita makan!"
Dia segera beranjak berdiri dan meninggalkan foodcourt. Aku memanyunkan bibirku dan segera mengikutinya pergi dari foodcourt.
Kevin membawaku keluar dari mall ke sebuah tempat makan di pinggiran sungai besar.
"Wew, tempatnya bagus..."
Aku memandang ke sekeliling, beberapa kursi ditata di tengah tengah restoran, sementara di pinggiran sungai terdapat beberapa meja dengan bangku menghadap sungai.
"Kita disini aja!"
Kevin memilih sebuah tempat duduk dipinggir sungai yang berada agak jauh dan tertutup dari keramaian.
Aku segera duduk di samping Kevin, karena kursinya memang hanya satu baris dan menghadap ke arah aliran tenang sungai. Sesekali perahu kecil dengan pengemudinya tampak terombang ambing melewati kami.
"Kakap Asam Manis, sama Es Lemon Tea, Kenny kamu apa?"
Barusaja menu akan diberikan oleh mas mas penjaganya, Kevin udah maen mesan aja.
"Kakapnya abis mas..."
". . . . . . . . . . . . . . . . . ."
Kevin terdiam. Mamfoz! Makanya nanya dulu.
Aku gabisa menahan tawaku saat pesanan yang dipesannya dengan penuh percaya diri ditolak mentah mentah oleh penjaganya.
"Yaudah sini menunya!"
Kevin dan aku akhirnya sibuk membolak balik menu, memilih makanan yang menarik perhatian kami.
"Aku mau Egg Sandwichnya deh, sama Milk tea~!"
Mas mas waiternya segera mencatat pesananku, kemudian dia beralih memandang ke arah Kevin.
"Aku, hmm, Omelet Jamur sama Ice Lemon Tea deh..."
Aku menahan tawa melihat raut muka pasrahnya saat memesan makanan barusan
"Kamu suka Kakap Asam Manis disini?"
"Iyah, suka banget! kamu mesti coba! Enak banget disini!"
Aku mangguk mangguk menanggapinya.
"Tapi abis..... "
" HEI! "
Aku memeletkan lidahku puas saat melihat wajah terhinanya.
"Hei, kamu udah ngerjakan pr biologi kemaren?"
"Belum sih. Bingung juga ngerjakannya, paling nanti aku nanya ke Ardian..."
"Hmm...."
Waiter yang tadi menerima pesanan kami datang dengan nampan kecil berisi dua gelas minuman.
"Maaf, untuk makanannya nunggu sebentar lagi ya, kak!"
Dia kemudian sejenak memandang ke arah kami sambil senyum senyum kecil ke arah kami.
"Kenapa...?"
Kevin bertanya sambil menyeruput Lemon Teanya.
"Ah, Gak, Gapapa..."
Pelayan itu bergegas pergi meninggalkan kami, aku mereguk sedikit milk tea yang barusan aku pesan
"Wah! Kev! Ini enak!"
Kevin tersenyum kecil.
"Memang! Makanan disini memang enak enak! Makanya aku suka disini! Selain itu tempatnya juga enak!"
Aku mangguk mangguk sambil terus meneguk minumanku.
Kevin menoleh ke arah belakang, kemudian dia menghela nafas.
"Sialan, mentang kita duduk berduaan disini, mereka pasti pada mikir macam macam!"
Aku menoleh ke belakang. Benar saja, Waiter yang tadi tampak melihat ke arah kami bersama dengan beberapa staff yang lain.
"Kita pindah aja!"
Kevin kemudian beranjak ke sebuah kursi yang berada di titik buta restoran. Weh! Kalo di kursi ini kayaknya waiter waiter itu bakal pusing nganter makanannya deh!
Ternyata beberapa saat kemudian mas mas pelayannya mengantarkan pesanan kami dengan sukses tanpa bingung sedikitpun!
"Silahkan..."
Ucapnya lembut sambil memberikan pesanan kami.
"Jadi gimana Ken! Soal Kemaren pertandingan kita sama Yujii juga! Kami hebat kan?"
Kevin mengawali pembicaraan panjang kami. Pembicaraan kami kemudian berlanjut membahas tentang banyak hal, mulai dari game hingga urusan sekolah.
"Oia!"
"Hmm...?"
"Aku belum sms Pak Yahya kalo aku nanti bakal dianter kamu. Nanti bisa kacau kalo dia nyari ke mall!"
Kevin tertawa pelan
"Kamu ngapain sih ke mall tadi?"
"Ga ada apa apa sih! Cuma mau jalan jalan! Kan kalo dirumah bosen sendirian. Kamu sendiri kenapa melamun sendirian di foodcourt?"
Raut mukanya mendadak berubah serem!
Dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah sungai.
"Ma... maaf deh Kev..."
Kevin tersenyum kecut, kemudian menatap ke arahku.
"Nevermind. Hanya merenungi kebodohanku.."
"Maksudnya?"
Aku memandangnya penuh harap. Kevin menatap ke arahku, kemudian menyunggingkan senyumannya. Senyuman yang membuatku tertegun. Benar benar seperti senyuman yang sangat aku kenal dan rindukan.
"Hanya karena takut melanggar batas, aku tidak berani mengakui perasaanku, dan menyakiti orang yang aku sukai..."
"Wah wah! Kevin jatuh cintaaa! Ama siapa tuhh!"
Kevin menatap tajam kearahku, membuatku langsung menciut
"Yeah, aku menyakitinya, aku hanya tidak yakin, apakah cintaku ini wajar..."
Aku mengerutkan keningku. Kuseruput sedikit Milk Teaku
"Kenapa tidak wajar..?"
Kevin menopang dagunya dengan tangannya dan menerawang jauh ke arah laut.
"Karena kami berbeda. Sesuatu yang.... Seharusnya tidak boleh memiliki perasaan...."
Aku tertegun menatapnya.
=======================================
Kevin's View
"Yeah, ini bukan hubungan yang wajar, seharusnya ini tidak pernah terjadi..."
Kenny tampak termenung mendengar perkataanku. Dia masih menggerak gerakkan rahangnya perlahan.
"Karena itukah...?"
Sebuah kata mendadak meluncur dari mulutnya.
"Maksudmu?"
"Aku sudah pernah mengalaminya, Mengalami penolakan, karena dia bilang hubingan kami adalah kesalahan. Seperti yang barusan kamu bilang..."
Aku tertegun sejenak
"Kupikir egois memang memaksakan kehendakku, tapi, kupikir, tidak ada yang salah dengan menjadi sesuatu yang berbeda, selama kamu menikmatinya, orang lain ga berhak mencampurinya..."
Kata katanya menusuk dalam didalam hatiku. Dia meremas kedua genggamannya di atas celana pendek kotak kotaknya.
"Mungkin kamu hanya merasakan kebingungan dan keraguan. Tapi dia yang saat ini kamu tolak, aku paham perasaannya. Rasanya Sakit! Sakit bagaimana rasanya kamu diberikan kesempatan, bagaimana kamu mulai merasa dia mulai membuka diri, tapi saat kamu menyatakan perasaanmu, mendadak keraguannya datang kembali..."
Dadaku yang tadi bagaikan ditusuk sembilu terasa bagai dihujam berkali kali dari perkataannya barusan.
Setitik airmata membasahi celana pendeknya. Dia mengangkat wajahnya, kemudian memaksakan tersenyum ke arahku.
Sejenak aku tertegun. Aku ingat wajah itu. Wajah itu mengingatkanku pada Axel saat dia menangis meminta maaf padaku karena aku marah padanya.
Perasaan perih kembali mengiris dadaku.
"Aku tahu kami berbeda, tapi perasaan itu, tumbuh, gatau darimana, dan aku gabisa menahannya! Karena aku yakin hubungan kami tidak akan terus ke arah yang baik, aku awalnya memang tidak berharap padanya, aku cuma mau melihat senyumnya, sudah cukup. Tapi ternyata dia membalas perasaanku."
Axel menghela nafas dengan berat, seakan akan nafas itu adalah nafas terakhir untuknya.
"Aku senang, benar benar senang. Dan aku memberikan seluruh perasaanku padanya."
Dia diam sejenak dan mengatur nafasnya. Bulir bulir bening masih terus berjatuhan dari mata kecilnya.
"Tapi kemudian dia bilang hubungan kami itu sesuatu yang salah! Aku serasa hancur. Sekarang aku cuma bisa mengambil jarak darinya, aku menyesal. Andai aku bisa mengulang waktu, aku ga bakal berharap terlalu banyak, kalau aku tau dia bakal menyerah pada akhirnya.."
Bahunya bergetar hebat. Airmatanya mengalir deras. Dia tampak sangat terpukul dan terguncang. Beginikah keadaan Axel sekarang? Aku ga memikirkannya sama sekali....
Tanpa sadar aku sudah mendekapnya di dalam pelukanku. Dia tampak terkejut dan berusaha menghindar, tapi aku terus menahan sampai akhirnya dia menyerah.
"Terimakasih, nanti orang orang bakal aneh ngeliat kita.."
Aku melihat sekeliling, tapi tampaknya orang orang sedang asyik dengan kegiatan mereka. Sekumpulan anak muda tampaknya cukup membuat riuh dan menarik perhatian tamu.
"Ga, ga ada yang liat, kamu udah menyadarkanku tentang perasaan dia, terimakasih...."
Kenny tampak tak berbicara sedikitpun. Dia memecahkan tangisannya di dadaku. Tangisan pilu yang diredam oleh suara air, dan suara musik dari dalam cafe.
Beginikah perasaan Axel? Aku memang egois, karena aku merasa takut melewati batas, aku bahkan menyakiti dia yang sudah dengan percaya diri melangkahi batas itu mendahului aku. Apakah aku masih punya waktu untuk menebusnya?
Aku memejamkan mataku, sayup musik terdengar lembut di telingaku.
Back in Time
By : Lyn
2nd Verse
젖어든 빗길을 따라가
함께한 추억을 돌아봐
흐려진 빗물에 떠오른 그대가
내 눈물 속에서 차올라와
갈수록 짙어져간
그리움에 잠겨
시간을 거슬러 갈 순 없나요
그 때처럼만 그대 날 안아주면
괜찮을텐데 이젠
흩어져가 나와 있어주던 그 시간도 그 모습도
다시 그 때처럼만 그대를 안아서
시간을 거슬러 갈 순 없나요
한번이라도 마지막일지라도
괜찮을텐데
TRANSLATE:
Aku mengikuti jalan berliku yang basah
Mengingat kembali memori kita bersama
Dalam hujan yang mengaburkan pandangan, aku memikirkanmu
Dalam tangisanku, kamu muncul dalam pikiranku
Semakin menguat
Terkunci dalam nostalgia
Dapatkah aku memutar waktu
Kembali ke waktu dimana kamu memberiku sebuah pelukan
Sekarang semuanya bukan masalah
Semua dihamburkan,
entah apakah ini adalah
waktu yang kita habiskan bersama,
atau melihat kita pada waktu itu
Marilah kembali ke waktu dimana aku dalam pelukanmu
Takbisakah aku memutar waktu
Bahkan jika itu satu satunya kesempatannya, atau mungkin kesempatan terakhir
Bukanlah masalah
=======================================
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro