CHAPTER 33:WE ARE NUMBER ONE!!!
Kenny's View
"Jadi, ikatan logam adalah bla bla bla~"
"Hoaaaamz"
Aku menguap lebar. Didepan kelasku, Bu Meidy tampak dengan berapi api menjelaskan tentang materi mata pelajarannya. Dia berkali kali menggebrak meja, saking kerasnya sampai beberapa cewek jadi terlunjak dari kursinya.
Ni guru serius amat yah
Tapi seserius apapun dia, tetap aja dia ga bisa menyadarkanku dari kantuk luarbiasa ini.
Ya apa boleh buat!
Karena tadi malam aku nekat cium Sir Caesar, efeknya aku jadi ga bisa tidur semalaman.
Kutukan ini kayaknya.
T_T
Aku dikutuk Sir Caesar!
Aku semalaman gabisa merem! Setiap merem yang ada kebayang cuma adegan aku mencium Sir Caesar di Great Shrine, terus aku malah jadi guling guling sendiri!
Efeknya?
Sekarang mataku jadi item plus berkantung T_T
Kulihat disampingku, Edwin sedang asik mengunyah snack yang diam diam diselundupkannya ke dalam kelas
Huh! Coba snack manis aku pasti udah minta!
X_X
Ahh! Ga ada kerjaan apa ya?
Kulayangkan pandanganku ke depan
Hmm....
Alvin tampak tertidur pulas dengan menyembunyikan kepalanya dalam silangan tangannya, sedangkan Kevin tampaknya lebih buruk!
Matanya kayak Panda! Dia sedaritadi merem melek berusaha bertahan untuk membuka matanya, tapi tampaknya dorongan untuk tidur lebih kuat
Yaa! Paling gak ada yang senasib ama aku!
Teeet! Teet! Teeet!
AHH! FINALLY!
T_T
Bu Meidy tampak sibuk merapikan buku bukunya untuk segera pergi dari dalam ruangan. Beberapa murid tampaknya tidak sabar dan sudah mendahului Bu Meidy keluar.
Ga sopan banget sih! Kayak aku dong! Sabar menunggu!
Segera setelah bu Meidy pergi dari dalam kelas, aku bergegas menuju ke toilet sekolah.
Lega!!!
Kubuang muatan berat itu segera ke dalam urinoir.
Ahh! Untung ga bocor dikelas. Kalo bocor dikelas aku malu pasti! T_T
Huahh! Lega Rasanya!
Kucuci tanganku di washtafel.
Hmm, sekalian deh basahin muka! Biar ga ngantuk!
Ahh, sooo refreshing! Kalo kata di iklan iklan.... XD
Kutapakkan kakiku keluar
Yaa! Udah lebih baik deh, daripada merem melek kayak tadi!
Sambil bersiul berlari lari kecil ke kantin
Makan! Makan!
Ahh, waktunya isi perut!
Kupesan sepiring Mie Merah dari mbak mbak yang jaga kantin, kemudian aku duduk di sebuah kursi di pojokan.
"Kenny!"
Aku tersedak dari mie merahku.
GROAARR! KENAPA HARUS MEREKA LAGI!
Alvin berjalan sambil membenamkan mukanya ke dalam komik, sedangkan Kevin disampingnya melambaikan tangan ke arahku
"Huahh..."
Aku menghela nafas
"Hei, kenapa kenapa? Tadi pusing ama pelajaran ya? Mukanya ampe kusut gitu? Mbak! Nasgor ama Es jeruk! Vin, kamu apa? Eh Mbak dua deh!"
Kupandangi kedua orang di depanku.
Yang satu autis, yang satu hyper
ASTAGAAA
T_T
mereka memang sempurna!
Aku baru mau berlari ke penjaga kantin dan membatalkan pesananku lalu pura pura datang bulan dan dapat izin ke uks supaya bisa pergi dari mereka tapi sayangnya mie pesananku datang.
Huh! Selera makanku ilang udah!
Aku dengan sebal mengunyah mie di dalam mulutku.
Enak sih! Tapi nyebelin! Makan ama pemandangan kayak gini!
"Guu....."
Alvin meringis pelan.
Heh! Tangan kanannya luka! Kok bisa ampe begitu!
"Luka...? Kenapa bisa luka Vin?"
Kevin menatap kuatir ke arah Alvin
"Mana kutau...."
Sombong banget! Ditanyain baik baik jawabannya jutek!
Mulut apa sendal jepit sih.
Disambelin aja itu mulut biar pedes sekalian!
Ckckckck
"Waktu itu juga luka kan? Apa ada hubungannya dengan itu...?"
Alvin melotot tajam ke arah Kevin, yang segera menutup mulutnya sambil melirik ke arahku.
Apaan sih! Bikin kepo!
Aku kembali memasukkan segulung mie ke dalam mulutku.
Hmm! Lukanya keliatan parah!
Alvin tampak cuek dengan lukanya, dan sibuk memakan nasi gorengnya.
Huah! Somebody help me!
"Hai! Kenny!"
Hmmm??? Eh! Kak Yujii pasti!
"Kak Yujii!"
Yujii nyengir pas namanya kupanggil. Dan seperti biasa, Marco selalu berada di sampingnya. Kali ini Marco tampak sibuk membuka botol air mineral
"Yujii! Ini airnya, ayo minum obat terus kita makan!"
Yujii menenggak sedikit air dari botol kemudian segera memasukkan beberapa obat dan menelannya.
Wew! Banyak banget obatnya! Kayak makan kacang aja!
"Kak Yujii sakit apa?"
Yujii hanya meringis pelan
"Ga! Cuma kecapekan, ini vitamin dari dokter."
"Kecapekan apanya...? Kamu itu kok...."
"Marco!"
Yujii menatap tajam ke Marco. Marco langsung membisu sambil membalas tatapan Yujii. Sejenak rautnya berubah menjadi sayu. Sangat sedih
Wew, kenapa nih!
"Ah, Kenny! Kamu suka main game?"
Yujii tersenyum ramah ke arahku.
"Yeah! Lumayan suka!"
"Wahh! Bisa main Ancient War?"
"Bisa Bisa! Lumayan bisa!"
"kapan kapan ayo main! Satu dua set gitu!"
Aku mengangguk cepat.
"Aku ikut..."
Kami menoleh serentak ke asal suara.
Kami menatap ke arah Kevin
Kevin yang mulutnya lagi penuh ama nasi goreng langsung menggeleng panik sambil menunjuk ke arah Alvin
Weh! Alvin yang ngomong? Tumben...
"Wei, tengil! Sok amat sih! Ayo sini tanding!"
Marco langsung tersulut emosi dan menantang Alvin
"Wah wah! Aku juga ikut kalo gitu!"
Kevin akhirnya berhasil menelan makanannya dan ikut nimbrung.
Jyahh! Kok jadi tawuran gini jadinya!
"Marco, santai..."
Yuji terkekeh pelan dan menatap ke arah duo Autis
"Ayo! Buat fun aja! Kita tanding! Kami bertiga, kalian berdua, gimana?"
"Oke..."
Alvin membalas perkataan Yujii dengan pendek dan cuek.
Gila, kalo dia ngomong gini ke preman pasti udah jadi dodol dia sekarang!
"Kapan kalian bisa?"
"Jangan hari ini..."
Yujii berpikir sejenak.
"Sabtu pagi! Libur kan! Di Lunar Game Centre, Gimana?"
Alvin mengangguk pelan.
"Oke! Sampai ketemu disana!"
Yujii dan Marco berjalan berlalu, Marco masih menatap Alvin dengan tatapan
"I'll Kill YOU!"
Tapi orang yang ditatap kayaknya ga nyadar deh, atau mungkin ga peduli ya?
Ckckckck
"Kenny, kamu bisa kenal gerombolan elite sekolah! Kenal darimana?"
Aku mengangkat bahuku.
"Mereka gerombolan elite ya? Aku gatau! Kan Dia yang tegor duluan!"
Kevin ternganga mendengar jawabanku
"Gila...!"
Pipp, Pippip. Piiiip
Alvin mengambil hpnya. Gila! Nada deringnya jadul banget, kayak om om!
Dia tertegun, kemudian menunjukkan layar hpnya ke arah Kevin.
"Wah wah....?"
Kevin menggeleng pelan sambil mengangkat bahunya
Ikh! Lagi lagi! Aku gatau ada apa kan! Mereka sok rahasia mulu sihh!
"Kami duluan ya!"
Kevin dan Alvin mendadak berdiri dan meninggalkan kantin.
"EH! Tungguuu! Kalian belum bayar makanannyaaaaa......."
Mereka sudah agak jauh, dan kayaknya ga denger perasaanku barusan. Aduh, gimana nihh?
"EHEM..."
Kulongokkan kepalaku ke sampingku.
Ibu penjaga kantinnya menatapku sambil mengacak sebelah pinggangnya.
"Ibu! Saya gatau..."
T_T
"Gatau apa? Temanmu kan! AYO BAYAR!?"
HUAAA!!!
T_T
================================
Soundtrack : Battlefield Without Light
Song By : Miki H.
Caesar's View
Arsais berdiri tegak dihadapan kami. Aku dan Axel berdiri membelakangi sepasukan orang berpakaian besi yang berbaris rapi di hadapan kami.
Pakaianku berkelebat. Angin sore ini sangat kencang, padahal matahari masih begitu tinggi di langit.
Aku memincingkan mataku karena silau
Dihadapan kami, sepasukan besar orang berdiri berbaris sambil menjunjung tombaknya, pasukan khas dari Southgard Distric.
Arsais mendecak.
"Arvyn brengsek...."
Dia menatap tajam ke arah depan, seorang pemuda dengan wajah persis sepertinya dengan pakaian hijau toska tampak menyeringai sambil menjilat bibirnya. Lord Arvyn menatap ke arah kami dengan pandangan sombong.
"BERSIAP! MEREKA AKAN MENYERANG MAJU! ANTI MAGI! PERSIAPKAN SKILL PELINDUNG! PERHATIKAN ARVYN! RUNE ANGIN DAN KECEPATANNYA BISA JADI MASALAH KITA! BUNUH DIA SECEPATNYA!"
Arsais memberikan aba aba pada pasukannya.
"Zion! Kamu menggantikan aku untuk Support! Aku akan maju berperang!"
Axel memberikan perintah pada seorang pemuda berjubah ungu yang segera menancapkan tongkatnya ke tanah dan merapalkan mantra.
Tongkat itu berpedar. Berbagai cahaya muncul dari arah belakang. Tampaknya para Priest dan Anti Magi sudah mulai melancarkan mantra perlindungan ke arah kami.
"BERSIAP! MELEE MAGIC RANGER!"
Pasukan di belakangku segera merespon dengan merubah formasi barisan mereka.
Para Ksatria di depan, disusul oleh para Penyihir, dan Pemanah di belakang.
"GUARDIAN DI GARIS DEPAN! PASANG TAMENG!"
BRUAK BRUAK BRUAK BRUAK!
Barisan pasukan berbaju besi putih menghantamkan tameng besar mereka ke tanah, membentuk dinding dari perisai.
Arvyn menghela nafasnya.
"Caesar! Axel!"
Kami segera berjalan ke arah Arsais
"Apa saran kalian?"
Aku mangguk mangguk pelan.
"Mereka pasti akan maju dan menyerang kita. Pasukan mereka rata rata terdiri dari pasukan tombak, dan pasukan khas southgard adalah serangan sihirnya yang memiliki kekuatan luarbiasa. serangan mereka pasti akan sangat berbahaya bila sampai tembus ke arah kita. Kelemahabnya adalah karena mereka semua Wizard, life point mereka sangat lemah. Perisapkan Shortbow untuk merusak pertahanan garis depan mereka, tapi tetap pastikan Guardian ada di belakangnya dengan magic repel aktif, agar bisa melindunginya dengan segera, karena kecepatan mereka sangat tinggi oleh Wind Rune dari Lord Arvyn."
Arsais menganggukan kepalanya.
Axel berpikir sejenak, kemudian mulai berbicara.
"Riskan untuk kita melakukan serangan bergantian seperti saat monster war. Apalagi tentara mereka didukung Rune Lord Arvyn yang membuat pergerakan mereka bisa meningkat secara tiba tiba. Membiarkan lini depan tidak terproteksi mungkin bisa jadi sangat riskan.."
"Hmm... Bagus Axel! Nah, Caesar! Apa Strategimu?"
Kita bertahan, kurangi lini depan mereka sebisa kita saat mereka maju, sehingga mau tidak mau mereka akan mempersempit lebar pasukan mereka untuk menjaga pertahanan depan tetap rapat. Saat tabrakan, kita akan melengkungkan formasi kita tanpa mereka sadari, sehingga bisa dengan mudah menyerang bendera mereka. Bila pasukan penyihirnya bisa diatasi, pasukan depan mereka yang hanya berupa hybrid mage dan knight tidak akan ada apa apanya dihadapan pasukan kita...."
"Bagaimana dengan masalah pertahanan? Bukankah dengan menggunakan formasi itu kita akan membiarkan pasukan kita menyebar dalam formasi tipis?"
Axel menggigit jarinya, kemudian dia menjentikkan jarinya.
"Tidak masalah, Kita hanya perlu bertahan dari lini depan mereka! Pasukan pertahanan depan kita akan menahan mereka, sementara lini belakang akan membentuk formasi melengkung. garis pertahanan nanti akan diisi oleh Guardian, sedangkan Knight dan pasukan lain dengan daya serang kuat akan bergabung dengan lini belakang. Pastikan mereka tidak menyadarinya. Garis depan nanti cuma Guardian, dengan priest untuk mendukung mereka dari belakang."
Arsais mengangguk puas
"Bagus, persiapkanlah..."
Axel tampak segera memanggil para Captain pasukan dan memeberikan aba aba pada mereka.
Aku menghunuskan pedangku, sementara Arsais lebih memilih tombak lempar pendek untuk senjatanya. Ya! Arsais memang memiliki kelebihan dalam menguasai senjata lempar! Karena itulah dia jarang terluka saat bertempur, karena targetnya pasti sudah tewas sebelum menyentuhnya, belum lagi skill Sacred Bladenya yang merupakan paduan dari serangan fisik dan sihir yang bisa dilontarkannya dengan cepat.
Barisan pasukan tampak sudah tertata. Arsais tetap diam tak bergeming, begitu pula dengan kami. Semua senjata siap di tangan kami masing masing, tetapi kami masih tetap diam tak bergeming.
Pasukan musuh mulai berderap maju, semuanya tampak seperti yang kami perkirakan. Mereka maju dengan kecepatan tinggi.
Arsais memberikan anggukan pada Axel, dan Axel memberikan aba aba pada pasukan pemanah, sedangkan aku memberikan aba aba pada pasukan penyihir. Aku memastikan durasi pertahanan kami efektif untuk menghentikan semua sihir mereka, menunggu saat yang tepat hingga detik terakhir sebelum mereka menembakkan sihirnya.
"Lancarkan pertahanan sihir! Sekarang! Mereka pasti sudah mulai merapal mantra!"
Sebuah tameng seperti kaca terbentuk di sekitar kami, dan menutup pertahanan kami, tepat pada saat bermacam macam mantra sihir dilepaskan kepada kami
Lidah lidah api terpercik saat kilatan kilatan cahaya itu membentur perisai sihir kami. Arvyn terlihat meraung kesal, sedangkan Arsais masih tampak tenang.
"Panah mereka! Jangan ke belakang! Hancurkan garis depannya!"
Axel memberikan perintah dengan lantang. Sejenak pasukan pemanah tampak ragu dengan perintahnya, tapi kemudian segera menghujankan anak panah mereka pada pasukan garis depan.
Korban mulai berjatuhan. Mereka mulai mempercepat pergerakan mereka saat hampir seperempat pasukan depan mereka mulai terkikis karena tewas terpanah. Arvyn tampak sibuk mengomando pasukannya untuk menutup lubang dari pasukan yang tewas.
"Terus panah! Mage! Skill area! Tembak ke depan mereka!"
Ribuan anak panah yang beterbangan kini bergabung dengan berbagai kilatan cahaya dengan beragam bentuk.
Lord Arvyn tampak memberikan aba aba untuk menyembuhkan pasukan garis depan mereka, sementara kami terus mengikis pasukan mereka.
"Bagus, mundur! Guardian! Battle Stance!"
Pasukan Guardian segera menghujamkan perisai perisai raksasa mereka ke arah tanah, sementara para priest berdiri berjajar di hadapan mereka
"Angel's Guidance"
Arsais mengangkat kedua tangannya ke langit, dan simbol malaikat muncul di atas kami.
"ANGEL'S GUIDANCE!"
Arvyn tampak melakukan hal yang sama, dan malaikat lain tampak melayang di arena peperangan.
Arvyn tampak menelan mentah mentah umpan kami. Ia mau tidak mau mempersempit formasinya untuk menjaga garis depan tidak tertembus, karena Knightnya banyak terkikis di peperangan sebelumnya. Mereka tampak berusaha keras menembus garis pertahanan para guardian, sementara kami perlahan melengkungkan barisan dan mulai menyelimuti pasukan Arvyn.
"SIALAN! KITA DIKEPUNG! AWAS!"
Pasukan belakang Arvyn mulai terkuras saat knight kami menghabisi pasukan belakang mereka satu persatu. Pasukan belakang memang memiliki pertahanan yang lemah karena terdiri dari mage. Karena itulah, mereka biasanya ditaruh ditempat yang tidak tersentuh.
Rencana kami berhasil. Pasukan mereka tampak mulai goyah dan ragu, mereka tampak kehilangan semangat bertarungnya.
"Habisi mereka! Habisi mereka!"
Kami berusaha keras mencapai Lord Arvyn yang berada di tengah tengah barisan mereka.
Sudah dua jam kami berperang. Kami bertempur dengan sangat sengit. Jerit dan teriakan dari orang orang yag bertarung terdengar di segala penjuru.
Arsais bagaikan di atas angin, melesat dan menikam dengan kecepatan luar biasa. Sesekali dia menepis sabit sabit angin yang dilemparkan Arvyn, dan membalasnya dengan tombak bercahaya keunguan yang juga ditepis Arvyn. Keduanya memang tidak bisa disejajarkan dalam kemampuan berperang pada komandan pasukan manapun, mereka adalah dua orang yang memiliki seni bertempur terbaik, kecepatan dan ketepatan sama sama menjadi senjata mereka.
Axel masih bertempur di sampingku.
pasukan kami unggul dari mereka baik dari kekuatan dan jumlah.
saat kupikir semuanya akan baik baik saja, tiba tiba sesosok bayangan muncul di hadapan kami.
Aku tercekat.
Lord Arvyn!
Lord Arvyn menembus garis pertahanan kami dan menyerang langsung ke arah kami.
Dia menyeringai lebar.
"Checkmate!"
sebuah pedang dari sihir Wind Rune muncul di tangannya dan langsung ditebaskannya ke arah Axel
Aku terpaku menatap ke arah mereka. Axel berdiri diam membatu.
"Brengsek! Arvyn!"
Arsais tiba tiba saja muncul dan menghempaskan Arvyn. Detik berikutnya mereka sudah saling berkejaran. Arvyn menyeringai lebar.
"Bunuh Arvyn! Tangkap dia"
lolong Arsais dalam kemarahannya
Brugh!
Axel yang sejak tadi berdiam terpaku mendadak ambruk dan merintih kesakitan.
"Sir Caesar...."
Sebuah luka lebar menganga di dadanya. Darah segar mengalir menutupi tubuhnya. Nafasnya tampak terengah. Dia berusaha keras menahan rasa sakit.
Aku memeluknya
"Bertahan! Kita hampir menang!"
Axel tersenyum dengan raut wajahnya yang menahan perih.
"ya! Kita pasti menang!"
Nafasnya mulai bertambah pelan, dia menutup matanya perlahan.
"Axel!"
Sosok yang kupeluk tampak diam tak bergeming, hingga akhirnya tubuhnya memudar, dan hilang dari genggamanku. Titik titik cahaya menyebar dari pelukanku dan terbang terbawa angin.
"CAESAR! JANGAN LENGAH!"
Aku tersadar dari lamunanku dan segera berdiri menghunus pedangku.
"KITA HARUS MENANG!"
Pasukan kami masih terus bertempur dengan sengit.
Pasukan mereka belum berkurang banyak. Masih ada separuh dari pasukan penuh mereka saat pertama kali maju. Ditambah lagi, jatuhnya Axel tampaknya meningkatkan moral mereka.
"SIAL!"
Arsais mengatupkan kedua lengannya. Lengan kanannya mulai bercahaya.
"Earth, Show your fury, turn my enemies upside down! Gaia Tremor!"
"ALVIN! JANGAN!"
Terlambat!
Arsais sudah melancarkan mantranya. Tanah yang dipijak pasukan Arvyn tiba tiba bergetar dan terbalik. Jeritan terdengar pilu di tengah badai batuan dan tanah yang terjadi.
Pasukan Arvyn tampak tersapu bersih karena Rune barusan. Hanya beberapa yang masih bertahan dan segera dihabisi oleh pasukanku.
Brugh!
"ALVIN!"
Alvin terjembab dan berlutut di tanah. lengan baju kanannya tampak terkoyak, menampilkan tangannya yang dipenuhi luka. Pakaiannya juga memerah, tampaknya lukanya lumayan parah.
"Checkmate..."
Arvyn muncul entah dari mana dan berada di belakang Arsais. Arvyn merapalkan mantranya, dan sebilah pisau kembali muncul di tangannya. Arsais tampak teralihkan oleh sakit ditangannya dan tidak sempat memberikan reaksi apa apa, terbuka lebar pada serangan.
JLEB!
"Checkmatemu, gagal..."
Arvyn menatap ke arahku, kemudian pandangannya beralih ke arah pedang besar yang menembus dadanya.
"Sial..."
Sosok Arvyn perlahan memudar, meninggalkan pedang bersimbah darah dihadapanku.
"ITU UNTUK AXEL!"
Aku berseru marah ke arah langit.
"Sudahlah, jangan berlebihan..."
Arsais terbatuk pelan, kemudian dengan susah payah berdiri.
Pasukan kami tampak menatap ke arah kami, menunggu.
"KITA MENANG! KITA MENANG DARI SOUTHGARD!"
Aku mengangkat tanganku dan berteriak lantang.
Pasukan kami membalas dengan sorakan dan teriakan.
KAMI MENANG!
=======================================
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro