CHAPTER 32:Art Of War
Caesar's View
"Bishop, kita pergi ke Great Shrine sekarang?"
Arsais mengangguk pelan sambil merapikan pakaiannya. Dia memasukkan beberapa barang ke dalam tasnya kemudian segera beranjak dari tempatnya.
"Stevan!"
Seorang lelaki dengan baju baja dan kulit datang ke arah kami
"Aku, Caesar, dan Axel akan ke Central. Kau bertugas menjaga selama kami tidak ada!"
Stevan adalah penjaga ruangan Arsais, dan semenjak Axel naik menjadi Colonel, Stevan juga ikut diangkat menjadi Captain menggantikan posisi Axel.
"SIAP!"
Pria muda itu menegakkan badannya dan segera menunduk hormat ke arah kami. Arsais langsung berlalu begitu menerima jawabannya.
"Axel, persiapkan dirimu! Kenaikan pangkatmu menjadi Colonel, test nya berat, dan kau harus melalui semuanya di Great Shrine!"
Axel mengangguk mantap, kemudian menengadahkan tangannya, dan sepuluh, yang dulunya delapan tongkat berpedar dan melayang di sekelilingnya.
Arsais menatap sejenak, kemudian langsung berlalu.
"Naik job jadi Magist ha? Semoga kau tidak terluka di dalam tesnya..."
Arsais mendahului kami dalam perjalanan ke Teleport Room.
"Bishop! Anda mau pergi? Apa saya bisa melayani anda?"
Seorang gadis muda berpakaian putih mendatanginya dan segera menawarkan jasanya.
Arsais menatap gadis itu lekat.
"Kamu..."
Gadis itu tampak salah tingkah menerima tatapan Arsais.
"Kamu yang salah teleport aku dulu! Gak gak gak! Jangan Kamu! Yang lain! Sini! Teleport aku!"
Gadis itu tampak sebal karena kelakuan Bishop Arsais barusan. Tapi ya baguslah! Daripada kami di teleport entah kemana?
=====================
Tak seberapa lama, kami sudah berjalan keluar dari ruangan yang diisi oleh beberapa cermin. Ruang ini adalah ruang teleport di Great Shrine.
"Hmm... Lord Marty pasti sudah menunggumu."
Axel mengangguk. Kegugupan jelas terpancar di wajahnya.
Aku ingin rasanya memeluknya dan menenangkannya. Tapi, semenjak peristiwa di Forest of Confusion, kami jadi saling menghindar satu sama lain. Aku takut dia akan berpikir yang tidak tidak padaku.
"Tunggu apa lagi? Cepat masuk!"
Arsais dengan tidak sabar membukakan pintu ke dalam ruangan dengan pilar pilar kebiruan dan diterangi cahaya obor.
Axel memandang takut ke arah Arsais
"Sudahlah, Axel, Aku yakin kamu bisa!"
Aku akhirnya memutuskan untuk angkat bicara..
Axel mengangguk pelan, dan menatap datar ke arahku.
"Iya..."
aku membalas tatapannya dengan senyuman tulus, walau perasaanku mengatakan orang yang menatapku bukan Axel yang biasanya.
Axel melangkahkan kakinya perlahan ke dalam ruangan tersebut, dan Arsais menutup pintunya.
"Kasihan dia, tidak tahu siapa yang bakal dilawan...!"
Aku terkekeh pelan sambil melihat ke arah Arsais.
Benar, Orang yang akan dihadapi Axel dalam tesnya tidak lain adalah aku, dan Arsais.
"Ayo! Kita harus bersiap sekarang...!"
Aku dan Arsais segera pergi ke ruang seberang tempat Axel masuk untuk bersiap sebagai penguji Axel.
Axel, Semoga beruntung...!
=======================================
Axel's View
"Selamat datang, Captain Axel..!"
Pria muda di hadapanku tersenyum ramah. Pakaian putihnya semakin menambah kesan bijaksana darinya. Disamping kiri dan kanannya berdiri sepasang Bishop kembar dengan pakaian putih dan hitam.
"Lord Marty!"
Aku membungkukkan badanku di depannya.
"Sudah! Hmm! Cepat juga karriermu? Sekarang sudah jadi Kolonel? Padahal waktu perang Dunan kau masih officer ya? Tampaknya kau memang berbakat.."
Lord Marty terbahak. Ia berdehem beberapa kali, kemudian kembali memasang wajah serius.
"Baiklah, jangan membuang waktu. Kau siap untuk ujianmu?"
Glek! Siap ga yaaa Siap ga yaa!
Aku harus serius!
Aku ngangguk mantap (Walau takut)
"Bagus, Silahkan masuk ke pintu di belakangmu..."
Aku berjalan lurus melewati Lord Marty yang lagi sok keren menopangkan dagunya dia atas kedua tangannya, dan teruss, sampai melewati pintu kayu besar berukir malaikat di kedua daunnya.
Aku sampai di sebuah ruangan gelap.
"Captain Axel! tugasmu di tes pertamamu mudah! Habisi semua monster yang kau lihat disini!"
Sebuah suara. Suara Lord Marty? Aku mengangguk pelan, dan mengangkat kedua tanganku, agar semua tongkatku melayang dan siap tempur.
Hmm! Tugas mudah!
Tugas pertama aku lalui dengan sangat mudah. Walau ada beberapa monster yang lumayan alot, tapi, yaa!
Karena aku hebat, jadi dengan mudah aku bisa membereskan mereka.
XD
Aku menyeka peluhku dengan lengan jubahku, sambil menatap sebuah pintu yang tiba tiba muncul dan membuka sekitar beberapa meter di depanku dengan suara berdentang nyaring.
Aku kembali menaruh tongkatku di punggungku, dan bergegas berlari ke arah pintu yang terbuka.
Dengan segera ruangan gelap tadi sudah berubah menjadi sebuah area luas rerumputan.
Waduh! Dimana lagi nih.
"Woi, Captain!"
Aku menoleh ke belakang
YAIKZ!
Valerian?
Kutatap pasukan yang ada di belakangku.
Aku kenal? Ya jelas lah! Mereka kan pasukan Valerie.
Tapi kok cuma dikit ya?
"Kalian ngapain disini? Nonton ya?"
Mereka tertawa keras
"Kami disini untuk membantumu!"
Hah? Bantuin aku! Jadi boleh keroyokan ya beresin tugasnya?
Tau gitu dari tadi dehh!
"Yeah! Membantumu, untuk menghadapi dia..."
HE? Siapa?
Kulayangkan pandanganku ke arah telunjuknya
(@^@)
Seorang pemuda berpakaian panjang dengan rambut tergulung rapi di kedua sisinya berdiri di kejauhan. Senyum halus tersirat di wajahnya.
"SIR CAESAR!"
Sir Caesar?! Aku melawan Sir Caesar?!
Berperang?!
Mau pulang ajaa...
T^T
"Santai saja, jumlah pasukanku jauh lebih sedikit! Lagipula ini cuma test, oke! Cukup rebut benderaku!"
Sir Caesar berteriak dari kejauhan untuk menenangkanku.
Hmmm?
Bisa ga ya?
Yosh! Aku harus bisa!
Aku menganalisa pasukanku dan pasukannya
Yosh! Bisa menang!
Tapi, menghadapi si jenius ini...
Mama...
T_T
gimana nihh...
Kuhela nafas panjang.
"Bersiap! Kita akan menyerang frontal! Barisan untuk Charge! Kita tabrak sampai ke dalam dan segera rebut bendera mereka!"
"YOO!"
Dengan percaya diri kami segera menyerang maju ke arah barisan Sir Caesar yang hanya berdiam diri menunggu kami.
Aku sudah menebak strategi yang dipakainya.
"Anti Mage! Siapkan Skill Pertahanan! Sisanya menyebar! Mereka pasti akan menghujani kita dengan panah!"
Dugaanku tepat
Sir Caesar menunggu agar jarak kami cukup dekat untuk diserang jarak dekat. Dia memberikan aba aba kepada pasukannya, dan ratusan panah segera melesat ke arah kami.
"Berkumpul! Crusader! Pakai Guarding Stance!"
Pasukanku segera berkumpul dan menyatu, sementara tameng dari para Crusader segera melindungi kami dari serangan panah yang menghujani kami.
"Pertahankan! Minimalisir casuality! Priest Heal! Anti Magi! Serang Magenya!"
Aku mengarahkan jariku ke belakang pasukan mereka
"Silent Lake!"
Aku membungkam barisan penyihir mereka agar tidak bisa melakukan serangan sama sekali.
"WOI BOCAH ITU! ITU SKILLKU!"
Aku bisa mendengar suara Lord Wyatt berteriak dari bangku penonton yang entah berada di mana. Mereka bisa melihat kami, tapi kami tidak bisa melihat mereka.
"Waduh, repot juga kalau musuhnya murid sendiri..."
Sir Caesar mengangkat kedua pedangnya, memberikan tanda ke arah langit. Sepasukan tentara lain muncul dari kiri dan kanan kami, mengepung kami dari kedua arah.
"Sial!"
Pasukanku tampak mulai panik.
Sir Caesar usiiill!
Aku menggembungkan pipiku ke arahnya, dia tertawa, dan segera mengangkat pedangnya dan maju ke arahku.
Kutatap sekeliling. Pasukanku tampak tercerai berai.
"Maju! Tetap maju ke arah pasukan utama! Pasukan pembantu itu cuma pengalih! Arahkan serangan ke Pasukan utama!"
Sir Caesar menggeleng pelan melihatku.
"Ketahuan ya? hehehe! Pasukan! Maju! Pertahankan bendera kita!"
Sir Caesar akhirnya memulai serangan frontal ke arah kami.
Jumlah? Menang kami dong!
Jadi hasilnya pasti sudah bisa diketahui!
Karena perbedaan jumlah pasukan yang jauh, Serangan frontal jelas ga mungkin bisa mengatasi pasukan kami. Karena itu Sir Caesar membagi pasukannya menjadi tiga menciptakan kesan pasukan kami berhasil di kepung untuk menciptakan kebingungan dan membuat kami lemah.
Sir Caesar sudah berlari mundur ke arah pasukan pembantunya saat kami selesai membantai pasukan utamanya.
Sir Caesarr! Gemes AKU!!!!
Aku berlari maju, dan mengangkat tongkatku.
"FIRE! ANGER OF THE NATURE! METEOR DOOM!"
"TUNGGU! ANAK SIALAN ITU?! "
Kali ini aku mendengar raungan Bishop Pixel.
Pasukanku dan pasukan musuh terkesima melihat sihir yang barusaja aku rapalkan.
Jelas dong! Itu kan skill Lord Pixel!
Meteor berjatuhan dan menghantam pasukan Sir Caesar.
Pasukan mereka tampak panik dan berantakan saat mencoba menghindari meteor raksasa yang menghujani area pertempuran, memberiku cukup luang untuk menyelusup ke dalam pasukan mereka.
"MUNDUR! PERTAHANKAN BENDERA!"
Sir Caesar memberi aba aba mundur pada pasukannya.
"Bendera yang ini bukan Sir Caesar..?"
Aku menghunjuk ke arahnya sambil menenteng bendera yang tadi kurebut saat mereka kelabakan menghindari serangan meteorku.
"Err, Aeh, Iya itu!"
Aku cuma nyengir sambil mengibas kibaskan benderaku.
"Yahh! Curang kamu!"
Sir Caesar segera melesat ke tengah pasukan dan menjitak kepalaku.
"AWW!"
Sakit banget! Dia jitak aku pake sarung tangan besi!
Aku balas jitakannya dengan timpukan telak dari tongkatku
"AXEL GILA! MAU BUNUH AKU YA!"
Aku cuma memonyongkan bibirku
Ya emang!
Hueahahahaha
"Axel, kamu paham yang aku ajarkan padamu lewat perang ini...?"
Aku mengangkat bahuku, dia tertawa melihatku.
"Kamu sudah memahaminya. Sebenarnya pasukan bantuanku jumlahnya lebih banyak dari pasukan utama. Benar kan? Dan kamu menenangkan pasukanmu dengan bilang pasukan bantuannya tidak berbahaya?"
Haduh! Kuliah deh nih!
"Yeah, aku cuma mikir, kalo pasukannya tercerai berai, pasti yang ada malah kalah, makanya aku bilang begitu supaya mereka tenang."
Sir Caesar mengangguk puas
"Bagus, memang seperti itulah pemimpin! Kamu harus bisa menguasai pasukanmu! Ketenangan percaya diri dan kepemimpinan yang mantap akan membuatmu menjadi pemimpin yang baik! Penggunaan perintah yang efisien juga adalah esensi dari peperangan!"
Ung... Ung...
Kuliahnya...
Ga Pahaamm!!!
Aku mengangguk sekenanya supaya kuliahku cepet beres.
"Yakh, Sisanya, tinggal tes terakhir! Aku akan menonton dari bangku penonton!"
Sir Caesar membukakan sebuah pintu(yang entah kapan ada disana) Dan mempersiahkanku masuk.
"Bersiaplah! Aku nonton lho!"
Dia mengerdipkan sebelah matanya, kemudian menutup pintunya.
Aku nyengir lebar ke arahnya, sampai pintu itu ditutup, aku juga masih aja masang cengiran sambil menghadap pintu.
"Sampai kapan kamu mau liat kesana?"
Deg!
Aku menolehkan kepalaku dengan takut ke arah belakang.
Ini... Ga mungkin
Ini... Bohong kan?
Bukan, ini bukan dia....
Ya kan.....
Aku membuka mataku tipis mencoba melihat dengan takut takut.
DIA!
T^T
=======================================
Caesar's View
BRUAKK!
"Berdiri...."
Aku menutup mataku dengan kedua tanganku untuk menghadapi pemandangan seram di hadapanku.
Axel sedang dibantai habis habisan oleh Lord Arsais.
Axel berdiri dengan susah payah, ia mengacungkan tangan, dan merapalkan mantranya.
"Anger of n... NA.. NATURE... , Flame of UAGH...!!! "
Belum selesai Axel merapalkan mantranya, Arsais maju dan menendang perutnya, membuat penyihir muda itu terpental beberapa meter ke belakang.
"Lemah...."
Arsais terus menerus menyerangnya tanpa memberikan celah, baru saja tubuhnya mendarat, Arsais menjambak rambutnya membuatnya berdiri, kemudian menyarangkan bulanan bulanan di tubuhnya, dan melemparkannya jauh terpental.
"Kamu masih mau maju?"
Arsais kembali melayangkan tendangannya ke arah Axel.
Axel mencoba menangkisnya, tapi tubuhnyalah yang malahan terlempar jauh..
"L...Lord Arsais...!"
Arsais menatap tajam ke arahnya. Axel mencoba menarik belati kecilnya, tampaknya dia sudah kehabisan sihirnya dan tidak memiliki waktu untuk mengembalikan kekuatannya.
"SACRED BLADE! "
Arsais mengepal dan meninju ke udara berkali kali, serempak puluhan pisau dari kilatan cahaya putih keunguan melesat, menembus tubuh Axel yang baru akan berdiri.
" Apa ini? "
"HAKH!"
Aku mengalihkan mataku saat Arsais melemparkan sebuah belati besar dari cahaya menembus axel, dan menghantam lamtai membuat tubuhnya tergantung di udara.
Aku menatap ke sisiku, keempat bishop lain tampak menelan ludah dengan ngeri bercampur kasihan sambil melihat ke arah pertempuran.
Wajar saja, Sacred Blade adalah skill khusus milik Arsais, damagenya tidak besar, tapi visualisasinya sungguh kejam, dan aku pernah terkena serangan itu, rasanya sungguh menyakitkan! Dan Axel baru saja terkena serangan itu secara bertubi tubi.
"Divine Blast!"
Ribuan cahaya menghujam tubuh Axel. Pakaiannya tampak sobek dimana mana. Tampaknya Arsais benar benar serius dengan pertarungan ini.
Aku menatap dengan ngeri ke arah Axel.
Dia masih terus mencoba berdiri
"Belum menyerah juga?"
Arsais kembali menghujaninya dengan pukulan dan tendangan
Aku menatap ke belakang, Para Bishop lain tampaknya sama kuatirnya denganku, Wajah mereka tampak tegang melihat ke arah arena pertarungan.
Axel terus mencoba untuk berdiri.
"Sadari kelemahanmu..."
Arvin melemparkan pisau lemparnya hingga menancap tepat di kaki Axel.
Axel roboh, sementara Arsais melompat ke udara, dan mengepalkan tinjunya, berkali kali mengayunkannya ke arah Axel yang terkapar. dari posisi lukanya, dia tampak tak mungkin berdiri lagi untuk menghindar saat pisau pisau berkilat muncul dari udara kosong, melesat menembusi tubuhnya memakunya ke tanah.
"L.. Lord Arsais..."
Axel berseru lemah dari bawah puluhan pisau yang menancapkan tubuhnya ke lantai.
Arsais berdiri di hadapannya dan menatap dengan dingin.
Ia mengangkat tangannya, True Runenya menyala, dan sebongkah batu terangkat, berubah wujud menjadi tombak raksasa tepat di atas Axel.
Dia....
Sampai menggunakan True Runenya!
"Aku, Aku menyerah!"
Arsais menghembuskan nafasnya lega, begitu juga semua orang di kursi penonton.
Aku dan Bishop Pixel melorot lemas dari kursi kami.
Arsais menurunkan tangannya, dan tombak batu itu melebur hilang menjadi pasir dan jatuh ke tanah.
Dia menyimpan kedua bilah belati lemparnya dan menyembuhkan luka luka Axel.
"Kamu lulus..."
"HA?"
Axel terpekik dan membatu, dia tampak tidak sadar dengan yang terjadi barusan."
Arsais berjalan meninggalkannya.
"Ketahuilah kekuatan musuhmu, dan pahami, kapan waktu untuk mundur, kapan waktu untuk bertarung. Pasukan adalah sahabatmu di medan perang. Kadang menyerah bukan berarti kalah!"
Arsais meneruskan langkahnya pergi, diikuti dengan tepuk tangan dari para penonton yang menyaksikan pertarungan (Pembantaian) dari Arsais dan Axel.
"Terimakasih! Dengan ini! Captain Axel, dinyatakan lulus ujian Harmonia Royal Army, dan diakui Sebagai Colonel, sekaligus Commander dari Valerian Army!"
Lord Marty bersuara dengan lantang, diikuti dengan riuh rendah dari penonton yang kebanyakan adalah pasukan Valerie.
"Axel, selamat!"
Aku memberikan selamat kepada Axel saat dia keluar dari arena.
"Yeah, kalau tau bakal lulus kalo bilang menyerah kan, aku ga perlu babak belur!"
Axel menggerutu sambil memanyunkan bibirnya. Dia tampaknya sudah lupa dengan masalah kami di Forest of Confusion.
Tapi aku tetap harus meminta maaf!
"Emm, Axel!"
Dia tersenyum lembut ke arahku
"Ya Sir Caesar?"
"Aku... Aku mau minta maaf soal kelakuanku kemarin, dan untuk ciuman itu, aku minta maaf, aku spontan melakukannya..."
Aku menundukkan kepalaku tanpa berani menatap ke arahnya.
"Sir Caesar..."
Aku menatap kearah Axel, sekarang dia yang menundukkan kepalanya dan tidak berani menatapku
Cupp!
Sebuah ciuman cepat mendarat di bibirku.
"Aku suka Sir Caesar!"
Axel segera berlari menjauh setelah selesai menciumku, meninggalkanku yang tepaku sendirian.
=======================================
Silver's View
Arsais berdiri di belakang tembok tempat Axel dan Caesar barusaja berbicara, dia melepas kedua sarung tangannya, dan melipatnya.
"Hmm...."
Arsais pun segera beranjak pergi. Raut mukanya masih datar dan tidak terbaca. Tidak jelas apa yang sebenarnya dipikirkannya.
Sementara itu, di dalam sebuah ruangan dengan penerangan obor, Pria itu kembali memainkan pion berbentuk tongkat yang ada di tangannya.
"Jadi, The Sorcerrer sudah semakin menguat? Ini diluar rencanaku...."
Pria itu meremas pion itu hingga hancur menjadi serpihan kecil
"Aku sebaiknya bergerak cepat..."
Dia berdiri dari kursinya, dan melangkah keluar melewati pintu raksasa dengan ukiran Harmonia yang terbagi di kedua daunnya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro